BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Konsep
dari pembuatan makalah ini adalah untuk memahami jenis dan karakteristik
perbedaan dari setiap masing - masing individu. Adapun misi dan misinya adalah
:
1. Memahami
karakteristik tengtang jenis – jenis perbedaan individu
2. Menjelaskan
lebih terperinci mengenai jenis perbedan individu
1.1
MAKSUD &
TUJUAN
Maksud
disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi mata kuliah pesdik.
Adapun tujuan
dari penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
·
Menjelaskan jenis
perbedaan individu
·
Mengenal dan
menjelaskan karakteristik individu
1.2
BAB II
A. Rumusan Masalah:
Di dalam setiap kehidupan
bermasyarakat memiliki perbedaan inidvidu, setiap manusia memiliki karakteristik
masing –masing. Dalam perbedaan individu ini terlihat dari karakteristik yang
dimilikinya seperti halnya : Perbedaan
individu, perbedaan kecakapan bahasa, perbedaan latar belakang, perbedaan
bakat, pperbedaan kesiapan belajar. Dll.
Demikian juga dalam perbedaan individu
sangat berkaitan dengan kehidupan sehari – hari. Itu semua di tunjukan pada
karakteristik individu.
1.3
BAB III
Perbedaan Individual Peserta Didik
A.
Pengertian Individu
Manusia adalah
mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang . Sejak ratusan tahun
sebelum Isa, manusia telah menjadi obyek filsafat, baik obyek formal yang
mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek material yang mempersoalkan manusia
sebagai apa adanya manusia dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana dikenal
adanya manusia sebagai mahluk yang berpikir atau homo sapiens, mahluk
yang berbuat atau homo faber, mahluk yang dapat dididik
atau homo educandum dan seterusnya.
Dalam kamus Echols
& Shadaly (1975), individu adalah kata benda dari individual yang berarti
orang, perseorangan, dan oknum. Berdasarkan pengertian di atas dapat dibentuk
suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi
yang dimilikinya dan akan membawa perubahan-perubahan apa saja yang diinginkan
dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya.
Dalam pertumbuhan
dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Pada awal
kehidupannya bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum
peduli dengan apa saja yang terjadi diluar dirinya. Ia sudah senang bila
kebutuhan fisiknya sudah terpenuhi. Dalam perkembangan selanjutnya maka ia akan
mulai mengenal lingkungannya, membutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan
teman, keamanan dan seterusnya. Semakin besar anak tersebut semakin banyak
kebutuhan non fisik atau psikologis yang dibutuhkannya.
B. Karakteristik
Individu
Setiap individu
memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik
yang memperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan
karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor
biologis maupun faktor sosial psikologis. Sementara karakteristik yang
dipengaruhi lingkungan adalah karakteristik yang banyak dipengaruhi dengan
keadaan masyarakat sekitar atau faktor-faktor eksternal dirinya.
Natur dan nature merupakan istilah yang biasa digunakan untuk
menjelaskan karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan
emosional pada setiap tingkat perkembangan. Seorang bayi yang baru lahir
merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis keturunan ayah dan garis
keturunan ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru,
maka secara berkesinambungan dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor lingkungan
yang merangsang.
C.
Perbedaan Individu Peserta Didik
Makna “perbedaan”
dan “perbedaan individual” menurut Lindgren (1980) menyangkut variasi yang
terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis.
Dari pembahasan
yang berhubungan dengan individu terdapat dua fakta yang menonjol yaitu :
- Semua dari manusia mempunyai kesamaan dalam pola perkembangannya.
- Warisan manusia secara biologis dan sosial tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda.
Garry 1963 dalam
buku Perkembangan Peserta Didik karya Sunarto dan B. Agung Hartono
mengategorikan perbedaan individual ke dalam bidang-bidang berikut:
- Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
- Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
- Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
- Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar.
- Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.
