KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kepada allah, tuhan yang maha esa. Berkat limpahan
karunia_Nya. Kami dapat menyeleaikan makalah ini tugas pesdik “ peserta didik
“. Makalah ini terdiri Dari kata pengantar, latar belakanga, daftar isi, judul,
dan pembahasan.
Di
zaman modern ini penuh dengan persaingan , baik persaingan local, nasional dan
global persaingan dalam segala hal tidak bias di hindari. Oleh karena itu, kita
harus membekali diri untuk menghadapi persaingan tersebut bekal ilmu
pengetahuan dan teknologi saja tidak cukup karena dalam era global sekarang ini
system kerja tidak hanya mengandalkan individu, tetapi juga jaringan kerja sama
dengan pihak lain. Oleh karena itu. Kemampuan berkomunikasi sanagt dibutuhkan.
Makalah
ini dibuat oleh kelompok4 yang bersumber dari buku cetak dan internet dan media
lainnya.
Terakhir,
ucapkan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
selesainya makalah ini. Selain itu, kami pun mengucapkn terima kasih kepada
para penulis yang tulisannya kami kutip sebagai bahan untuk pembuatan makalah.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfat dan membantu kita lebih kompeten
dalam berkomunikasi dan memberikan konstribusi
pada peningkatan kualitas peembelajaran darri makalh ini .
Cirebon, maret 2012
Penyusun
i
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR......................................................................... i
DAFTAR
ISI........................................................................................ ii
BAB I.
PENDAHULUAN..................................................................... 1.1
MAKSUD &
TUJUAN............................................................. 1.2
BAB II.
Rumusan
Masalah..................................................................... 1.3
BAB III.
Pembahasan
materi......................................................... 2
Perbedaan
individual peserta didik................................. 2.1
Jenis
– jenis Perbedaan individual.................................. 2.2
Perbedaan
individu dan implikasi dalam pembelajaran.. 2.3
BAB IV.
Saran & Kritik................................................................ 2.4
Daftar
Pustaka................................................................. 2.5
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Konsep
dari pembuatan makalah ini adalah untuk memahami jenis dan karakteristik
perbedaan dari setiap masing - masing individu. Adapun misi dan misinya adalah
:
1. Memahami
karakteristik tengtang jenis – jenis perbedaan individu
2. Menjelaskan
lebih terperinci mengenai jenis perbedan individu
1.1
MAKSUD & TUJUAN
Maksud disusunnya
makalah ini adalah untuk memenuhi mata kuliah pesdik.
Adapun tujuan dari
penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
·
Menjelaskan jenis perbedaan individu
·
Mengenal dan menjelaskan karakteristik
individu
1.2
BAB II
A. Rumusan Masalah:
Di
dalam setiap kehidupan bermasyarakat memiliki perbedaan inidvidu, setiap
manusia memiliki karakteristik masing –masing. Dalam perbedaan individu ini
terlihat dari karakteristik yang dimilikinya seperti halnya : Perbedaan individu, perbedaan kecakapan
bahasa, perbedaan latar belakang, perbedaan bakat, pperbedaan kesiapan belajar.
Dll.
Demikian juga dalam perbedaan individu
sangat berkaitan dengan kehidupan sehari – hari. Itu semua di tunjukan pada
karakteristik individu.
1.3
BAB III
Perbedaan Individual Peserta Didik
A.
Pengertian Individu
Manusia adalah mahluk yang dapat
dipandang dari berbagai sudut pandang . Sejak ratusan tahun sebelum Isa,
manusia telah menjadi obyek filsafat, baik obyek formal yang mempersoalkan
hakikat manusia maupun obyek material yang mempersoalkan manusia sebagai apa
adanya manusia dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana dikenal adanya manusia
sebagai mahluk yang berpikir atau homo sapiens, mahluk yang
berbuat atau homo faber, mahluk yang dapat dididik atau homo
educandum dan seterusnya.
Dalam kamus Echols & Shadaly
(1975), individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang,
perseorangan, dan oknum. Berdasarkan pengertian di atas dapat dibentuk suatu
lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang
dimilikinya dan akan membawa perubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam
kebiasaan dan sikap-sikapnya.
