BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Masa remaja merupakan
salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Masa remaja sering digambarkan
sebagai masa yang paling indah, dan tidak terlupakan karena penuh dengan
kegembiraan dan tantangan. Namun masa remaja juga identik dengan kata
pemberontakan, dalam istilah psikologi sendiri sering disebut sebagai masa strom and stress karena banyaknya
goncangan-goncangan dan perubahan-perubahan yang cukup radikal dari masa remaja
sebelumnya.
Beberapa perkembangan
yang terjadi pada masa remaja yaitu, perkembangan fisik, intelektual, sosial
dan bahasa.
Dalam masa remaja,
penampilan anak berubah sebagai hasil peritiwa pubertas yang hormonal, mereka
mengambil bentuk tubuh orang dewasa. Pikiran mereka juga berubah dengan artian
mereka lebih dapat berfikir abstrak dan hipotesis, perasaan mereka berubah
hampir terhadap segala hal, semua bidang cakupan perkembangan sebagai seorang
remaja menghadapi tugas utama mereka, membangun identitas termasuk identitas
seksual yang akan terus mereka bawa sampai masa dewasa.
Salah satu tugas
perkembangan remaja yang harus dilaluinya adalah mampu berfikir secara lebih
dewasa dan rasional, serta memiliki perkembangan yang lebih matang dalam
menyelesaikan masalah. Dengan kata lain remaja harus memiliki kemampuan
intelektual serta konsepsi yang dibutuhkan untuk menjadi warga masyarakat yang
baik.
Perkembangan sosial
pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai
individu. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan
sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan
sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan, atau perantaan.
Sedangkan dengan
perkembangan bahasa, berkembanglah pula kemampuannya untuk mengungkapkan isi
hatinya. Ia akan lebih mudah mengerti oranglain dan lebih mudah dimengerti oleh
orang lain. Semua ini sangat membantu perkembangan tingkah laku dan sikap
sosialnya.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut ini:
1. Apa
yang dimaksud dengan masa remaja dan perkembangannya?
2. Apa
saja faktor dan kondisi yang mempengaruhi perkembangan fisik pada masa remaja?
3. Apa
yang dimaksud dengan intelektual dan bagaimana perkembangannya pada masa
remaja?
4. Apa
yang dimaksud dengan perkembangan sosial dan bagaimana perkembangannya pada
masa remaja?
5. Mengapa
perkembangan sosial seseorang dijadikan implikasi terhadap penyelenggaraan
pendidikan?
6. Apa
yang dimaksud bahasa dan bagaimana perkembangannya pada masa remaja?
7. Bagaimana
seorang remaja melewati masa perkembangan fisik, intelektual, sosial dan
bahasa?
1.3 Tujuan Masalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas,
makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikannya:
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan masa remaja dan perkembangannya.
2. Untuk
mengetahui apa saja faktor dan kondisi yang mempengaruhi perkembangan fisik
pada masa remaja.
3. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud intelektual dan perkembangannya pada masa remaja.
4. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud perkembangan sosial dan perkembangannya pada masa
remaja.
5. Untuk
mengetahui alasan dan implikasi perkembangan sosial terhadap penyelenggaraan
pendidikan.
6. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud bahasa dan perkembangan bahasa pada masa remaja.
7. Untuk
mengetahui bagaimana seorang remaja melewati perkembangan fisik, intelektual,
sosial dan bahasa.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.Makna Masa Remaja
Masa remaja merupakan
masa transisi perkembangan antara masa anak dan masa ke dewasa, dimulai dari pubertas, yang ditandai dengan perubahan
yang pesat dalam berbagai aspek perkembangan, baik fisik maupun psikis. Secara
harfiyah pubertas berasal dari bahasa
latin pubescene (yang berarti “to grow hairy”), yang berarti tumbuhnya
bulu-bulu, seperti bulu di sekitar kelamin, ketiak, dan muka. Secara istilah,
kata pubertas berarti proses pencapaian kematangan seksual dan kemampuan untuk
bereproduksi.
Masa remaja disebut
juga adolescence, yang dalam bahasa
latin berasal dari kata adolescere,
yang berarti “to grow into adulthood”.