Jenis perbedaan lainnya meliputi
1.Perbedaan
kognitif
Kemampuan kognitif
merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang hasil pengamatan atau
penyerapan atas suatu obyek. Berarti ia menguasai segala sesuatu yang
diketahui, dalam arti pada dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan
itu diorganisasikan secara sistematik untuk menjadi miliknya
2.Perbedaan kecakapan
bahasa
Bahasa merupakan
salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupan. Kemampuan
tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan
kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata
dan kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis. Kemampuan berbahasa sangat
dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan serta faktor fisik
(organ bicara)
3.Perbedaan
kecakapan motorik
Kecakapan motorik
atau kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi
gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan
kegiatan.
4.Perbedaan Latar
Belakang
Perbedaaan latar
belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat
prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan
5
.Perbedaan bakat
Bakat merupakan
kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang
dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat
sebaliknya bakat tidak berkembang sama, manakala lingkungan tidak memberi
kesempatan untuk berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang
menyentuhnya.
6.Perbedaan
kesiapan belajar
Perbedaan latar
belakang, yang meliputi perbedaan sisio-ekonomi sosio cultural, amat penting
artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak
selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar
yang lebih luas.
Perbedaan Individu
peserta didik juga dapat dikategorikan menurut jenjang usia secara lebih
spesifik, antara lain :
Perbedaan
Individu anak usia SD
a. Perbedaan
pada perkembangan fisik
Untuk melihat
perbedaan pada perkembangan fisik anak se-usia SD dapat dilihat dengan jelas
saat mereka berdiri bersama, terlihat ada yang tinggi, rendah, kurus, dan
gemuk. Menurut Tanner (1973:35) pertumbuhan rata-rata anak usia 7 tahun tidak
jauh berbeda dengan anak usia 9 tahun. Selain perbedaan yang terlihat jelas
karena perkembangan fisik, ada juga faktor lain yang mempengaruhi perbedaan
individu setiap anak yaitu faktor lingkungan, kesehatan anak, dan keluarga.
Dalam sebuah studi
penelitian menjelaskan bahwa apabila siswa laki-laki dan perempuan di kelas 3,
4, 5 SD diberi pendidikan jasmani yang sama, maka beberapa hal anak perempuan
berhasil lebih baik daripada anak laki-laki. Beberapa hal tersebut adalah bisa
berjalan cepat dan meloncat jauh (E.G Hall & Lee, 1984).
Oleh karena itu,
sebagai seorang pendidik harus menyadari perbedaan-perbedaan pada aspek fisik
pada setiap peserta didiknya.
b. Perbedaan pada perkembangan intelektual
Seperti halnya
perbedaan pada perkembangan fisik anak, pada tahap operasi konkret menurut
Piaget, naka-anak dapat berpikir logis tentang suatu hal. Walaupun demikian,
kadar dan cara anak untuk berpikir logis terhadap sesuatau akan ada perbedaan.
Perbedaan yang ada tersebut disebabkan juga oleh berbagai faktor. Seorang
pendidk yang mengajar di kelas 1 SD dengan hanya ceramah (verbalisme) dalam
menerangkan konsep pertambahan pada matematika, tidak akan membuat siswa
berkembang secara maksimal. Lain halnya dengan jika guru tersebut menggunakan
secara maksimal. Lain halnya dengan jika guru tersebut menggunakan berbagai
benda konkret sebagai media untuk menyampaikan materi, akan membuat anak lebih
cepat mengerti
c. Perbedaan
pada perkembangan moral
Perbedaan yang
dapat terjadi pada aspek perkembangan moral pada individu banyak tergantung
dari lingkungan bukan bawaan lahir. Terdapat 2 pandangan ahli tentang perbedaan
pada perkembangan moral.
Piaget dan Tahapan Moral
Menurut Piaget,
konsepsi anak mengenai moralitas berkembang pada dua tahap utama yang sejajar
dengan tahap pra-operasional. Terdapat dua tahapan yaitu;
a
Tahap pertama, hambatan moralitas (heteronomous morality),
bercirikan kekakuan, penyesuaian yang sederhana.
b
Tahap kedua, moralitas kerjasama (autonomous morality),
bercirikan moral yang fleksibel.