Dalam pertumbuhan dan
perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Pada awal kehidupannya
bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa
saja yang terjadi diluar dirinya. Ia sudah senang bila kebutuhan fisiknya sudah
terpenuhi. Dalam perkembangan selanjutnya maka ia akan mulai mengenal
lingkungannya, membutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan teman,
keamanan dan seterusnya. Semakin besar anak tersebut semakin banyak kebutuhan
non fisik atau psikologis yang dibutuhkannya.
B. Karakteristik Individu
Setiap individu memiliki ciri
dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang
memperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan
karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor
biologis maupun faktor sosial psikologis. Sementara karakteristik yang
dipengaruhi lingkungan adalah karakteristik yang banyak dipengaruhi dengan
keadaan masyarakat sekitar atau faktor-faktor eksternal dirinya.
Natur dan nature
merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan
karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional
pada setiap tingkat perkembangan. Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil
dari dua garis keluarga, yaitu garis keturunan ayah dan garis keturunan ibu.
Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru, maka secara
berkesinambungan dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor lingkungan yang
merangsang.
C.
Perbedaan Individu Peserta Didik
Makna “perbedaan” dan “perbedaan
individual” menurut Lindgren (1980) menyangkut variasi yang terjadi, baik
variasi pada aspek fisik maupun psikologis.
Dari pembahasan yang berhubungan
dengan individu terdapat dua fakta yang menonjol yaitu :
- Semua dari manusia mempunyai kesamaan dalam pola perkembangannya.
- Warisan manusia secara biologis dan sosial tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda.
Garry 1963 dalam buku
Perkembangan Peserta Didik karya Sunarto dan B. Agung Hartono mengategorikan
perbedaan individual ke dalam bidang-bidang berikut:
- Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
- Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
- Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
- Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar.
- Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.
Jenis perbedaan lainnya meliputi
1.Perbedaan kognitif
Kemampuan kognitif merupakan
kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Setiap orang memiliki persepsi tentang hasil pengamatan atau penyerapan atas
suatu obyek. Berarti ia menguasai segala sesuatu yang diketahui, dalam arti
pada dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan
secara sistematik untuk menjadi miliknya
2.Perbedaan kecakapan
bahasa
Bahasa merupakan salah satu
kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupan. Kemampuan tiap individu
dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang
untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang
penuh makna, logis dan sistematis. Kemampuan berbahasa sangat dipengaruhi oleh
faktor kecerdasan dan faktor lingkungan serta faktor fisik (organ bicara)
3.Perbedaan kecakapan
motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan
psiko-motorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi gerakan syarat
motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan kegiatan.
4.Perbedaan Latar
Belakang
Perbedaaan latar belakang dan
pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya,
terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan
5 .Perbedaan bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus
yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila
mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak
berkembang sama, manakala lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang,
dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.
6.Perbedaan kesiapan
belajar
Perbedaan latar belakang, yang
meliputi perbedaan sisio-ekonomi sosio cultural, amat penting artinya bagi
perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak selalu berada
pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih
luas.
Perbedaan Individu peserta didik
juga dapat dikategorikan menurut jenjang usia secara lebih spesifik, antara
lain :
Perbedaan
Individu anak usia SD
a. Perbedaan pada
perkembangan fisik
Untuk melihat perbedaan pada
perkembangan fisik anak se-usia SD dapat dilihat dengan jelas saat mereka
berdiri bersama, terlihat ada yang tinggi, rendah, kurus, dan gemuk. Menurut
Tanner (1973:35) pertumbuhan rata-rata anak usia 7 tahun tidak jauh berbeda
dengan anak usia 9 tahun. Selain perbedaan yang terlihat jelas karena
perkembangan fisik, ada juga faktor lain yang mempengaruhi perbedaan individu
setiap anak yaitu faktor lingkungan, kesehatan anak, dan keluarga.
Dalam sebuah studi penelitian
menjelaskan bahwa apabila siswa laki-laki dan perempuan di kelas 3, 4, 5 SD
diberi pendidikan jasmani yang sama, maka beberapa hal anak perempuan berhasil
lebih baik daripada anak laki-laki. Beberapa hal tersebut adalah bisa berjalan
cepat dan meloncat jauh (E.G Hall & Lee, 1984).