Untuk memahami masa
remaja ini, pada paparan berikut dijelaskan tentang pendapat atau pandangan
para ahli (filsafat, antropologi, dan psikologi), yaitu sebagai berikut:
1. Aristoteles,
berpendapat bahwa aspek terpenting bagi remaja adalah kemampuannya untuk
memilih dan determinasi diri (selft-determination)
sebagai tanda kematangannya.
2. Jean-Jacques Rousseau,
berpendapat bahwa pada usia 15-20 tahun, individu sudah matang emosinya, dan
dapat mengubah sikap selfishness
(memerhatikan atau mementingkan diri sendiri) ke interest in others (memerhatikan orang lain).
3. Stanley Hall,
sebagai pionir dalam studi ilmiah tentang remaja berpendapat bahwa adolesen
adalah masa strom-and-stress, masa
penuh konflik, yaitu sebagai periode yang berada dalam dua situasi, antara
kegoncangan, penderitaan, asmara, dan pemberontakan dengan otoritas orang
dewasa.
4. Margaret Mead,
seorang ahli antropologi yang mempelajari masa adolesen di Samoa. Dia
berpendapat bahwa hakikat dasar adolesen bukan biologis tetapi sosial budaya.
Menurut dia bahwa remaja Samoa itu tidak berada dalam suasana strom-and-stress, bahkan sebaliknya,
mereka hidupnya relatif bebas dari kegelisahan atau stres (tetapi setelah ada
penelitian berikutnya, kira-kira dua dasawarsa setelah itu, kondisi perilaku
adolesen telah berubah).
5. Jacqueline Lerner
dan kawan-kawan (2009) sebagai ahli yang mempromosikan Positive Youth Development (PYD) berpendapat bahwa remaja memiliki
lima karakteristik positif, yaitu (a) Competence,
remaja memiliki persepsi positif terhadap aspek sosial, akademik, fisik,
karier, dan sebagainya; (b) Confidence, remaja
memiliki hubungan positif, seperti memiliki self-worth
dan self-efficacy; (c) Connection, remaja memiliki hubungan
positif dengan orang lain, seperti dengan keluarga, teman sebaya, guru, dan
yang lainnyadalam kehidupan masyarakat; (d) Character,
remaja memiliki sikap respek terhadap peran-peran sosial, memahami benar-salah
atau baik-buruk, dan memiliki integritas; dan (e) Caring/compassion, remaja menunjukkan perhatian emosional terhadap
orang lain, terutama pada saat mereka sedang berada dalam keadaan duka cita (distress).
2.2 Definisi Masa Remaja
Batasan
usia 11-24 tersebut didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut
ini:
1. Usia
11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai
tampak (kriteria fisik).
2. Usia
11 tahun dianggap oleh masyarakat Indonesia sebagai masa akhir baligh, baik
menurut adat maupun agama, sehingga mereka tidak diperlukan sebagai anak-anak.
(kriteria sosial).
3. Pada
usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti
tercapainya identitas (ego identity), tercapainya fase genital dari
perkembangan kognitif maupun moral.
4. Batas
usia 24 merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberikan peluang bagi mereka
kriteria sampai pada usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang lain,
belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa.
5. Status
perkawinan sangat menentukan, karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat
Indonesia secara menyeluruh. Seorang kriteria sudah menikah diusia berapapun
dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa.
Batasan
usia diatas adalah sebagian pendapat para ahli berbagai pendapat yang dikemukakan
oleh beberapa ahli psikologi.
2.3 Pengertian Perkembangan
Istilah
perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi karena adanya
proses kematangan belajar. Perkembangan bukan sekedar penambahan tinggi badan
seseorang melainkan suatu proses integrasi dari organisasi atau struktur dan
fungsi tingkah laku yang komplek dari individu yang bersangkutan, mengarah pada
tingkat yang lebih tinggi dan bersifat menetap beserta tidak dapat diputar
kembali.
2.4 Perkembangan Fisik Pada Masa Remaja
Perkembangan
fisik pada masa remaja diawali dengan pubertas, adalah masa kematangan fisik
yang sangat cepat, yang meliputi aspek hormonal dan perubahan fisik. Pikiran
mereka juga berubah dengan artian mereka lebih dapat berfikir abstrak dan
hipotesis, perasaan mereka berubah hampir terhadap segala hal, semua bidang
cakupan perkembangan sebagai seorang remaja menghadapi tugas utama mereka,
membangun identitas termasuk identitas seksual yang akan terus mereka bawa
sampai masa dewasa.