Perbedaan Perkembangan Moral pada Anak
Tahapan
|
Perkiraan Usia
|
Perkembangan
|
0
|
4-6 tahun
|
Anak berpendapat bahwa pandangan dia hanya
satu-satunya kemungkinan
|
1
|
6-8 tahun
|
Anak sadar bahwa orang lain mengintregasikan suatu
situasi dengan cara yang berbeda dengan interprestasi mereka sendiri
|
2
|
8-10 tahun
|
Anak mempunyai kepedulian yang bertolak belakang
menyadari bahwa orang lain mempunyai pandangan yang berbeda dan orang lain
peduli bahwa dia memiliki pandangan tertentu. Anak mengerti bahwa membiarkan
orang lain tahu bahwa permohonannya tidak dapat dilupakan
|
3
|
10-12 tahun
|
Anak dapat membayangkan bahwa perspektif orang
ketiga perlu diperhitungkan
|
4
|
Remaja
|
Orang-orang sadar bahwa komunikasi dan pengambilan
peranan tidak selalu dapat menyelesaikan masalah untuk mengatasi nilai
lawan-lawannya.
|
Tabel di atas
membahas tentang perbedaan yang timbul pada aspek perkembangan moral yang
diajukan oleh Piaget, namun Kohlberg memiliki pandangan lain.
Perbedaan
Individu Orang Dewasa
1.
Perbedaan
Dalam Minat
Orang dewasa
memiliki banyak minat yang berbeda dan dibagi dalam tiga kategori, antara lain
:
a) Minat
Pribadi
Minat pribadi
orang dewasa selalu menyangkut kehidupan seseorang tertentu.
v
Penampilan
Penampilan sangat
penting terutama untuk laki-laki dan wanita dewasa karena dalam interaksi
sosial penampilan fisik yang menarik merupakan potensi yang menguntungkan dan
dapat dimanfaatkan untuk memperoleh berbagai hasil yang menyenangkan bagi
pemiliknya. Salah satu contohnya adalah kemudahan dalam berteman.
v Pakaian dan Perhiasan
Perhatian terhadap
pakaian dan perhiasan tetap berperan kuat dalam masa dewasa. Orang dewasa
sangat sadar bahwa keberhasilan dalam hubungan sosial dan berbagai bidang
kegiatan banyak dipengaruhi oleh penampilan pakaian dan perhiasannya.
Disepakati oleh para ahli bahwa pakaian dan perhiasan juga punya makna sebagai
simbol status. Pakaian dan perhiasan seseorang menentukan tinggi rendahnhya
status seseorang dalam kelompoknya, bahkan dapat menjadi penentu tingkat kelas
sosial ekonomi orang yang bersangkutan.
v Uang
Orang dewasa lebih
tertarik pada uang karena uang dapat memenuhi kebutuhannya. Orang dewasa sangat
berminat untuk mempelajari bagaimana cara mendapatkan uang yang cukup untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri maupun keluarga. Mereka berminat memperhatikan
dan mempelah=jari anggaran rumah tangga atau berminat mengelola pendapatan atau
pengeluaran keluarga.
