BAB I
PENDAHULUAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
A. Latar Belakang
Perkembangan merupakan suatu proses yang terjadi selama manusia hidup. Studi mengenai perkembangan seseorang tidak lagi seperti dahulu yang berhenti pada waktu seseorang mencapai kedewasaannya, melainkan berlangsung terus menerus dan mulai konsepsi hingga orang itu mati. Pembentukan pada masa dini ini akan bersifat tetap dan mempengaruhi sifat penyesuaian fisik, psikologis dan sosial pada masa-masa yang kemudian. Hal ini pula menyebabkan mengapa perlakuan terhadap anak pada masa dini ini harus sedemikian rupa sehingga dapat mengarah kepada penyesuaian sosial dan penyesuaian pribadi yang baik pada masa yang akan datang.
Dapat
dibuktikan bahwa perkembangan kognisi dan kecerdasan anak ditentukan pula pada
masa yang sangat awal ini, bahkan pada masa pranatalnya. Jika pengertian ini
nantinya dapat dipadukan dengan program-program pemeliharaan anak-anak Balita,
tentu akan merupakan paduan usaha yang sangat baik. Sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara satu daerah dengan
daerah lain, sehingga banyak bermunculan pemikiran – pemikiran yang dianggap
sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Karenanya
banyak teori yang dikemukakan para pemikir yang bermuara pada munculnya
berbagai aliran dan referensi mengenai pendidikan. Oleh karena itu perlu kita
ketahui faktor – faktor apa saja yang dominan pengaruhnya dalam perkembangan
peserta didik.
B. Rumusan masalah
Hal apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik
Hal apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik
(baik faktor intern dan faktor ekstern) ?
C. Tujuan Pembahasan
Mengetahui faktor – faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik
Mengetahui aliran yang berhubungan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan peserta didik
BAB II
PEMBAHASAN
Faktor
– Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik
Masa
remaja adalah tahapan perkembangan yang pada umumnya dimulai sekitar usia
13 tahun. Awal masa remaja ditandai dengan pertumbuhan
fisik yang sangat pesat, dengan mulai berfungsinya hormon-hormon sekunder. Pada
permulaan masa remaja, pertumbuhan fisik yang sudah menyerupai manusia dewasa
ini tidak diikuti dengan perkembangan psikis yang sama pesatnya. Masa remaja
merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju kehidupan orang dwasa
tersebut merupakan masa yang sulit dan penuh gejolak sehingga sering disebut
masa badai dan topan, masa pancaroba dan sebutan lainnya yang menggambarkan
banyaknya kesulitan yang dialami anak pada masa perubahan tersebut. Pertumbuhan
berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitatif yang mengacu pada jumlah,
besar serta luas yang bersifat konkret yang biasanya menyangkut ukuran dan
struktur biologis.
Pertumbuhan
merupakan perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses kematangan
fungsi-fungi fisik yang berlangsung secara normal dalam perjalanan waktu
tertentu. Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada
kualitas fungsi organ-organ jasmaniah dan bukan pada organ jasmani tersebut
sehinggga penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi
psikologis yang termanifestasi pada kemampuan organ fisiologis. Proses
perkembangan akan berlangsung sepanjang kehidupan manusia, sedangkan proses
pertumbuhan seringkali terhenti jika seseorang telah mencapai kematangan fisik.
Keluarga
merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek
perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di
dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada
dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak. Proses pendidikan yang
bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga.
Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan
yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN
- Perkembangan Fisik (Syaraf, Otot, Kelenjar Endokrin, Struktur fisik )
- Perkembangan Intelegensi
- Perkembangan Emosi
- Perkembangan Bahasa
- Perkembangan Sosial
- Perkembangan Kepribadian
- Perkembangan Moral
- Perkembangan Kesadaran beragama
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Peserta Didik
1.
Faktor Internal
Yaitu faktor yang ada dalam diri
siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang
turut mengembangkan dirinya sendiri.
Faktor
Genetika
(HEREDITAS)
Hereditas merupakan “totalitas karakeristik individu yang diwariskan
orang tua kepada anak, atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang
dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua
melalui gen-gen.
Pada masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma), seluruh bawaaan
hereditas individu dibentuk dari 23 kromosom (pasangan xx) dari ibu dan 23
kromosom (pasangan xy) dari ayah. Dalam 46 kromosom tersebut terdapat
beribu-ribu gen yang mengandung sifat-sifat fisik dan psikis individu atau yang
memnentukan potensi-potensi hereditasnya.
Masa dalam kandungan dipandang sebagai periode yang kritis dalam
perkembangan kepribadian individu, sebab tidak hanya sebagai saat pembentukan
pola-pola kepribadian, tetapi juga sebagai masa pembentukan kemampun-kemampuan
yang menentukan jenis penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah
kelahiran.
Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak secara langsung
karena dipengaruhi gen secara langsung adalah kualitas system syaraf,
keseimbangan biokimia tubuh, dan struktur tubuh.
Dengan demikian faktor internal bisa
dibagi menjadi 2 macam yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis.
a) Faktor Fisiologis
Faktor-faktor
fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani.
Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan belajar individu. Sebalikrtya, kondisi fisik yang lemah atau
sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.
Oleh karena
keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha
untuk menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan Jasmani antara
lain adalah:
1) menjaga
pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh,
karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu,
dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar;
2) rajin berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat; 3)
istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua,
keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran
fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama
pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas
belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu
masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga
manusia dapat mengenal dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam
aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun
siswa perlu menjaga pancaindra dengan baik, baik secara preventif maupun yang,bersifat
kuratif, dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan,
memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi
makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.
b) Faktor Psikologis
Dalam hal kejiwaan, kapasitas
Mental, Emosi, dan Intelegensi setiap orang itu berbeda. Kemampuan berpikir mempengaruhi
banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak
yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik.
Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan
pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dan
kecerdasan dalam perkembangan sosial anak.
Sikap saling pengertian dan
kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan
hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual
tinggi, berbeda dengan anak yang mempunyai daya intelektual kurang, mereka selalu
tampak murung, pendiam, mudah tersinggung karenanya suka menyendiri, tingkat kecerdasan
yang lambat dan temperamen.
Beberapa
faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan
siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
-
Kecerdasan/inteligensi siswa
Pada umumnya
kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan
atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan
demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi
juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan,
tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena
fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari
hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan
merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa,
karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteligensi
seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam
belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit
individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan
belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai
faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka
pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru
atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan
siswanya.
Pemahaman
tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru atau
pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater.
Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana,
amat superior, superior, ratarata, atau mungkin lemah mental. Informasi
tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk
memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan
peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan
diberikan kepada siswa.
- Motivasi
Motivasi
adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Para ahli
psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang
aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin,
1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut
sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yairu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam
diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang
siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca,
karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi
juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik
memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih
lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut Arden
N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk
belajar antara lain adalah:
1. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki
dunia yang lebih luas;
2. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada
manusia dan keinginan untuk maju;
3. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga
mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orangtua, saudara, guru,
atau teman-teman, dan lain sebagainya;
4. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau
pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
Motivasi
ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, reladan guru orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
- Minat
Secara
sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003),
minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan
ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan
perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas
dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena
memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak
memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau
belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau
pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi
pelajaran yang akan dipelajarinya.
Untuk
membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan.
Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari
semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain
pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari,
melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik)
sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar.
Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah
baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan
minatnya.
- Sikap
Dalam proses
belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap
adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang,
peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak
senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk
mengan tisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya
berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap
profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengembangkan kepribadian
sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha
untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga
membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan;
meyakinkan siswa bahwa bidang srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
- Bakat
Faktor
psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum,
bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang
(Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat
sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan
demikian, bakat adalah kemampuan seseorangyang menjadi salah satu komponen
yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai
dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses
belajarnya sehingga kernungkinan besar ia akan berhasil.
Pada
dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi
belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga
diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu
tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki
bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubungan dengan
bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan
lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.
2.
Faktor Eksternal
Yaitu hal –
hal yang datang atau ada diluar diri siswa/peserta didik yang meliputi lingkungan
(khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan
lingkungan. faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi
dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1)
Lingkungan sosial
1.
Lingkungan sosial masyarakat.
Kondisi lingkungan
masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan
siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat memengaruhi
aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman
belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilikinya.
2.
Lingkungan
sosial keluarga. Lingkungan
ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat
orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya
dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota
keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa
melakukan aktivitas belajar dengan baik.
3. Lingkungan
sosial sekolah, seperti
guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar
seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi
bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para pendidik, orangtua,
dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya atau
peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak
memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
2)
Lingkungan nonsosial.
Faktor
faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
a.
Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar
yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang
sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang
dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam
tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
b.
Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware,
seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan
olahragd dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum
sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.
Faktor materi
pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan
usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan
dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan
kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus
menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan
sesuai dengan kondisi siswa.
Faktor eksternal dibagi menjadi 6 macam yaitu :
faktor biologis, physis, ekonomis, cultural, edukatif, dan
religious.
a) Faktor Biologis
Bisa diartikan, biologis dalam konteks ini adalah faktor
yang berkaitan dengan keperluan primer seorang anak pada awal kehidupanya:
Faktor ini wujudnya berupa pengaruh yang datang pertama kali dari pihak ibu dan
ayah.
b) Faktor Physis
Maksudnya adalah pengaruh yang
datang dari lingkungan geografis, seperti iklim keadaan alam, tingkat kesuburan
tanah, jalur komunikasi dengan daerah lain, dsb.