Dengan
berkurangnya perubahan fisik kecanggungan pada masa puber dan awal masa remaja
pada umumnya menghilang, karena remaja yang lebih besar sudah mempunyai waktu
tertentu untuk mengawasi tubuhnya yang bertambah besar. Mereka juga terdorong
untuk menggunakan kekuatan yang diperoleh dan selanjutnya merupakan bantuan
untuk mengatasi kecangguangan yang timbul kemudian.
Karena
kekuatan mengikuti pertumbuhan otot, anak laki-laki pada umumnya menunjukkan
kekuatan yang terbesar pada usia 14 tahun, sedangkan anak perempuan menunjukkan
kemajuan pada usia ini dan kemudian ditinggalkan karena perubahan minat lebih
daripada kurangnya kemampuan.
2.4.1 Tahap Perubahan Fisik Pada Remaja
Perubahan
fisik selama masa remaja dibagi menjadi beberapa tahan:
1. Perubahan
Eksternal
Perubahan yang terjadi selama masa
remaja dibagi menjadi beberapa tahap:
a. Tinggi
Badan
Rata-rata anak perempuan mencapai
tingkat matang pada usia antara 17 dan 18 tahun, rata-rata anak laki-laki
kira-kira setahun setelahnya.
Perubahan tinggi badan remaja
dipengaruhi asupan makanan yang diberikan, pada anak yang diberikan imunisasi
pada masa bayi cenderung lebih tinggi dipada anak yang tidak mendapatkan
imunisasi. Anak yang tidak diberikan imunisasi lebih banyak menderita sakit
sehingga pertumbuhannya terlambat.
b. Berat
Badan
Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang
sama dengan perubahan tinggi badan, perubahan berat badan terjadi akibat
penyebaran lemak pada bagian-bagian tubuh yang hanya mengandung sedikit lemak
atau bahkan tidak mengandung lemak.
Ketidakseimbangan perubahan tinggi badan
dengan berat badan menimbulkan ketidak idealan badan anak, jika perubahan
tinggi badan lebih cepat dari berat badan, maka bentuk tubuh anak menjadi
jangkung (tinggi kurus), sedangkan jika perubahan berat badan lebih cepat dari
perubahan tinggi badan, maka bentuk tubuh anak menjadi gemuk gilik (gemuk
pendek).
c. Proposi
Tubuh
Berbagai anggota tubuh lambat laun
mencapai perbandingan yang tumbuh baik. Misalnya, badan melebar dan memanjang
sehingga anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu pandang.
d. Organ
Seks
Baik laki-laki maupun perempuan, organ
seks mengalami ukuran matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum
matang sampai beberapa tahun kemudian.
e. Ciri-ciri
Seks Sekunder
Ciri-ciri seks sekunder yang utama,
perkembangannya matang pada masa akhir masa remaja.
Ciri sekunder tersebut antara lain
ditandai dengan tumbuhnya kumis dan jakun pada laki-laki, sedangkan pada
perempuan ditandai dengan membesarnya payudara.
2. Perubahan
Internal
Perubahan yang terjadi dalam organ dalam
tubuh remaja dan tidak tampak dari luar. Perubahan ini nantinya sangat
mempengaruhi kepribadian remaja. Perubahan tersebut adalah:
a. Sistem
Pencernaan
Perut menjadi lebih panjang dan tidak
lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar,
otot-otot diperut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati
bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.
b. Sistem
Peredaran Darah
Jantung tumbuh pesat selama masa remaja,
pada usia 17 atau 18, beratnya 12 kali berat pada waktu lahir. Panjang dan
tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilamana
jantung sudah matang.
c. Sistem
Pernafasan
Kapasitas paru-paru anak perempuan
hampir matang pada usia 17 tahu; anak laki-laki mencapai tingkat kematangan
baru beberapa tahun kemudian.
d. Sistem
Endokrin
Kegiatan gonad yang
meningkat pada masa puber menyebabkan ketidak seimbangan sementara dari seluruh
sistem endokrin pada masa awal puber. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat
dan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran yang matang sampai akhir masa
remaja atau awal masa dewasa.
e. Jaringan
Tubuh
Perkembangan kerangka
berhenti rata-rata pada usia 18 tahun. Jaringan selain tulang, khususnya bagi
perkembangan otot, terus berkembang sampai tulang mencapai ukuran yang matang.