Oleh karena itu, sebagai seorang
pendidik harus menyadari perbedaan-perbedaan pada aspek fisik pada setiap
peserta didiknya.
b. Perbedaan pada perkembangan intelektual
Seperti halnya perbedaan pada
perkembangan fisik anak, pada tahap operasi konkret menurut Piaget, naka-anak
dapat berpikir logis tentang suatu hal. Walaupun demikian, kadar dan cara anak
untuk berpikir logis terhadap sesuatau akan ada perbedaan. Perbedaan yang ada
tersebut disebabkan juga oleh berbagai faktor. Seorang pendidk yang mengajar di
kelas 1 SD dengan hanya ceramah (verbalisme) dalam menerangkan konsep
pertambahan pada matematika, tidak akan membuat siswa berkembang secara
maksimal. Lain halnya dengan jika guru tersebut menggunakan secara maksimal.
Lain halnya dengan jika guru tersebut menggunakan berbagai benda konkret
sebagai media untuk menyampaikan materi, akan membuat anak lebih cepat mengerti
c. Perbedaan pada
perkembangan moral
Perbedaan yang dapat terjadi
pada aspek perkembangan moral pada individu banyak tergantung dari lingkungan
bukan bawaan lahir. Terdapat 2 pandangan ahli tentang perbedaan pada
perkembangan moral.
Piaget dan Tahapan Moral
Menurut Piaget, konsepsi anak
mengenai moralitas berkembang pada dua tahap utama yang sejajar dengan tahap
pra-operasional. Terdapat dua tahapan yaitu;
a
Tahap pertama, hambatan moralitas (heteronomous morality),
bercirikan kekakuan, penyesuaian yang sederhana.
b
Tahap kedua, moralitas kerjasama (autonomous morality),
bercirikan moral yang fleksibel.
Perbedaan Perkembangan Moral pada Anak
Tahapan
|
Perkiraan Usia
|
Perkembangan
|
0
|
4-6 tahun
|
Anak berpendapat bahwa pandangan dia hanya satu-satunya
kemungkinan
|
1
|
6-8 tahun
|
Anak sadar bahwa orang lain mengintregasikan suatu situasi
dengan cara yang berbeda dengan interprestasi mereka sendiri
|
2
|
8-10 tahun
|
Anak mempunyai kepedulian yang bertolak belakang menyadari
bahwa orang lain mempunyai pandangan yang berbeda dan orang lain peduli bahwa
dia memiliki pandangan tertentu. Anak mengerti bahwa membiarkan orang lain
tahu bahwa permohonannya tidak dapat dilupakan
|
3
|
10-12 tahun
|
Anak dapat membayangkan bahwa perspektif orang ketiga perlu
diperhitungkan
|
4
|
Remaja
|
Orang-orang sadar bahwa komunikasi dan pengambilan peranan
tidak selalu dapat menyelesaikan masalah untuk mengatasi nilai
lawan-lawannya.
|
Tabel di atas membahas tentang
perbedaan yang timbul pada aspek perkembangan moral yang diajukan oleh Piaget,
namun Kohlberg memiliki pandangan lain.
Perbedaan
Individu Orang Dewasa
1.
Perbedaan Dalam
Minat
Orang dewasa memiliki banyak
minat yang berbeda dan dibagi dalam tiga kategori, antara lain :
a) Minat Pribadi
Minat pribadi orang dewasa
selalu menyangkut kehidupan seseorang tertentu.
v Penampilan
Penampilan sangat penting
terutama untuk laki-laki dan wanita dewasa karena dalam interaksi sosial
penampilan fisik yang menarik merupakan potensi yang menguntungkan dan dapat
dimanfaatkan untuk memperoleh berbagai hasil yang menyenangkan bagi pemiliknya.
Salah satu contohnya adalah kemudahan dalam berteman.
v Pakaian dan Perhiasan
Perhatian terhadap pakaian dan
perhiasan tetap berperan kuat dalam masa dewasa. Orang dewasa sangat sadar
bahwa keberhasilan dalam hubungan sosial dan berbagai bidang kegiatan banyak
dipengaruhi oleh penampilan pakaian dan perhiasannya. Disepakati oleh para ahli
bahwa pakaian dan perhiasan juga punya makna sebagai simbol status. Pakaian dan
perhiasan seseorang menentukan tinggi rendahnhya status seseorang dalam
kelompoknya, bahkan dapat menjadi penentu tingkat kelas sosial ekonomi orang
yang bersangkutan.
v Uang
Orang dewasa lebih tertarik pada
uang karena uang dapat memenuhi kebutuhannya. Orang dewasa sangat berminat
untuk mempelajari bagaimana cara mendapatkan uang yang cukup untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri maupun keluarga. Mereka berminat memperhatikan dan
mempelah=jari anggaran rumah tangga atau berminat mengelola pendapatan atau
pengeluaran keluarga.