v Agama
Orang dewasa
umunya menaruh cukup perhatian terhadap agama. Orang tua sering merasa bahwa
mengajarkan dasar-dasar agama yang dianut kepada anak-anak merupakan tanggung
jawab moral sebagai orang tu
b) Minat Rekreasional
Istilah rekreasi
diartikan sebagai kegiatan yang memberikan kesegaran atau mengembalikan
kekuatan dan kesegaran psikologis
sesudah lelah
bekerja atau sesudah mengalami keresahan psikologis. Fungsi rekreasi sama
dengan fungsi bermain pada masa kanak-kanak. Meskipun demikian rekreasi orang
dewasa lain dari permainan kanak-kanak maupun remaja. Kegiatan rekreasi orang
dewasa lebih berorientasi pada keluarga atau lingkungan tetangga dan sangat
berbeda dengan rekreasi remaja
c) Minat Sosial
Beberapa faktor
yang mempengaruhi minat dan aktivitas sosial orang dewasa adalah sebagai
berikut :
- Mobilitas sosial
- Status sosial ekonomi
- Lamanya tinggal dalam suatu kelompok masyarakat
- Kelas sosial
- Lingkungan
- Jenis kelamin
- Umur kematangan seksual
- Urutan kelahiran
- Keangotaan dari tempat ibadah
- Kepribadian
Kepribadian orang
dewasa disini mengacu pada kualitas total perilaku orang dewasa yang tampak dalam
melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik. Ciri-ciri
kepribadian orang dewasa yang tampak dalam interaksinya dalam lingkungan antara
lain
- Karakter yang mengacu pada konsekuen tidaknya dalam melakukan aturan etika perilaku, atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat, atau konsisten tidaknya tindakan dalam menghadapi situasi lingkungan yang serupa atau berbeda.
- Temperamen yang mengacu pada cepat atau lambatnya mereaksi terhadap rangsangan yang datang dar lingkungan.
- Sikap,
- Stabilitas emosional
- Tanggung jawab
- Sosiabilitas.
Secara implisit
dari penjelasan terdahulu telah dikatakan bahwa kepribadian itu dipengaruhi
oleh faktor hereditas dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungannya
antara lain melalui proses belajar
2. Kecakapan
Kecakapan orang dewasa yang satu dengan yang lain berbeda. Orang dewasa
yang tampak dapat bertindak secara cepat, tepat, dan dengan mudah lazim disebut
orang cakap. Dalam isitlah psikologi orang tersebut disebut sebagai orang yang
berperilaku inteligen.
Jenis-jenis Perbedaan individual
Perbedaan individual
menyangkut dengan berbagai aspek yang masing-masing memilki ciri-ciri tertentu;
- Kecerdasan, siswa yang kurang cerdas menunjukkan ciri-ciri belajar lebih lamban, memerlukan banyak latihan, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk maju, tidak mampu melakukan abstraksi. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi pada umumnya memilki perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan latihan, mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu menarik kesimpulan dan melakukan abstraksi;
- Bakat (aptitude), bakat mempengaruhi perkembangan individu. Untuk mengetahui bakat itu perlu diadakan tes bakat (aptitude test) pada waktu mereka mulai bersekolah. Bakat turut menentukan perbedaan hasil belajar, sikap, minat, dan lain-lain;
- Keadaan Jasmani, keadaan jasmani tiap siswa berbeda-beda. Perbedaan itu terdapat pada struktur badan (tinggi, berat, dan koordinasi anggota badan), cacat badan (gangguan pada penglihatan, sakit menahun, mudah pusing kepala, dan lain-lain), gangguan penyakit tertentu. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi efisiensi dan kegairahan belajar, mudah lelah, kurang berminat melakukan berbagai kegiatan, dan akan mempengaruhi hasil belajar;
- Penyesuaian Sosial dan Emosional, keadaan sosial dan emosi individu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berbagai sikap sosial dan emosional, adalah pendiam, pemberang, pemalu, pemberani, mudah bereaksi, senang bekerjasama, suka mengasingkan diri, mudah terpengaruh, sensitif, sedang menggatungkan diri kepada orang lain. Tingkah laku sosial dan emosional ini dapat berubah sesuai dengan kondisi dan situasi sekitarnya. Keadaan ini besar pengaruhnya terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar siswa;
- Keadaan Keluarga, keadaan keluarga besar pengaruhnya terhadap individu, dan oleh karenanya terjadi perbedaan individual yang dilaterbelakangi perbedaan keadaan keluarga. Pengaruhnya terjadi pada perbedaan dalam hal-hal pengalaman sikap, apresiasi, minat, sikap ekonomis, cara berkomunikasi, kebiasaan berbicara, hubungan kerjasama, pola pikir, dan lain-lain. Perbedaan dalam hal-hal tersebut mempengaruhi tingkah laku dan perubahan belajar sekolah;
- Prestasi Belajar, perbedaan hasil belajar di kalangan para siswa disebabkan oleh faktor-faktor kematangan, latar belakang pribadi, sikap dan bakat terhadap pelajaran, jenis mata ajaran yang diberikan, dan sebagainya.