2.4.2
Aspek Hormonal
Aspek
hormonal yang mempengaruhi perkembangan fisik pada masa remaja yaitu, sebagai
berikut:
a. Kelenjar
endoktrin (endoctrine glands)
b. Kelenjar
pituitari
c. Gonads
2.4.3 Kondisi-kondisi
Yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik Remaja
Perkembangan fisik erat hubungannya dengan kondisi remaja. Kondisi yang baik
berdampak baik pada pertumbuhan fisik remaja, demikian pula sebaliknya.
Adapun kondisi-kondisi yang
mempengaruhinya adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh
Keluarga
Pengaruh keluarga
meliputi faktor keturunan maupun faktor lingkungan. Karena faktor keturunan
seorang anak dapat lebih tinggi atau panjang dari anak lainnya, sehingga ia
lebih berat tubuhnya, jika ayah dan ibunya atau kakeknya tinggi dan panjang.
2. Faktor
Lingkungan
Faktor lingkungan akan
membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang dibawa
dari orang tuanya. Lingkungan juga dapat memberikan pengaruh pada remaja
sedemikian rupa sehingga menghambat atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan
dimasa remaja.
3. Pengaruh
Gizi
Anak yang mendapatkan
gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai
taraf dewasa dibandingkan dengan mereka yang tidak mendapat gizi cukup.
4. Gangguan
Emosional
Anak yang sering
mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang
berlebihan dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon
pertumbuhan dikelenjar pituitary.
Bila terjadi hal
demikian pertumbuhan awal remajanya terhambat dan tidak tercapai berat tubuh
yang seharusnya.
5. Jenis
Kelamin
Anak laki-laki
cenderung lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan, kecuali pada
usia 12-15 tahun. Anak perempuan biasanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih
berat daripada anak laki-laki. Hal ini terjadi karenabentuk tulang dan otot
pada anak laki-laki berbeda dengan permpuan. Anak perempuan lebih cepat
kematangannya daripada laki-laki.
6. Sifat
Sosial Ekonomi
Anak yang
berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, cenderung lebih
kecil daripada anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi yang tinggi.
7. Kesehatan
Kesehatan amat
berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik remaja. Remaja yang berbadan sehat dan
jarang sakit, biasanya memiliki tubuh yang lebih tinggi dan berat dibanding
yang sering sakit.
8. Pengaruh
Bentuk Tubuh
Pengaruh bentuk
psikologis muncul antara lain disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik.
Diantara perubahan fisik yang sangat berpengaruh adalah pertumbuhan tubuh (badan makin panjang
dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada
perempuan dan “mimpi pertama” pada laki-laki), dan tanda-tanda kelamin kedua
yang tumbuh.
2.5
Perkembangan
Intelektual Pada Masa Remaja
2.5.1
Pengertian Intelektual
Intelektual
adalah orang yang menggunakan kecerdasannya untuk bekerja, belajar,
membayangkan, mengagas, atau menyoal dan menjawab persoalan tentang berbagai
gagasan.
Pada
usia remaja secara mental anak telah dapat berfikir logis tentang berbagai
gagasan yang abstrak. Dengan kata lain, berfikir operasi formal lebih bersifat
hipotesis dan abstrak serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah
daripada berfikir konkrit.
Pada
periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola fikir sendiri dalam usaha
memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berfikir para
remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangankan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat
atau hasilnya.
Para
remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses
informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka
juga tidak mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.
Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri
dengan lingkungan sekitar mereka.
Secara kritis, remaja akan lebih banyak
melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini
diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat
adanya “kenyataan” lain diluar dari yang selama ini diketahui dan
dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan
beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan sering
kali membingungkan terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan
tertentu saja selama masa kanak-kanak.
2.5.2 Intelektual Pada
Remaja
Tidak sedikit anak remaja yang berupaya
menentukan pilihan-pilihan kegiatannya atas dasar pertimbangan yang rasional,
baik dari sisi kompetensi pribadi dan minatnya terhadap pilihan tersebut.
Contohnya
pertama, apabila disekolah terdapat bermacam-macam program ekstrakurikuler maka
anak tersebut berupaya memilih salah satu ekstrakurikuler yang diminatinya
serta sesuai dengan kemampuan dirinya, tidak lagi atas dasar pilihan orang
tuanya.
