Selasa, 26 Juni 2012

makalah syahadatain


BAB I
PEMBAHASAN



1. PENGERTIAN SYAHADATAIN
            Syahadatain atau dua kalimat syahadat adalah dua perkataan pengakuan yang diucapkan dengan lisan dan dibenarkan oleh hati untuk menjadikan diri orang Islam.
Lafadz kalimat syahadat adalah:
“ Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadar rasulullaah”
Artinya:
“ Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
            Jika seseorang yang bukan Islam membaca dua kalimat syahadat dengan sungguh-sungguh, yakni membenarkan dengan  hati apa yang ia ucapkan, serta mengerti apa yang diucapkan, maka masuklah ia ke dalam agama Islam, dan wajiblah ia mengerjakan rukun islam yang lima, yaitu sholat lima waktu, zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.

2. DUA KALIMAT SYAHADAT
            Syahadat Laa Ilaha Illallah (لا إله إلا الله) dan Muhammad Rasulullah (محمد رسول الله) keduanya adalah kunci Islam, tidak mungkin seseorang masuk Islam kecuali dengan keduanya. Oleh karena itu Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Muadz bin Jabal r.a ketika beliau –shalallahu ‘alaihi wa sallam- mengutusnya ke Yaman agar pertama kali yang dia serukan kepada mereka adalah syahadat bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah1).
a.      Syahadat Tauhid
Kalimat pertama: Laa Ilaha Illallah (لا إله إلا الله), yaitu seseorang mengakui dengan lisan dan hatinya bahwasannya tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah Azza wa Jalla karena Ilah maknanya al-ma’luh (yang diibadahi) dan Taalluh (mengilahkan) artinya ta’abud. Maknanya, tidak ada sesembahan yang hak/benar kecuali Allah semata. Dan kalimat ini mengandung makna peniadaan dan penetapan. Kalimat peniadaan (لا إله) dan penetapan (إلا الله) dan (الله) adalah lafadz jalalah merupakan badal dari khabar (لا) yang ditiadakan dan taqdirnya (لا إله حق إلا الله) yakni ikrar lisan setelah hati mengimaninya bahwasannya tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah semata. Dan ini mengandung makna ikhlash/memurnikan ibadah hanya untuk Allah saja dengan meniadakan ibadah dari selain-NYA.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِن ظَلَمُواْ أَنفُسَهُمْ فَمَا أَغْنَتْ عَنْهُمْ آلِهَتُهُمُ الَّتِي يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ مِن شَيْءٍ لِّمَّا جَاء أَمْرُ رَبِّكَ (سورة هود: 101)
“Karena itu tidaklah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sesembahan-sesembahan yang mereka seru selain Allah diwaktu azab Rabbmu dating…”(QS. Huud: 101).
Firman-Nya:
مَعَ اللّهِ إِلَهًا آخَرَ …(39) سورة الإسراء. وَلاَ تَجْعَلْ
 “Dan janganlah kamu mengadakan sesembahan-sesembahan lain di samping Allah…” (QS. Al-Isro: 39).
Dan firman-Nya:
اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ ….(88) سورة القصص. وَلَا تَدْعُ مَعَ
 “Dan janganlah kamu seru sesembahan lain disamping (menyembah) Allah” (QS. Al-Qoshosh: 88).
Dan firman-Nya:
…(14) سورة الكهف:  لَن نَّدْعُوَ مِن دُونِهِ إِلَهًا
 “Kami sekali-kali tidak menyeru sesembahan selain Dia…”(QS. Al-Kahfi: 14).
firman Allah Ta’ala sbb:
Atinya:
“Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang bathil. Dan sesungguhnya Allah, Dialah Dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar” (QS. Luqman: 30).
       Jadi makna kalimat (لا إله إلا الله) adalah tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah Azza wa Jalla semata. Adapun sesembahan-sesembahan selain-Nya maka uluhiyyah (ketuhanan) yang dianggap oleh penyembahnya tidaklah benar, artinya uluhiyyah yang bathil, sedangkan yang benar adalah uluhiyyah Allah Azza wa Jalla semata.
b.      Syahadat Rasul
Kalimat kedua: makna syahadat (محمد رسول الله) adalah mengikrarkan dengan lisan dan mengimani dengan hati bahwa Muhammad bin Abdillah Al-Quraisyi Al-Hasyimi adalah Rasul Allah kepada seluruh makhluk Jin maupun manusia. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala:
Artinya :
“Katakanlah (wahai Muhammad):’Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada sesembahan selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummiy yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk” (QS. Al-A’rof: 158).
Dan firman-Nya:
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا. (1) سورة الفرقان:
 “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon kepada hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam” (QS. Al-Furqon: 01).
              Konsekuensi kalimat syahadat ini adalah membenarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang apa yang beliau kabarkan, melaksanakan apa yang beliau perintahkan, menjauhi apa yang beliau larang dan tidak ada ibadah kepada Allah kecuali dengan cara yang disyariatkan olehnya. Konsekuensi syahadat ini juga tidak berkeyakinan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mempunyai hak dalam rububiyyah (hak untuk diibadahi) dan mengatur alam atau hak dalam ibadah, akan tetapi ia adalah seorang hamba yang tidak diibadahi dan seorang Rasul yang tidak berdusta, dan dia tidak memiliki kemampuan sedikitpun untuk memberi manfaat dan mudharot untuk dirinya sendiri maupun orang lain kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah sebagaimana firman Allah Ta’ala:
Artinya :
“Katakanlah (ya Muhammad):’Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku…” (QS. Al-An’am: 50).
          Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang hamba yang diperintah dan mengikuti/mematuhi apa yang diperintahkan kepadanya, firman Allah Ta’ala:
Artinya:
“Katakanlah:’Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatan kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfaatan’. Katakanlah:’Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain daripada-Nya” (QS. Al-Jin: 21-22).