v Agama
Orang dewasa umunya menaruh
cukup perhatian terhadap agama. Orang tua sering merasa bahwa mengajarkan
dasar-dasar agama yang dianut kepada anak-anak merupakan tanggung jawab moral
sebagai orang tu
b) Minat Rekreasional
Istilah rekreasi diartikan
sebagai kegiatan yang memberikan kesegaran atau mengembalikan kekuatan dan
kesegaran psikologis
sesudah lelah bekerja atau
sesudah mengalami keresahan psikologis. Fungsi rekreasi sama dengan fungsi
bermain pada masa kanak-kanak. Meskipun demikian rekreasi orang dewasa lain
dari permainan kanak-kanak maupun remaja. Kegiatan rekreasi orang dewasa lebih
berorientasi pada keluarga atau lingkungan tetangga dan sangat berbeda dengan
rekreasi remaja
c) Minat Sosial
Beberapa faktor yang
mempengaruhi minat dan aktivitas sosial orang dewasa adalah sebagai berikut :
- Mobilitas sosial
- Status sosial ekonomi
- Lamanya tinggal dalam suatu kelompok masyarakat
- Kelas sosial
- Lingkungan
- Jenis kelamin
- Umur kematangan seksual
- Urutan kelahiran
- Keangotaan dari tempat ibadah
- Kepribadian
Kepribadian orang dewasa disini
mengacu pada kualitas total perilaku orang dewasa yang tampak dalam melakukan
penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik. Ciri-ciri kepribadian
orang dewasa yang tampak dalam interaksinya dalam lingkungan antara lain
- Karakter yang mengacu pada konsekuen tidaknya dalam melakukan aturan etika perilaku, atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat, atau konsisten tidaknya tindakan dalam menghadapi situasi lingkungan yang serupa atau berbeda.
- Temperamen yang mengacu pada cepat atau lambatnya mereaksi terhadap rangsangan yang datang dar lingkungan.
- Sikap,
- Stabilitas emosional
- Tanggung jawab
- Sosiabilitas.
Secara implisit dari penjelasan
terdahulu telah dikatakan bahwa kepribadian itu dipengaruhi oleh faktor
hereditas dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungannya antara lain
melalui proses belajar
2. Kecakapan
Kecakapan
orang dewasa yang satu dengan yang lain berbeda. Orang dewasa yang tampak dapat
bertindak secara cepat, tepat, dan dengan mudah lazim disebut orang cakap.
Dalam isitlah psikologi orang tersebut disebut sebagai orang yang berperilaku
inteligen.
Jenis-jenis Perbedaan individual
Perbedaan individual menyangkut dengan
berbagai aspek yang masing-masing memilki ciri-ciri tertentu;
- Kecerdasan, siswa yang kurang cerdas menunjukkan ciri-ciri belajar lebih lamban, memerlukan banyak latihan, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk maju, tidak mampu melakukan abstraksi. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi pada umumnya memilki perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan latihan, mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu menarik kesimpulan dan melakukan abstraksi;
- Bakat (aptitude), bakat mempengaruhi perkembangan individu. Untuk mengetahui bakat itu perlu diadakan tes bakat (aptitude test) pada waktu mereka mulai bersekolah. Bakat turut menentukan perbedaan hasil belajar, sikap, minat, dan lain-lain;
- Keadaan Jasmani, keadaan jasmani tiap siswa berbeda-beda. Perbedaan itu terdapat pada struktur badan (tinggi, berat, dan koordinasi anggota badan), cacat badan (gangguan pada penglihatan, sakit menahun, mudah pusing kepala, dan lain-lain), gangguan penyakit tertentu. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi efisiensi dan kegairahan belajar, mudah lelah, kurang berminat melakukan berbagai kegiatan, dan akan mempengaruhi hasil belajar;
- Penyesuaian Sosial dan Emosional, keadaan sosial dan emosi individu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berbagai sikap sosial dan emosional, adalah pendiam, pemberang, pemalu, pemberani, mudah bereaksi, senang bekerjasama, suka mengasingkan diri, mudah terpengaruh, sensitif, sedang menggatungkan diri kepada orang lain. Tingkah laku sosial dan emosional ini dapat berubah sesuai dengan kondisi dan situasi sekitarnya. Keadaan ini besar pengaruhnya terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar siswa;
- Keadaan Keluarga, keadaan keluarga besar pengaruhnya terhadap individu, dan oleh karenanya terjadi perbedaan individual yang dilaterbelakangi perbedaan keadaan keluarga. Pengaruhnya terjadi pada perbedaan dalam hal-hal pengalaman sikap, apresiasi, minat, sikap ekonomis, cara berkomunikasi, kebiasaan berbicara, hubungan kerjasama, pola pikir, dan lain-lain. Perbedaan dalam hal-hal tersebut mempengaruhi tingkah laku dan perubahan belajar sekolah;
- Prestasi Belajar, perbedaan hasil belajar di kalangan para siswa disebabkan oleh faktor-faktor kematangan, latar belakang pribadi, sikap dan bakat terhadap pelajaran, jenis mata ajaran yang diberikan, dan sebagainya.