2.2
PERBEDAAN INDIVIDU DAN IMPLIKASI
DALAM PEMBELAJARAN
Menurut para ilmuwan, dewasa ini
manusia menggunakan 10 persen dari kemampuan otaknya. Dari 10 persen itu
sebagian besar hanya mengoptimalkan belahan otak kiri (Stanford Research
Institute).
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Intelegensi Seseorang
Faktor-faktor yang mempengaruhi
intelegensi, sehingga terdapat perbedaan intelegensi seseorang dengan yang lain
ialah:
1) Pembawaan,
Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan cirri yang dibawah sejak lahir. Batas
kesangupan kita yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama ditentukan
oleh pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar ada pula yang bodoh. Sekalipun
menerima latihan dan pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan itu masih
tetap ada.
2) Kematangan,
tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap
organ(fisik maupun non fisik) dapat dikatakan telah matang jika telah mencapai
kesangupan menjalangkan fungsinya masing-masing. Anak tidak dapat memecahkan
soal-soal tertentu karena soal-soal itu masih terlampau sukar baginya.
Organ-organ tubuhnya dan fungsi-fungsi jiwanya masih belum matang untuk
mengenai soalitu dan kematangan erat hubungannya dengan umur.
3) Pembentukan,
pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja seperti yang
dilakukan disekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam
sekitar)
4) Minat dan
pembawaan yang khas, Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan –
dorongan(motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia
luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring
motivasi) dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan
terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbulah minat terhadap sesuatu, apa
yang mereka minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih
baik
5) Kebebasan,
kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu
dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode
juga bebas dalam memilih masalah sesuati dengan kebutuhannya. Dengan adanya
kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat
dalam pembentukan intelegensi. (Dalyono, 2007.)
Sosial Ekonomi
Mekanisme Pembentukan Perilaku Menurut Aliran Holistik
(Humanisme)
Holistik atau humanisme memandang
bahwa perilaku itu bertujuan, yang berarti aspek-aspek intrinsik (niat, motif,
tekad) dari dalam diri individu merupakan faktor penentu untuk melahirkan suatu
perilaku, meskipun tanpa ada stimulus yang datang dari lingkungan. Holistik
atau humanisme menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam konteks what
(apa), how (bagaimana), dan why (mengapa). What (apa) menunjukkan kepada tujuan
(goals/incentives/purpose) apa yang hendak dicapai dengan perilaku itu. How
(bagaimana) menunjukkan kepada jenis dan bentuk cara mencapai tujuan
(goals/incentives/pupose), yakni perilakunya itu sendiri. Sedangkan why
(mengapa) menunjukkan kepada motivasi yang menggerakan terjadinya dan
berlangsungnya perilaku (how), baik bersumber dari diri individu itu sendiri
(motivasi instrinsk) maupun yang bersumber dari luar individu (motivasi
ekstrinsik).
Perilaku individu diawali dari
adanya kebutuhan. Setiap individu, demi mempertahankan kelangsungan dan
meningkatkan kualitas hidupnya, akan merasakan adanya kekurangan-kekurangan
atau kebutuhan-kebutuhan tertentu dalam dirinya. Dalam hal ini, Maslow
mengungkapkan jenis-jenis kebutuhan-individu secara hierarkis, yaitu:
- kebutuhan fisiologikal, seperti : sandang, pangan dan papan
- kebutuhan keamanan, tidak dalam arti fisik, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual
- kebutuhan kasih sayang atau penerimaan
- kebutuhan prestise atau harga diri, yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status
- kebutuhan aktualisasi diri.