Semua ini jelas membawa dampak
masing – masing terhadap perkembangan anak – anak yang lahir dan dibesarkan
disana. Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu
mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional.
c) Faktor Ekonomis/Status Sosial
Ekonomi
Dalam proses perkembanganya, betapapun
ukuranya bervariasi, seorang anak pasti memerlukan biaya. Biaya untuk makan dan
minum dirumah, tetapi juga untuk mebeli peralatan sekolah yang dibutuhkan oleh
siswa. Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan
sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak,
bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya
yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam
pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma
yang berlaku di dalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya
akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh
keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa
“menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud
“menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam
pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu
anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk
kelompok elit dengan normanya sendiri.
d) Faktor Cultural
Di Indonesia ini, jika dihitung ada berpuluh bahkan beratus
kelompok masyarakat yang masing – masing mempunyai kultur, budaya, adat
istiadat, dan tradisi tersendiri, dan hal ini jelas berpengaruh terhadap perkembangan
anak – anak.
e) Faktor Edukatif
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang mempunyai pengaruh
terhadap perkembangan anak manusia terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses
pengoperasian ilmu yang normatif, yang memberikan warna kehidupan sosial anak
di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan
dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh
kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan.
Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan
kepadapeserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada
norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan
bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk
perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Faktor pendidikan ini relatif
paling besar pengaruhnya dibandingkan dengan faktor yang lain.
f) Faktor Religious
Sebagai contoh seorang anak kyai, sudah pasti ia akan
berebeda dengan anak lain yang tidak menjadi kyai, yang sekedar terhitung orang
beragama, lebih – lebih yang memang tidak beragama sama sekali, ini adalah persoalan
perkembangan pula, menyangkut proses terbentunya prilaku seorang anak dengan
agama sebagai faktor penting yang mempengaruhinya karena pondasi agama
merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dan berperan penting
sebagai media kontrol dalam perkembangan peserta didik.
.
Beberapa
aliran yang berhubungan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan siswa adalah :
1.
Aliran Nativisme
Nativisme (nativisme) adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh
besar terhadap aliran psikologis . Tokoh utama aliran ini bernama arthur
Schopenhoeur (1788-1860) seorangg filosofis Jerman, Aliran filosofis nativisme
ini dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan
kacamata hitam, karena para ahli penganut ini berkeyakinan bahwa perkembangan
manusia ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak
ada pengaruhnya. Dalam ilmu pendidikan pandangan ini disebut pesimisme
pedagogis.
2. Aliran Empirisisme
Aliran empirisisme (empiricism) tokoh utamanya adalah John
Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “ The School of British
Empiricism” (aliran empirisme inggris). Doktrin aliran empirisme yang amat
mashur ialah “tabula Rasa” yang berarti lembaran kosong. Doktrin tabula rasa
menekankan arti pentingnya pengalaman, lingkungan dan pendidikan dalam arti
perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman
pendidiknya sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada
pengaruhnya.
3.
Aliran Konvegerensi
Aliran kovergensi merupakan gabungan antara aliran
empirisisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting
hereditas ( pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh
dalam perkembangan manusia. Tokoh utama aliran ini bernama Louis William Stern,
seorang filosof dan psycholog Jerman.
PERAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN TUGAS PERKEMBANGAN
- Pencapaian tugas perkembangan melalui kelompok teman sebaya
- Mencapai perkembangan kemandirian pribadi
- Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Faktor internal yang mempengaruhi
perkembangan peserta didik yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis
2. Faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan peserta didik yaitu : faktor biologis, faktor physis, faktor ekonomis, faktor kultural, faktor edukatif, dan faktor religious
2. Faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan peserta didik yaitu : faktor biologis, faktor physis, faktor ekonomis, faktor kultural, faktor edukatif, dan faktor religious
B. Saran
Sebagai calon guru atau pendidik dan
pembimbing, hendaknya kita bisa mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan pada peserta didik lebih dalam lagi
dan dikembangkan agar kita dapat mengatasi masalah-masalah yang mungkin akan
timbul pada saat proses belajar mengajar/pembelajaran baik di dalam ruang
lingkup pendidikan formal maupun nonformal.
Trimakasih atas berbagi ilmu yg sangat bermanfaat.
BalasHapusSELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL
Thank You. sangat bermanfaat
BalasHapusTerimaksih banyak informasi dan ilmunya sahabat
BalasHapussalam hormat dari saya
Warkop Setia
Terimakasih atas informasinya...ini sangat membantu saya dalam belajar
BalasHapusterimakasih telah berbagi ilmu semoga beroleh pahala didunia akhirat aamiin
BalasHapus