2.2
PERBEDAAN INDIVIDU DAN IMPLIKASI
DALAM PEMBELAJARAN
Menurut para ilmuwan, dewasa ini manusia
menggunakan 10 persen dari kemampuan otaknya. Dari 10 persen itu sebagian
besar hanya mengoptimalkan belahan otak kiri (Stanford Research Institute).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Intelegensi Seseorang
Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi, sehingga
terdapat perbedaan intelegensi seseorang dengan yang lain ialah:
1) Pembawaan, Pembawaan ditentukan
oleh sifat-sifat dan cirri yang dibawah sejak lahir. Batas kesangupan kita
yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama ditentukan oleh pembawaan
kita. Orang itu ada yang pintar ada pula yang bodoh. Sekalipun menerima latihan
dan pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.
2) Kematangan, tiap organ dalam
tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ(fisik maupun
non fisik) dapat dikatakan telah matang jika telah mencapai kesangupan
menjalangkan fungsinya masing-masing. Anak tidak dapat memecahkan soal-soal
tertentu karena soal-soal itu masih terlampau sukar baginya. Organ-organ
tubuhnya dan fungsi-fungsi jiwanya masih belum matang untuk mengenai soalitu
dan kematangan erat hubungannya dengan umur.
3) Pembentukan, pembentukan ialah
segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan
intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja seperti yang dilakukan
disekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar)
4) Minat dan pembawaan yang khas,
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan – dorongan(motif-motif) yang
mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan
menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motivasi) dari
manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan
timbulah minat terhadap sesuatu, apa yang mereka minat seseorang mendorongnya
untuk berbuat lebih giat dan lebih baik
5) Kebebasan, kebebasan berarti
bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan
masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode juga bebas dalam
memilih masalah sesuati dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini
berarti bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam pembentukan
intelegensi. (Dalyono, 2007.)
Sosial Ekonomi
Mekanisme Pembentukan Perilaku Menurut Aliran Holistik
(Humanisme)
Holistik atau humanisme memandang bahwa perilaku itu
bertujuan, yang berarti aspek-aspek intrinsik (niat, motif, tekad) dari dalam
diri individu merupakan faktor penentu untuk melahirkan suatu perilaku,
meskipun tanpa ada stimulus yang datang dari lingkungan. Holistik atau
humanisme menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam konteks what (apa), how
(bagaimana), dan why (mengapa). What (apa) menunjukkan kepada tujuan
(goals/incentives/purpose) apa yang hendak dicapai dengan perilaku itu. How
(bagaimana) menunjukkan kepada jenis dan bentuk cara mencapai tujuan
(goals/incentives/pupose), yakni perilakunya itu sendiri. Sedangkan why
(mengapa) menunjukkan kepada motivasi yang menggerakan terjadinya dan
berlangsungnya perilaku (how), baik bersumber dari diri individu itu sendiri
(motivasi instrinsk) maupun yang bersumber dari luar individu (motivasi
ekstrinsik).
Perilaku individu diawali dari adanya kebutuhan.
Setiap individu, demi mempertahankan kelangsungan dan meningkatkan kualitas
hidupnya, akan merasakan adanya kekurangan-kekurangan atau kebutuhan-kebutuhan
tertentu dalam dirinya. Dalam hal ini, Maslow mengungkapkan jenis-jenis
kebutuhan-individu secara hierarkis, yaitu:
- kebutuhan fisiologikal, seperti : sandang, pangan dan papan
- kebutuhan keamanan, tidak dalam arti fisik, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual
- kebutuhan kasih sayang atau penerimaan
- kebutuhan prestise atau harga diri, yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status
- kebutuhan aktualisasi diri.