Contoh
kedua, dalam hal memilih sekolah. Tidak sedikit remaja yang memilih sekolah
atas dasar pertimbangan hal-hal yang ada dalam pribadinya bukan karena pilihan
ditentukan oleh orang tuanya, walaupun juga masih ada remaja yang menurut apa
yang menjadi pilihan, apa yang menjadi ketentuan, serta apa yang menjadi
harapan orang tua bagi dirinya.
Rasa ingin tahu yang besar karena
reamaja berada pada perkembangan kognitif yang fleksibel, maka remaja memiliki
rasa ingin tahu yang besar. Bila rasa ingin tahu itu diarahkan ke hal-hal yang
positif maka itu akan sangat membentuk dirinya dengan baik.
Misal,
penelitian ilmiah, lintas alam, dan sebagainya.
Tapi
apabila rasa ingin tahu itu disalurkan dengan cara yang negatif maka hal itu
bisa merusak dirinya sendiri.
Misal,
merokok, memakai narkoba, menonton film porno, melakukan seks bebas yang
merupakan tindakan yang dilakukan remaja karena berawal dari rasa ingin tahu
yang besar.
Penyebab lainnya bisa juga diakibatkan
oleh pola asuh orang tua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai
anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasaan dalam memenuhi tugas
perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah
harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak sehingga saat mereka lulus sekolah
menengah, sudah terbiasa berfikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah
dan mencari solusi terbaik. Untu itu, sekolah, keluarga, lingkungan punya
tanggung jawab untuk membimbing remaja dengan benar.
2.6
Perkembangan
Sosial Pada Masa Remaja
2.6.1
Pengertian
Perkembangan Sosial
Hubungan sosial merupakan hubungan antar
manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang
sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa,
kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial
juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja,
seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan
pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian
perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia
sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Perkembangan sosial dapat pula diartikan
sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok,
moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling
berkomunikasi dan kerjasama.
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan
hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari
tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana.
Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan
dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
2.6.2 Karakteristik
Perkembangan Sosial Remaja
Pada masa remaja berkembang “social cognition”, yaitu kemampuan
untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang
unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat, nilai-nilai, maupun perasaannya.
Pada masa ini juga berkembang sikap “conformity”, yaitu kecenderungan untuk
menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau
keinginan orang lain (teman sebaya).
Apabila kelompok teman sebaya yang
diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat
dipertanggung jawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan
pribadinya yang baik. Sedangkan, apabila kelompoknya itu menampilkan dan
perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan
melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
2.6.3 Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi
keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan
intelegensi.
1. Keluarga
Keluarga merupakan
lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek
perkembangan anak termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi atau tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang yang kondusif bagi sosialisasi
anak. Didalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan
demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak.
Proses pendidikan yang
bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga.
Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan
yang lebih luas ditetapkan dan diartikan oleh keluarga.
2. Kematangan
Anak
Bersosialisasi
memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangkan dalam
proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan
intelektual dan emosional. Disamping itu, kemampuan berbahasa ikut pula
menentukan. Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan
kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan
fungsinya dengan baik.
3. Status
Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status
kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan mmandang
anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam
konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “Ia anak siapa”. Secara tidak
langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan
memperhitungkan norma yang berlaku didalam keluarganya. Dari pihak anak itu
sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak
akan senantiasa “menjaga” status sosial dalam ekonomi keluarganya. Dalam hal
tertentu, maksud “mejaga ststus dalam keluarganya” itu mengakibatkan
menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat
berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat
lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan
proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses
pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak
didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang. Pendidikan
dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh
kehidupan keluarga, masyarakat dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang
benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan
pendidikan (sekolah).
Kepada peserta didik
bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan
kepada norma-norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antarbangsa,
titik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
5. Kapasitas
Mental, Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berfikir
banyak mempengaruhi banyak hl, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah,
dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkembang bahasa
secara baik. Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa
baik, pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan
dalam perkembangan sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami
orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan
mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
2.6.4 Pengaruh
Perkembangan Sosial Terhadap Tingkah Laku
Dalam perkembangan sosial anak, mereka
dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi
diri yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya
dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang
lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya.
Pikiran anak saling dipengaruhi, oleh
ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan
orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemapuan obstraksi anak yang
menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan
keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam fikirannya.
Disamping itu pengaruh egoisentris
sering terlihat, diantaranya berupa:
1. Cita-cita
idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan
akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin
menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2. Kemampuan
berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam
penilaiannya.
Melalui banyak
pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang
lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhiri masa remaja sudah sangat
kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.
2.6.5 Implikasi
Perkembangan Sosial Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Remaja yang dalam masa mencari dan ingin
menentukan jati dirinya memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau
sebaliknyha. Mereka belum mamahami benar tentang norma-norma sosial yang
berlaku didalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan
sosial yang kurang serasi, karena mereka sukar untuk menerima norma seksual
dengan kondisi dalam kelompok atau masyarakat. Sikap menentang dan sikap
canggung dalam pergaulan akan merugikan kedua belah pihak. Oleh karena itu,
diperlukan adanya upaya pengembangan hubungan sosial remaja yang diawali dari
lingkungan keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat.
1. Lingkungan
Keluarga
Orang tua hendaknya
mengikuti kedewasaan remaja dengan jalan memberikan kebebasan terbimbing untuk
menghambil keputusan dan tanggung jawab sendiri. Iklim kehidupan keluarga yang
memberikan kesempatan secara maksimal terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak akan dapat membantu anak memiliki kebiasaan psikologis untuk mengungkapkan
perasaannya. Dengan cara demikian remaja akan merasa bahwa dirinya dihargai,
diterima, dicintai, dan dihormati sebagai manusia oelh orang tua dan anggota
keluarga lainnya.
Dalam konteks bimbingan
orang tua terhadap remaja Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis pola asuh
orang tua yaitu:
a)
Pola Asuh Bina Kasih (Induction)
Yaitu pola asuh yang
diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memberikan
penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang diambil
oleh anaknya.
b)
Pola Asuh Unjuk Kuasa (Power
Acsertion)
Yaitu pola asuh yang
diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan
kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun anak tidak dapat menerimanya.
c)
Pola Asuh Lepas Kasih
(Love Withdrawai)
Yaitu pola asuh yang
diterapkan orang tua dalam medidik anaknya dengan cara menarik sementara
kasihnya ketika anak tidak menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya. Akan
tetapi jika anak sudah mau melaksanakan apa yang dikehendaki orang tuanya maka
cinta kasihnya itu akan dikembalikan seperti sedia kala.Dalam konteks
pengembangan kepribadian remaja, termasuk didalamnya perkembangan hubungan
sosial, pola asuh yang disarankan oleh Hoffman (1989) untuk diterapkan adalah
pola asuh bina kasih (induction). Artinya setiap keputusan yang diambil oleh
orang tua tentang anak remajanya atau setiap pelakuan yang diberikan orang tua
terhadap anak remajanya harus senantiasa disertai dengan penjelasan atau alasan
yang rasional. Dengan cara demikian, remaja akan dapat mengembangkan
pemikirannya untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti atau tidak terhadap
keputusan atau perlakuan orang tuanya.
2. Lingkungan
Sekolah
Didalam mengembankan
hubungan sosial remaja, guru juga harus mampu mengembangkan proses pendidikan
yang bersifat demokratis. Guru harus berupaya agar pelajaran yang diberikan
selalu cukup menarik minat anak, sebab tidak jarang anak menganggap pelajaran
yang diberikan oleh guru kepadanya tidak bermanfaat. Tugas guru tidak hanya
semata-mata mengajar tetapi juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan
pelajaran sebagai upaya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, juga
harus membina para peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
Dengan demikian,
perkembangan hubungan sosial remaja akan dapat berkembangsecara maksimal.
3. Lingkungan
Masyarakat
a) Penciptaan
kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang kepada
mereka kearah perilaku yang bermanfaat.
b) Perlu
sering diadakan kegiatan kerja bakti, bakti karya untuk dapat mempelajari
remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat.