Firman-Nya:
“Katakanlah:’Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman” (QS. Al-A’rof: 188).
                      Dengan ayat-ayat tadi, kita tahu bahwasanya tidak ada yang berhak atas ibadah baik Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam maupun makhluk lainnya dan sesungguhnya ibadah itu tidak untuk siapapun kecuali Allah semata. Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ . (162-163) سورة الأنعام.
 “Katakanlah:’Sesungguhnya sholatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb alam semesta, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)” (QS. Al-An’am: 162-163).
        Sedangkan hak Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah kita menempatkannya pada tempat yang telah Allah tempatkan baginya, yaitu beliau adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, sholawat dan salam Allah atas beliau.

3. URGENSI SYAHADATAIN
Syahadat adalah pintu gerbang Islam. Untuk masuk Islam, orang harus menyatakan persaksian atas kebenaran Islam itu dengan mengucapkan syhadatain ini. Syahadat tauhid merupakan pengakuan terhadap ketuhanan Alloh yang menurunkan sistem ini kepada Nabi-Nya. Syahadat rasul merupakan pengakuan bahwa Muhammad saw. harus dijadikan panutan dalam menjalankan Islam. Berikut ini adalah urgensi dari syahadatain tersebut:
1. Syahadatain adalah pintu gerbang Islam.
2. Syahadatain adalah intisari ajaran Islam
a. Secara global: Islam mengajarkan tentang aqidah dan syariat.
b. Secara umum: Islam mengajarkan tentang ibadah, akhlaq, muamalat.
3. Syahadatain sebagai azas perubahan
            Untuk membangun masyarakat baru di atas puing-puing jahiliyah, Rasulullh saw. tidak mengawali perubahan itu dari politik, ekonomi dll. Beliau saw. mengawali dengan apa yang ada didalam jiwa mereka, yaitu dengan menanamkan syahadatain di dalamnya.
4. Syahadatain sebagai dakwah para rasul
5. Syahadatain sebagai fadhilah dan keutamaan yangbesar.
“Barangsiapa mengucapkan laa ilaha illallah, ia masuk surga”, “Barangsiapa mati sedang ia mengetahui bahwa tidak ada Tuhan selain Alloh, ia masuk surga”, “Dua kata yang ringan diucapkan namun berat timbangannya, yakni: laa ilaha illallah, Muhammad rasululloh“.

4. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SYAHADATAIN
1. Syirik Kepada Allah
Firman Allah :
Termasuk didalamnya menyembelih karena selain Allah, misalnya untuk kuburanyang dikeramatkan atau untuk jin dan lain-lain.
2. Orang yang menjadikan antara dia dan Allah perantara-perantara.
Ia berdoa kepada mereka, meminta syafaat kepada merekadan bertawakkal kepada mereka. Orang seperti ini kafir secara ijma’. Kejadian ini pernah terjadi pada zaman Rosulullah SAW yaitu yang telah dilakukan oleh kaum kair Quraisy. Salah jika menganggap kaum Quraisy sepenuhnya berTuhan kepada Latta, ‘Uzza, Manat, serta Huban. Mereka hanyalah Ghoroniq buatan kaum mereka sendiri dengan dalih para ghoroniq inilah yang akan menyampaikan do’a-do’a serta permohonan mereka kepada Allah. Tuhan mereka hanyalah pemberi syafaat kepada mereka. Tampaknya hal ini juga banyak terjadi di kalangan masyarakat di negeri kita saat ini yaitu generasi-generasi jahiliyah modern.
3. Orang yang tidak mau mengkafirkan orang musyrik dan orang yang masih ragu terhadap kekufuran mereka atau membenarkan madzhab mereka, dia itu kafir.
4. Orang yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi Muhammad SAW lebih sempurna dari petunjuk beliau.
Seperti orang-orang yang mengutamakan hokum thaghut di atas hukum Rosulullah SAW, mengutamakan hukum atau perundang-undangan manusia di atas hukum Islam, maka dia kafir.
5. Siapa yang membenci sesuatu dari ajaran yang dibawa oleh Rosulullah SAW sekalipun ia juga mengamalkannya, maka ia kafir
6. Siapa yang menghina sesuatu dari agama Rosul SAW atau pahala maupun siksanya, maka ia kafir.
Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah :
7. Sihir
Diantaranya sharf dan ‘athf (barangkali adalah amalan yang membuat suami benci kepada istrinya atau membuat wanita cinta kepadanya/pelet). Barangsiapa melakukan atau meridhoinya, maka ia kafir. Firman Allah :
8. Mendukung kaum musyrikin dan menolong mereka dalam memusuhi umat Islam.
Firman Allah :
9. Siapa yang meyakini bahwa sebagian manusia ada yang boleh keluar dari syari’at Nabi Muhammad SAW seperti halnya Nabi Khidir boleh keluar dari syariat Nabi Musa maka ia kafir. Sebagaimana diyakini oleh ghulat sufiyah (sufi yang berlebihan / melampaui batas) bahwa mereka dapat mencapai suatu derajatatau tingkatan yang tidak membutuhkan untuk mengikuti ajaran Rosulullah SAW.
10. Berpaling dari agama Allah, tidak mempelajarinya dan tidak pula mengamalkannya.
Firman Allah :

Syaikh Muhammad at Tamimi berkata, “tidak ada beda dalam hal yang membatalkan syahadat ini antara orang yang bercanda, yang serius (bersungguh-sungguh) maupun yang takut, kecuali orang yang dipaksa. Dan semuanya adalah bahaya yang paling besar serta yang paling sering terjadi. Maka setiap muslim wajib berhati-hati dan mengkhawatirkan dirinya serta mohon perlindungan kepada Allah SAW dari hal yang bisa mendatangkan murka Allah dan siksaNya yang pedih.”
















DAFTAR PUSTAKA

Rifa’i, Moh. 2011. Risalah Tuntunan Sholat Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
http//:www.goggle.com


0 komentar:

Posting Komentar