Kepribadian dalam Proses Kebudayaan
Fungsi pendidikan dalam konteks kebudayaan dapat
dilihat dalam perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian manusia tidak
ada kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekadar jumlah kepribadian-kepribadian.
Para pakar antropologi, menunjuk kepada peranan individu bukan hanya sebagai
bidakbidak di dalam papan catur kebudayaan. Individu adalah creator dan
sekaligus manipulator kebudayaannya. Di dalam hal ini studi kebudayaan
mengemukakan pengertian “sebab-akibat sirkuler”
yang berarti bahwa antara kepribadian dan kebudayaan
terdapat suatu interaksi yang saling menguntungkan. Di dalam perkembangan
kepribadian diperlukan kebudayaan dan seterusnya kebudayaan
akan dapat berkembang melalui kepribadian–kepribadian
tersebut. Inilah yang disebut sebab-akibat sirkuler antara kepribadian dan
kebudayaan. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa pendidikan bukan semata-mata
transmisi kebudayaan secara pasif tetapi perlu mengembangkan kepribadian yang
kreatif. Pranata sosial yang disebut sekolah harus kondusif untuk dapat
mengembangkan kepribadian yang kreatif tersebut. Namun apa yang terjadi di
dalam lembaga pendidikan yang disebut sekolah kita ialah sekolah telah menjadi
sejenis penjara yang memasung kreativitas peserta didik.
Kebudayaan sebenarnya adalah istilah sosiologis untuk
tingkah-laku yang bisa dipelajari. Dengan demikian tingkah laku manusia
bukanlah diturunkan seperti tingkah-laku binatang tetapi yang harus dipelajari
kembali berulang-ulang dari orang dewasa dalam suatu generasi. Di sini kita
lihat betapa pentingnya peranan pendidikan dalam pembentukan kepribadian
manusia.
Para pakar yang menaruh perhatian terhadap pendidikan
dalam kebudayaan mula-mulanya muncul dari kaum behavioris dan psikoanalisis
Para ahli psikologi behaviorisme melihat perilaku manusia sebagai suatu reaksi
dari rangsangan dari sekitarnya.
Di sinilah peran pendidikan di dalam pembentukan
perilaku manusia. Begitu pula psikolog aliran psikoanalis menganggap perilaku
manusia ditentukan oleh dorongan-dorongan yang sadar maupun tidak sadar ini
ditentukan antara lain oleh kebudayaan di mana pribadi itu hidup. John Gillin
dalam Tilaar (1999) menyatukan pandangan behaviorisme dan psikoanalis mengenai
perkembangan kepribadian manusia sebagai berikut.
a. Kebudayaan memberikan kondisi yang disadari dan
yang tidak disadari untuk belajar.
b. Kebudayaan mendorong secara sadar ataupun tidak
sadar akan reaksi-reaksi perilaku tertentu. Jadi selain kebudayaan meletakkan
kondisi, yang terakhir ini kebudayaan merupakan perangsang-perangsang untuk
terbentuknya perilaku-perilaku tertentu.
c. Kebudayaan mempunyai sistem “reward and
punishment” terhadap perilaku-perilaku tertentu. Setiap kebudayaan akan
mendorong suatu bentuk perilaku yang sesuai dengan system nilai dalam
kebudayaan tersebut dan sebaliknya memberikan hukuman terhadap
perilaku-perilaku yang bertentangan atau mengusik ketentraman hidup suatu
masyarakat budaya tertentu.
d. Kebudayaan cenderung mengulang bentuk-bentuk
kelakuan tertentu melalui proses belajar. Apabila analisis Gillin di atas kita
cermati, tampak betapa peranan kebudayaan dalam pembentukan kepribadian
manusia, maka pengaruh antropologi terhadap konsep pembentukan kepribadian juga
akan tampak dengan jelas. Terutama bagi para pakar aliran behaviorisme, melihat
adanya suatu rangsangan kebudayaan terhadap pengembangan kepribadian manusia.