Kepribadian dalam Proses Kebudayaan
Fungsi pendidikan dalam konteks
kebudayaan dapat dilihat dalam perkembangan kepribadian manusia. Tanpa
kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekadar
jumlah kepribadian-kepribadian. Para pakar antropologi, menunjuk kepada peranan
individu bukan hanya sebagai bidakbidak di dalam papan catur kebudayaan.
Individu adalah creator dan sekaligus manipulator kebudayaannya. Di dalam hal
ini studi kebudayaan mengemukakan pengertian “sebab-akibat sirkuler”
yang berarti bahwa antara
kepribadian dan kebudayaan terdapat suatu interaksi yang saling menguntungkan.
Di dalam perkembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan seterusnya
kebudayaan
akan dapat berkembang melalui
kepribadian–kepribadian tersebut. Inilah yang disebut sebab-akibat sirkuler
antara kepribadian dan kebudayaan. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa
pendidikan bukan semata-mata transmisi kebudayaan secara pasif tetapi perlu
mengembangkan kepribadian yang kreatif. Pranata sosial yang disebut sekolah
harus kondusif untuk dapat mengembangkan kepribadian yang kreatif tersebut.
Namun apa yang terjadi di dalam lembaga pendidikan yang disebut sekolah kita
ialah sekolah telah menjadi sejenis penjara yang memasung kreativitas peserta didik.
Kebudayaan sebenarnya adalah istilah
sosiologis untuk tingkah-laku yang bisa dipelajari. Dengan demikian tingkah
laku manusia bukanlah diturunkan seperti tingkah-laku binatang tetapi yang
harus dipelajari kembali berulang-ulang dari orang dewasa dalam suatu generasi.
Di sini kita lihat betapa pentingnya peranan pendidikan dalam pembentukan
kepribadian manusia.
Para pakar yang menaruh perhatian
terhadap pendidikan dalam kebudayaan mula-mulanya muncul dari kaum behavioris
dan psikoanalisis Para ahli psikologi behaviorisme melihat perilaku manusia
sebagai suatu reaksi dari rangsangan dari sekitarnya.
Di sinilah peran pendidikan di dalam
pembentukan perilaku manusia. Begitu pula psikolog aliran psikoanalis
menganggap perilaku manusia ditentukan oleh dorongan-dorongan yang sadar maupun
tidak sadar ini ditentukan antara lain oleh kebudayaan di mana pribadi itu
hidup. John Gillin dalam Tilaar (1999) menyatukan pandangan behaviorisme dan
psikoanalis mengenai perkembangan kepribadian manusia sebagai berikut.
a. Kebudayaan memberikan kondisi
yang disadari dan yang tidak disadari untuk belajar.
b. Kebudayaan mendorong secara sadar
ataupun tidak sadar akan reaksi-reaksi perilaku tertentu. Jadi selain
kebudayaan meletakkan kondisi, yang terakhir ini kebudayaan merupakan
perangsang-perangsang untuk terbentuknya perilaku-perilaku tertentu.
c. Kebudayaan mempunyai sistem “reward
and punishment” terhadap perilaku-perilaku tertentu. Setiap kebudayaan akan
mendorong suatu bentuk perilaku yang sesuai dengan system nilai dalam
kebudayaan tersebut dan sebaliknya memberikan hukuman terhadap
perilaku-perilaku yang bertentangan atau mengusik ketentraman hidup suatu
masyarakat budaya tertentu.
d. Kebudayaan cenderung mengulang
bentuk-bentuk kelakuan tertentu melalui proses belajar. Apabila analisis Gillin
di atas kita cermati, tampak betapa peranan kebudayaan dalam pembentukan
kepribadian manusia, maka pengaruh antropologi terhadap konsep pembentukan
kepribadian juga akan tampak dengan jelas. Terutama bagi para pakar aliran
behaviorisme, melihat adanya suatu rangsangan kebudayaan terhadap pengembangan
kepribadian manusia. Pada dasarnya pengaruh kebudayaan terhadap pembentukan
kepribadian tersebut sebagaimana dikutip Tilaar (1999) dapat dilukiskan sebagai
berikut.
a. Kepribadian adalah suatu proses.