2.7
Perkembangan
Bahasa Pada Masa Remaja
2.7.1
Pengertian
Bahasa
Bahasa merupakan untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, serta kematangan emosioanal dan sosial. Dengan
perkembangan bahasa, anak akan lebih mengerti orang lain dan lebih mudah
dimengerti oleh orang lain. Semua ini sangat membantu perkembangan tingkah laku
dan sikap sosialnya. Penggunaan aspek kebahasaan dalam proses pembelajaran
sering berhubungan satu sama lainnya. Menyimak dan membaca erat hubungan dalam
hal bahwa keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan
menulis erat hubungannya dalam hal bahwa keduanya merupakan cara untuk
mengekpresikan makna.
2.7.2
Perkembangan
Bahasa Dalam Pendidikan dan Lingkungan Masyarakat
Bersamaan dengan kehidupan dalam
masyarakat luas, anak remaja mengikuti proses belajar disekolah. Sebagaimana
diketahui dilembaga pendidikan, bahasa diberikan rangsangan yang terarah sesuai
dengan kaidah-kaidah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan
memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, namun juga secara berencana
merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk didalamnya perilaku berbahasa.
Pengaruh pergaulan dalam masyarakat
(teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi
lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang dalam kelompok sebaya.
Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok tertentu yang
bentuknya amat khusus (bahasa prokem).
Perkembangan bahasa anak dilengkapi dan
diperkaya oleh lingkungan masyarakat dimana mereka tinggal. Hal ini berarti
bahwa proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan
masyarakat sekitar, akan memberi ciri khusus dalam perilaku berbahasa.
Bersamaan dengan kehidupannya dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengikuti
proses belajar disekolah.
Masa remaja, terutama remaja awal
merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun
dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana serta prasarana, menyebabkan si
remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era
globalisasi sekarang ini penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting
untuk menunjang kesuksesan hidup dan karir seseorang. Namun dengan adanya
hambatan dalam pengembangan ketidak mampuan berbahasa asing tentunya akan
sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya.
Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek
emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah menyelesaikan penyusunan masalah
tentang perkembangan fisik, intelektual, sosial dan bahasa. Penyusun dapat
menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1) Perkembangan fisik pada masa remaja diawali
dengan pubertas, adalah masa kematangan fisik yang sangat cepat, yang meliputi
aspek hormonal dan perubahan fisik. Pikiran mereka juga berubah dengan artian
mereka lebih dapat berfikir abstrak dan hipotesis. Perasaan mereka berubah
hampir terhadap segala hal, semua bidang cakupan perkembangan sebagai seorang
remaja menghadapi tugas utama mereka membangun identitas termasuk identitas
seksual yang akan terus mereka bawa sampai masa dewasa.
2) Anak yang berkemampuan intelektuan tinggi akan
berkemampuan berbahasa secara baik.
3) Perkembangan sosial pada masa remaja
berkembang pula kemampuan untuk memahami orang sebagai individu.
4) Dengan perkembangan bahasa, berkembanglah pula
kemampuannya untuk mengungkapkan isi hatinya. Ia akan lebih mudah mengerti
orang lain dan lebih mudah dimengerti oleh orang lain. Semua ini sangat
membantu perkembangan tingkah laku dan sikap remaja.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil rangkuman, maka kami
dapat mengemukakan saran. Remaja merupakan tahap awal seorang anak untuk tumbuh
menjadi seorang dewasa yang cerdas dan berpengetahuan luas. Oleh sabab itu,
orang tua harus memperhatikan setiap perkembangan yang dialami oleh anaknya
dari mulai perkembangan fisik, emosi, motivasi, perasaan, intelektual, sosial
dan bahasa. Agar anak tidak terjerumus kedalam hal-hal yang negatif yang akan
merusak dirinya sendiri. Orang tua hendaknya mengetahui kedewasaan remaja
dengan jalan memberikan kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan dan
tanggung jawab sendiri.
syukron katsiir,,,tulisannya banyak membantu sy mnylsaikan tugas2 kuliah
BalasHapusTerima kasih kawan (Y) :-D
BalasHapusBisa minta daftar pustakanya ?
BalasHapusboleh minta daftar pustaka (sumber) nya ? mohon dibalas penting
BalasHapusEfek racun seks mengurangi kualitas bangsa
BalasHapusTerimaksih banyak informasi dan ilmunya sahabat
BalasHapussalam hormat dari saya
Warkop Setia
mohon penulis mencantumkan daftar pusatakanya, biar kami juga mudah jika ingin mencari tahu atau belajar dari sumbernya
BalasHapusBoleh mintak Daftarpustakadak
BalasHapus