Pada dasarnya pengaruh kebudayaan terhadap pembentukan kepribadian tersebut
sebagaimana dikutip Tilaar (1999) dapat dilukiskan sebagai berikut.
a. Kepribadian adalah suatu proses. Seperti yang telah
kita lihat kebudayaan juga merupakan suatu proses. Hal ini berarti antara
pribadi dan kebudayaan terdapat suatu dinamika. Tentunya dinamika tersebut
bukanlah suatu dinamika yang otomatis tetapi yang muncul dari aktor dan manipulator
dari interaksi tersebut ialah manusia.
b. Kepribadian mempunyai keterarahan dalam
perkembangan untuk mencapai suatu misi tertentu. Keterarahan perkembangan
tersebut tentunya tidak terjadi di dalam ruang kosong tetapi dalam suatu
masyarakat manusia yang berbudaya.
c. Dalam perkembangan kepribadian salah satu faktor
penting ialah imajinasi. Imajinasi seseorang akan dapat diperolehnya secara
langsung dari lingkungan kebudayaannya. Manusia tanpa imajinasi tidak mungkin
mengembangkan kepribadiannya. Hal ini berarti apabila seseorang hidup terasing
seorang diri dari nol di dalam perkembangan kepribadiannya. Bayangkan bagaimana
kehidupan kebudayaan manusia apabila setiap kali harus dimulai dari nol.
d. Kepribadian mengadopsi secara harmonis tujuan hidup
dalam masyarakat agar ia dapat hidup dan berkembang. Tentunya manusia itu dapat
saja menentang tujuan hidup yang ada di dalam masyarakatnya, namun demikian itu
berarti seseorang akan melawan arus di dalam perkembangan hidupnya. Yang paling
efisien adalah dia secara harmonis mencari keseimbangan antara tujuan hidupnya
dengan tujuan hidup dalam masyarakatnya.
e. Di dalam pencapaian tujuan oleh pribadi yang sedang
berkembang itu dapat dibedakan antara tujuan dalam waktu yang dekat maupun
tujuan dalam waktu yang panjang. Baik waktu yang dekat maupun tujuan dalam
jangka waktu yang panjang, sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai hidup di dalam
suatu masyarakat.
f. Berkaitan dengan keberadaan tujuan di dalam
pengembangan kepribadian manusia, dapatlah disimpulkan bahwa proses belajar
adalah proses yang ditujukan untuk mencapai tujuan. Learning is agoal
teaching behavior.
g. Dalam psikoanalisis juga dikemukakan mengenai
peranan super-ego dalam perkembangan kepribadian. Super-ego tersebut
tidak lain adalah dunia masa depan yang ideal. Dan seperti yang telah
diuraikan, dunia masa depan yang ideal merupakan kemampuan imajinasi yang
dikondisikan serta diarahkan oleh nilai-nilai budaya yang hidup di dalam suatu
masyarakat.
h. Kepribadian juga ditentukan oleh bawah sadar manusia.
Bersama-sama dengan ego, beserta ide, keduanya merupakan energi yang ada di
dalam diri pribadi seseorang. Energi tersebut perlu dicarikan keseimbangan
dengan kondisi yang ada serta dorongan super-ego diarahkan oleh nilai-nilai
budaya.Dengan kata lain di dalam pengembangan ide, ego, dan super-ego dari
kepribadian seseorang berarti mencari keseimbangan antara energi di dalam diri
pribadi dengan pola-pola kebudayaan yang ada.
2.3
SARAN & KRITIK
Kita sebagai sosial
mahluk sosial mengetahui karakteritik kita sendiri, karena setiap manusia
memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda – beda. Sehingga kita mampu
mengenal kepribadian diri kita sendiri.
2.4
DAFTAR PUSTAKA
Dalyono. M. 2007. Psikologi Pendidikan. Rineka
Cipta Jakarta.
Depoter, Bobbi & Mike Hernachi 1999, Quantum
Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Kaifa, Bandung
Hartono S., 1999. Perkembangan Peserta Didik,
Rineka Cipta, Jakarta
Makmun.S.A. 2003. Psikologi Pendidikan. Rosda
Karya Remaja. Bandung
Purwanto, N. 1998. Psikologi Pendidikan, Remaja
Rosdakarya, Bandung
Semiawan C, 1977. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat,
Grasindo Jakarta
Suryabrata, S. 2010.Psikologi Pendidikan.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Utami Munandar. U, 1999, Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat, (Jakarta : Rineka Cipta Jakarta
Sumantri, Mulyani dan Syaodih, Nana. 2008. Perkembangan
Peserta Didik.Jakarta:Universitas Terbuka.
0 komentar:
Posting Komentar