Seperti yang telah kita lihat kebudayaan juga merupakan suatu proses. Hal ini
berarti antara pribadi dan kebudayaan terdapat suatu dinamika. Tentunya
dinamika tersebut bukanlah suatu dinamika yang otomatis tetapi yang muncul dari
aktor dan manipulator dari interaksi tersebut ialah manusia.
b. Kepribadian mempunyai keterarahan
dalam perkembangan untuk mencapai suatu misi tertentu. Keterarahan perkembangan
tersebut tentunya tidak terjadi di dalam ruang kosong tetapi dalam suatu
masyarakat manusia yang berbudaya.
c. Dalam perkembangan kepribadian
salah satu faktor penting ialah imajinasi. Imajinasi seseorang akan dapat
diperolehnya secara langsung dari lingkungan kebudayaannya. Manusia tanpa
imajinasi tidak mungkin mengembangkan kepribadiannya. Hal ini berarti apabila
seseorang hidup terasing seorang diri dari nol di dalam perkembangan
kepribadiannya. Bayangkan bagaimana kehidupan kebudayaan manusia apabila setiap
kali harus dimulai dari nol.
d. Kepribadian mengadopsi secara
harmonis tujuan hidup dalam masyarakat agar ia dapat hidup dan berkembang.
Tentunya manusia itu dapat saja menentang tujuan hidup yang ada di dalam
masyarakatnya, namun demikian itu berarti seseorang akan melawan arus di dalam
perkembangan hidupnya. Yang paling efisien adalah dia secara harmonis mencari
keseimbangan antara tujuan hidupnya dengan tujuan hidup dalam masyarakatnya.
e. Di dalam pencapaian tujuan oleh
pribadi yang sedang berkembang itu dapat dibedakan antara tujuan dalam waktu
yang dekat maupun tujuan dalam waktu yang panjang. Baik waktu yang dekat maupun
tujuan dalam jangka waktu yang panjang, sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai
hidup di dalam suatu masyarakat.
f. Berkaitan dengan keberadaan
tujuan di dalam pengembangan kepribadian manusia, dapatlah disimpulkan bahwa
proses belajar adalah proses yang ditujukan untuk mencapai tujuan. Learning
is agoal teaching behavior.
g. Dalam psikoanalisis juga
dikemukakan mengenai peranan super-ego dalam perkembangan kepribadian.
Super-ego tersebut tidak lain adalah dunia masa depan yang ideal. Dan seperti
yang telah diuraikan, dunia masa depan yang ideal merupakan kemampuan imajinasi
yang dikondisikan serta diarahkan oleh nilai-nilai budaya yang hidup di dalam
suatu masyarakat.
h. Kepribadian juga ditentukan oleh
bawah sadar manusia. Bersama-sama dengan ego, beserta ide, keduanya merupakan
energi yang ada di dalam diri pribadi seseorang. Energi tersebut perlu
dicarikan keseimbangan dengan kondisi yang ada serta dorongan super-ego
diarahkan oleh nilai-nilai budaya.Dengan kata lain di dalam pengembangan ide,
ego, dan super-ego dari kepribadian seseorang berarti mencari keseimbangan
antara energi di dalam diri pribadi dengan pola-pola kebudayaan yang ada.
2.3
SARAN & KRITIK
Kita sebagai
sosial mahluk sosial mengetahui karakteritik kita sendiri, karena setiap
manusia memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda – beda. Sehingga kita
mampu mengenal kepribadian diri kita sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar