BAB I
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
SYAHADATAIN
Syahadatain
atau dua kalimat syahadat adalah dua perkataan pengakuan yang diucapkan dengan
lisan dan dibenarkan oleh hati untuk menjadikan diri orang Islam.
Lafadz kalimat syahadat adalah:
“ Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna
Muhammadar rasulullaah”
Artinya:
“ Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan
Allah.”
Jika
seseorang yang bukan Islam membaca dua kalimat syahadat dengan sungguh-sungguh,
yakni membenarkan dengan hati apa yang
ia ucapkan, serta mengerti apa yang diucapkan, maka masuklah ia ke dalam agama
Islam, dan wajiblah ia mengerjakan rukun islam yang lima, yaitu sholat lima
waktu, zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji bagi
yang mampu.
2. DUA KALIMAT
SYAHADAT
Syahadat Laa Ilaha Illallah (لا
إله إلا الله) dan
Muhammad Rasulullah (محمد رسول الله) keduanya adalah
kunci Islam, tidak mungkin seseorang masuk Islam kecuali dengan keduanya. Oleh
karena itu Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Muadz bin Jabal r.a
ketika beliau –shalallahu ‘alaihi wa sallam- mengutusnya ke Yaman agar pertama kali
yang dia serukan kepada mereka adalah syahadat bahwa tidak ada yang berhak
diibadahi kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah1).
a.
Syahadat
Tauhid
Kalimat pertama:
Laa Ilaha Illallah (لا إله إلا الله), yaitu seseorang
mengakui dengan lisan dan hatinya bahwasannya tidak ada sesembahan yang hak
kecuali Allah Azza wa Jalla karena Ilah maknanya al-ma’luh (yang diibadahi) dan
Taalluh (mengilahkan) artinya ta’abud. Maknanya, tidak ada sesembahan yang
hak/benar kecuali Allah semata. Dan kalimat ini mengandung makna peniadaan dan
penetapan. Kalimat peniadaan (لا إله) dan penetapan (إلا
الله) dan (الله) adalah lafadz
jalalah merupakan badal dari khabar (لا) yang ditiadakan
dan taqdirnya (لا إله حق إلا الله) yakni ikrar lisan
setelah hati mengimaninya bahwasannya tidak ada sesembahan yang hak kecuali
Allah semata. Dan ini mengandung makna ikhlash/memurnikan ibadah hanya untuk
Allah saja dengan meniadakan ibadah dari selain-NYA.
Allah Ta’ala
berfirman:
وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِن ظَلَمُواْ أَنفُسَهُمْ فَمَا أَغْنَتْ
عَنْهُمْ آلِهَتُهُمُ الَّتِي يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ مِن شَيْءٍ لِّمَّا جَاء
أَمْرُ رَبِّكَ (سورة هود: 101)
“Karena itu tidaklah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sesembahan-sesembahan yang mereka seru selain Allah diwaktu azab Rabbmu dating…”(QS. Huud: 101).
Firman-Nya:
“Karena itu tidaklah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sesembahan-sesembahan yang mereka seru selain Allah diwaktu azab Rabbmu dating…”(QS. Huud: 101).
Firman-Nya:
مَعَ اللّهِ إِلَهًا آخَرَ …(39) سورة الإسراء.
وَلاَ تَجْعَلْ
“Dan janganlah kamu
mengadakan sesembahan-sesembahan lain di samping Allah…” (QS. Al-Isro: 39).
Dan firman-Nya:
Dan firman-Nya:
اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ ….(88) سورة القصص. وَلَا تَدْعُ مَعَ
“Dan janganlah kamu seru
sesembahan lain disamping (menyembah) Allah” (QS. Al-Qoshosh: 88).
Dan firman-Nya:
Dan firman-Nya:
…(14) سورة الكهف: لَن نَّدْعُوَ مِن دُونِهِ إِلَهًا
“Kami sekali-kali tidak
menyeru sesembahan selain Dia…”(QS. Al-Kahfi: 14).
firman Allah Ta’ala
sbb:
Atinya:
“Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan
sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang bathil.
Dan sesungguhnya Allah, Dialah Dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi
lagi Maha Besar” (QS. Luqman: 30).
Jadi
makna kalimat (لا إله إلا
الله)
adalah tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah Azza wa Jalla semata.
Adapun sesembahan-sesembahan selain-Nya maka uluhiyyah (ketuhanan) yang
dianggap oleh penyembahnya tidaklah benar, artinya uluhiyyah yang bathil,
sedangkan yang benar adalah uluhiyyah Allah Azza wa Jalla semata.
b.
Syahadat
Rasul
Kalimat
kedua: makna syahadat (محمد رسول الله)
adalah mengikrarkan dengan lisan dan mengimani dengan hati bahwa Muhammad bin
Abdillah Al-Quraisyi Al-Hasyimi adalah Rasul Allah kepada seluruh makhluk Jin
maupun manusia. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala:
Artinya :
“Katakanlah (wahai Muhammad):’Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada sesembahan selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummiy yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk” (QS. Al-A’rof: 158).
“Katakanlah (wahai Muhammad):’Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada sesembahan selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummiy yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk” (QS. Al-A’rof: 158).
Dan firman-Nya:
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ
لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا. (1) سورة الفرقان:
“Maha suci Allah yang telah menurunkan
Al-Furqon kepada hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh
alam” (QS. Al-Furqon: 01).
Konsekuensi kalimat syahadat ini adalah membenarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang apa yang beliau kabarkan, melaksanakan apa yang beliau perintahkan, menjauhi apa yang beliau larang dan tidak ada ibadah kepada Allah kecuali dengan cara yang disyariatkan olehnya. Konsekuensi syahadat ini juga tidak berkeyakinan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mempunyai hak dalam rububiyyah (hak untuk diibadahi) dan mengatur alam atau hak dalam ibadah, akan tetapi ia adalah seorang hamba yang tidak diibadahi dan seorang Rasul yang tidak berdusta, dan dia tidak memiliki kemampuan sedikitpun untuk memberi manfaat dan mudharot untuk dirinya sendiri maupun orang lain kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah sebagaimana firman Allah Ta’ala:
Konsekuensi kalimat syahadat ini adalah membenarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang apa yang beliau kabarkan, melaksanakan apa yang beliau perintahkan, menjauhi apa yang beliau larang dan tidak ada ibadah kepada Allah kecuali dengan cara yang disyariatkan olehnya. Konsekuensi syahadat ini juga tidak berkeyakinan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mempunyai hak dalam rububiyyah (hak untuk diibadahi) dan mengatur alam atau hak dalam ibadah, akan tetapi ia adalah seorang hamba yang tidak diibadahi dan seorang Rasul yang tidak berdusta, dan dia tidak memiliki kemampuan sedikitpun untuk memberi manfaat dan mudharot untuk dirinya sendiri maupun orang lain kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah sebagaimana firman Allah Ta’ala:
Artinya :
“Katakanlah (ya Muhammad):’Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku…” (QS. Al-An’am: 50).
Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang hamba yang diperintah dan mengikuti/mematuhi apa yang diperintahkan kepadanya, firman Allah Ta’ala:
“Katakanlah (ya Muhammad):’Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku…” (QS. Al-An’am: 50).
Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang hamba yang diperintah dan mengikuti/mematuhi apa yang diperintahkan kepadanya, firman Allah Ta’ala:
Artinya:
“Katakanlah:’Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatan kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfaatan’. Katakanlah:’Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain daripada-Nya” (QS. Al-Jin: 21-22).
“Katakanlah:’Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatan kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfaatan’. Katakanlah:’Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain daripada-Nya” (QS. Al-Jin: 21-22).
Firman-Nya:
“Katakanlah:’Aku
tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak
kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang
ghaib, tentulah aku berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan
ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa
berita gembira bagi orang-orang yang beriman” (QS. Al-A’rof: 188).
Dengan ayat-ayat tadi, kita tahu bahwasanya tidak ada yang berhak atas ibadah baik Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam maupun makhluk lainnya dan sesungguhnya ibadah itu tidak untuk siapapun kecuali Allah semata. Allah Ta’ala berfirman:
Dengan ayat-ayat tadi, kita tahu bahwasanya tidak ada yang berhak atas ibadah baik Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam maupun makhluk lainnya dan sesungguhnya ibadah itu tidak untuk siapapun kecuali Allah semata. Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ.لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ أَوَّلُ
الْمُسْلِمِينَ . (162-163) سورة الأنعام.
“Katakanlah:’Sesungguhnya sholatku,
sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb alam semesta, tiada
sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah
orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)” (QS. Al-An’am:
162-163).
Sedangkan hak Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah kita
menempatkannya pada tempat yang telah Allah tempatkan baginya, yaitu beliau
adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, sholawat dan salam Allah atas beliau.
3.
URGENSI SYAHADATAIN
Syahadat adalah pintu gerbang Islam. Untuk
masuk Islam, orang harus menyatakan persaksian atas kebenaran Islam itu dengan
mengucapkan syhadatain ini. Syahadat
tauhid merupakan pengakuan
terhadap ketuhanan Alloh yang menurunkan sistem ini kepada Nabi-Nya. Syahadat rasul merupakan pengakuan bahwa Muhammad saw. harus dijadikan
panutan dalam menjalankan Islam. Berikut ini adalah urgensi dari
syahadatain tersebut:
1. Syahadatain adalah pintu gerbang
Islam.
2.
Syahadatain adalah intisari ajaran Islam
a. Secara global: Islam
mengajarkan tentang aqidah dan syariat.
b. Secara umum: Islam
mengajarkan tentang ibadah, akhlaq, muamalat.
3.
Syahadatain sebagai azas perubahan
Untuk
membangun masyarakat baru di atas puing-puing jahiliyah, Rasulullh saw. tidak
mengawali perubahan itu dari politik, ekonomi dll. Beliau saw. mengawali dengan
apa yang ada didalam jiwa mereka, yaitu dengan menanamkan syahadatain di
dalamnya.
4.
Syahadatain sebagai dakwah para rasul
5.
Syahadatain sebagai fadhilah dan keutamaan yangbesar.
“Barangsiapa mengucapkan laa
ilaha illallah, ia masuk surga”, “Barangsiapa mati sedang ia mengetahui bahwa
tidak ada Tuhan selain Alloh, ia masuk surga”, “Dua kata yang ringan diucapkan
namun berat timbangannya, yakni: laa ilaha illallah, Muhammad rasululloh“.
4.
HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SYAHADATAIN
1. Syirik Kepada Allah
Firman Allah :
Termasuk
didalamnya menyembelih karena selain Allah, misalnya untuk kuburanyang
dikeramatkan atau untuk jin dan lain-lain.
2. Orang yang menjadikan antara dia dan Allah
perantara-perantara.
Ia berdoa kepada mereka, meminta
syafaat kepada merekadan bertawakkal kepada mereka. Orang seperti ini kafir
secara ijma’. Kejadian ini pernah terjadi pada zaman Rosulullah SAW yaitu yang
telah dilakukan oleh kaum kair Quraisy. Salah jika menganggap kaum Quraisy
sepenuhnya berTuhan kepada Latta, ‘Uzza, Manat, serta Huban. Mereka hanyalah
Ghoroniq buatan kaum mereka sendiri dengan dalih para ghoroniq inilah yang akan
menyampaikan do’a-do’a serta permohonan mereka kepada Allah. Tuhan mereka
hanyalah pemberi syafaat kepada mereka. Tampaknya hal ini juga banyak terjadi
di kalangan masyarakat di negeri kita saat ini yaitu generasi-generasi
jahiliyah modern.
3. Orang
yang tidak mau mengkafirkan orang musyrik dan orang yang masih ragu terhadap
kekufuran mereka atau membenarkan madzhab mereka, dia itu kafir.
4. Orang
yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi Muhammad SAW lebih sempurna dari
petunjuk beliau.
Seperti orang-orang yang
mengutamakan hokum thaghut di atas hukum Rosulullah SAW, mengutamakan hukum
atau perundang-undangan manusia di atas hukum Islam, maka dia kafir.
5. Siapa
yang membenci sesuatu dari ajaran yang dibawa oleh Rosulullah SAW sekalipun ia
juga mengamalkannya, maka ia kafir
6. Siapa
yang menghina sesuatu dari agama Rosul SAW atau pahala maupun siksanya, maka ia
kafir.
Hal ini ditunjukkan oleh firman
Allah :
7. Sihir
Diantaranya sharf dan ‘athf
(barangkali adalah amalan yang membuat suami benci kepada istrinya atau membuat
wanita cinta kepadanya/pelet). Barangsiapa melakukan atau meridhoinya, maka ia
kafir. Firman Allah :
8. Mendukung kaum musyrikin dan menolong mereka
dalam memusuhi umat Islam.
Firman Allah :
9. Siapa
yang meyakini bahwa sebagian manusia ada yang boleh keluar dari syari’at Nabi
Muhammad SAW seperti halnya Nabi Khidir boleh keluar dari syariat Nabi Musa
maka ia kafir. Sebagaimana diyakini oleh ghulat sufiyah (sufi yang berlebihan /
melampaui batas) bahwa mereka dapat mencapai suatu derajatatau tingkatan yang
tidak membutuhkan untuk mengikuti ajaran Rosulullah SAW.
10.
Berpaling dari agama Allah, tidak mempelajarinya dan tidak pula mengamalkannya.
Firman Allah :
Syaikh Muhammad at Tamimi berkata,
“tidak ada beda dalam hal yang membatalkan syahadat ini antara orang yang
bercanda, yang serius (bersungguh-sungguh) maupun yang takut, kecuali orang
yang dipaksa. Dan semuanya adalah bahaya yang paling besar serta yang paling
sering terjadi. Maka setiap muslim wajib berhati-hati dan mengkhawatirkan
dirinya serta mohon perlindungan kepada Allah SAW dari hal yang bisa
mendatangkan murka Allah dan siksaNya yang pedih.”
DAFTAR
PUSTAKA
Rifa’i, Moh. 2011. Risalah Tuntunan Sholat Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
http//:www.goggle.com
0 komentar:
Posting Komentar