BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG MASALAH
Perkembangan jaman sebagai akibat
dari kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi mendorong semakin bertambahnya
kebutuhan manusia. Pengaruh arus globalisasi dan semakin majunya dunia
teknologi informasi telah menciptakan kebutuhan baru bagi masyarakat terhadap
komunikasi tanpa batas. Salah satu produk yang dapat memenuhi kebutuhan
komunikasi tanpa batas ini adalah telepon genggam.
Saat
ini penggunaan telepon genggam tidak hanya dirasakan oleh kalangan pengusaha,pejabat
atau eksekutif saja,tetapi sudah meluas dari mahasiswa sampai anak-anak sekolah
dasar, bahkan taman kanak-kanak. Telepon genggam telah dianggap bukan barang
mahal lagi tetapi sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hati, sehingga
banyak tersedia dan mudah memperolehnya.
Pada
masa remaja kebutuhan akan adanya kemantapan harga diri sangat dirasakan oleh
para remaja. Hal ini di sebabkan karena problem yang dihadapi oleh remaja
sangat kompleks sehingga remaja mulai menambah dunia pengalamannya melalui
pergaulan dalam peergroup. Sebenarnya
pada masa ini, remaja sedang menjajaki rasa harga diri, pencarian identitas
diri dan memantapkan rasa harga dirinya.
1.2
PERUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
ciri-ciri remaja pada umumnya yang sedang mengalami masalah?
2. Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi masalah yang
dihadapi oleh para remaja?
3. Bagaimana
membentuk remaja berkualitas dan berkuantitas?
4. Bagaimana
solusi terbaik yang dapat diberikan kepada para remaja yang memiliki
masalah-masalah tersebut?
1.3
TUJUAN
PENULISAN
1. Mendeskripsikan
karakteristik para remaja pada umumnya yang sedang labil.
2. Mendeskripsikan
factor pendukung yang menyebabkan masalah itu timbul.
3. Mendeskripsikan
peran dari para remaja dari aspek kualitas dan kuantitas.
4. Mendeskripsikan
solusi-solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan remaja
1.4
MANFAAT
PENULISAN
Diharapkan makalah ini dapat memberikan
manfaat unuk membentuk para remaja sebagai generasi muda penerus bangsa dapat
membentuk kepribadian yang mempunyai kualitas dan kuanitas yang dapat
diterapkan untuk dirinya sendiri dan kehidupan sosial (masyarakat)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Emosi
Merupakan
keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu (khusus) dan emosi cenderung
terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau
menyingkiri (avidance) terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya
disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui
bahwa seseorang sedang mengalami emosi. Tanda-tanda Kejasmanian tersebut adalah:
v Masking adalah keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau
dapat menutupi emosi yang di alaminya.
v Modulation adalah keadaan seseorang dimana orang tidak dapat
merendam secara tuntas mengenai gejala kejasmaniannya, tetapi hanya dapat
mengurangi saja.
v Simulation adalah keadaan seseorang dimana orang tidak mengalami
sesuatu emosi, tetapi seolah-olah mengalami emosi dengan menampakkan gejala
kejasmaniannya.
Emosi pada
prinsipnya menggambarkan perasaan manusia menghadapi berbagai situasi yang
berbeda. Sifat dan intensitas Emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas
kognitif (berpikir) dan konatif (psikomotorik) manusia sebagai hasil persepsi
terhadap situasi.
Tahap-tahap Perkembangan Emosi Anak, di antaranya sebagai berikut:
1. Pola Perkembangan Emosi AnakTaman Kanak-kanak
Emosi sangat memainkan peranan penting dalam kehidupan,
meskipun demikian sangat sukar mempelajari perkembangan emosi anak, karena
informasi tentang aspek emosi yang subyektif hanaya dapat diperoleh.
2. Faktor yang Mempengaruhi Emosi
“Hasil dari berbagai situasi menunjukkan bahwa
perkembangan emosi anak bergantung sekaligus pada faktor maturasi an faktor
belajar” (Sunarti, 2001: 8). Maturasi dan belajar berjalin erat.
3. Emosi Anak TK
Emosi anak TK berbeda dengan emosi dengan anak yang
lebih tua atau orang dewasa karena adanya faktr maturasi dan belajar.
4. Bayi Cerdas Dibentuk Sejak dalam Kandungan
Punya anak yang cerdas sudah menjadi cita-cita orang
tua, namun jalan yang ditempuh kadang-kadang salah. Mereka beranggapan bahwa
sekolahlah yang menyebabkan seseorang cerdas atau tidak.
5. Musik Bikin Bayi Cerdas?
Musik tidak cuma merupakan materi hiburan yang
memanjakan telinga. Alunan suara yang berirama ini bisa dimanfaatkan untuk
merangsang janin agar kelak menjadi anak cerdas.
Secara umum Semiawan (2002: 11) membagi perkembangan
anak dalam berbagai tahap, dalam uraiannya dikatakana bahwa :
Kemampuan untuk berkembang tahap demi tahap seperti : 1)
fase sensoris motor berkembang pada usia 0 – 2 tahun. Fase ini berkembang
sensoris motor terdiri dari motorik kasar dan motorik halus/panca indera harus
berkembang dengan sempurna. Sentuhan kasih sayang orang tua sangat bermakna
pada fase ini. 2) fase prekonkrit operasional (usia 3 – 6). Pada fase ini
perkembangan bahsa anak sangat pesat. 3) fase konkrit operasional berkembang
pada usia 6/7 tahun s/d 11/12 tahuhn. Pada fase ini rasa ingin tahu anak besar
sekali. Anak akan sangat mudah memahami jika diberikan data yang nyata kegiatan
proses berfikir mulai nyata. 4) fase berfikir abstrak (usia 12 tahun ke atas).
Pada fase anak telah berhasil menyelesaikan hal-hal yang abstrak seperti
penerapan rumus, simbol, dan lain-lain.
Kutipan di atas menunjukkan bahwa terdapat fase-fase
perkembangan kemampuan anak. Pada setiap fase kesemuanya proses kesinambuangan
yang saling berhubungan dan menentukan fase-fase berikutnya. Proses belajar
yang berbeda, juga pengaruh gen yang dibawah menyebabkan adanya perbedaan tiap
individu dalam kontesk kemampuannya. Hal ini menyebabkan adanya anak yang
kecenderungan emosional dan tidak emosional (Kohlberg, 1995: 77).
Ketika bayi baru lahir, kemampuan untuk bereaksi secara
emosional sudah ada. “Gejala pertamanya ialah keterangan umum yang
berlebih-lebihan dan tercermin pada aktivitas bayi” (Rosjidan.1996: 39).
Meskipun deemikian, pada saat lahir bayi sudah tidak memperlihatkan reaksi yang
secara jelas dinyatakan sebagai keadaan emosi yang spesifik.
Sebelum melewati masa neonate, keterangan umum pada bayi
yang baru lahir dapat dibedakan menjadi reaksi yang sederhana yang mengesankan
tentang kesenangan dan ketidaksenangan. Reaksi yang tidak menyenangkan dapat
diperoleh dengan cara mengubah posisi secara tiba-tiba, sekoyong-koyong membuat
suara keras, merintangi gerakan bayi, membiarkan bayi tetap mengenakan popok
yang basah, dan menempelkan sesuatu yang dingin pada kulitnya. Rangsangan
semacam itu menyebabkan timbuilnya tangisan dan aktivitas besar. Sebaliknya,
reaksi yang menyenangkan tampak jelas takkala bayi menetek. Reaksi semacam itu
juga dapat diperoleh dengan cara mengayun-ngayunnya, menepuk-nepuknya,
memberikannya kehangatan, dan memopongnya dengan mesra. Rasa senang pada bayi
dapat dilihat dari reaksi yang menyeluruh pada tubuhnya, dan dari suara yang
menyenangkan berupa mendekut.
Seiring dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional
mereka menjadi kurang menyebar, kurang sembarangan, dan lebih dapat dibedakan.
Sebagai contoh, anak yang lebih muda memperlihatkan ketidaksenangan semata-mata
hanya dengan menjerit dan menangis. Kemudian reaksi mereka semakin bertambah
yang meliputi; perlawanan, melemparkan benda, mengejangkan tubuh, lari
menghindar, berbunyi, dan mengeluarkan kata-kata. Dengan bertambahnya umur
anak, maka reaksi yang berwujud bahasa meningkat sedangkan reaksi gerakan otot
berkurang (Pratidarmanastiti, 1991: 66).
Meskipun pola perkembangan emosi dapat diramalkan,
tetapi variasi dalam segi frekuensi, intensitas serta jangka waktu dari
berbagai macam emosi dan juga usia pemunculannya. Variasi sudah mulai terlihat
sebelum bayi berakhir dan semakin sering terjadi dan lebih menyolok dengan
meningkatnya usia anak (Budiningsih, 1984: 33).
Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan
secara jelas lunak karena mereka harus mempelajari reaksi orang lain terhadap
luapan emosi yang berlebihan, meskipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi
yang menyenangkan lainnya. Variasi disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat
itu dan, taraf kemampuan intelektualnya serta kondisi lingkungan. Anak yang
cenderung kurang emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Demikian
juga anak yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam
rangsangan dibandingkan dengan anak-anak yang kurang pandai. (Masri, 1974: 66)
2.2 Pengertian
Perasaan
Merupakan suatu
keadaan dalam diri individu sebagai suatu akibat dari yang dialaminya atau yang
di persepsinya. Ada beberapa sifat tertentu yang ada pada dirinya, yaitu:
v Pada umumnya perasaan berkaitan dengan persepsi, dan merupakan
reaksi terhadap stimulasi yang mengenainya
v Perasaan bersifat subjektif, lebih subjektif apabila dibandingkan
dengan peristiwa psikis yang lain.
v Perasaan dialami oleh individu sebagai perasaan senang atau tidak
senang sekalipun tingkatannya berbeda-beda.
Ada
Tiga Golongan Perasaan, yaitu:
I.
Perasaan
Presens adalah perasaan yang timbul dalam keadan yang sekarang nyata dihadapi,
yaitu berhubungan dengan situasi actual
II.
Perasaan
yang menjangkau maju, merupakan jangkaun kedepan yaitu perasaan dalam
kejadian-kejadian yang akan datang, jadi masih dalam pengharapan
III.
Perasaan
yang berkaitan dengan waktu yang telah lampau yaitu perasaan yang timbul dengan
melihat kejadian-kejadian yang telah lalu. Misal orang merasa sedih karena
teringat waktu masih keadaan jaya
Perasaan Psikis atau Kejiwaan:
a.
Perasaan
intelektual yaitu perasaan yang timbul apabila orang dapat memecahkan sesuatu
soal atau mendapatkan hal-hal baru sebagai hasil kerja dari segi
intelaktualnya. Perasaan ini juga merupakan pendorong atau motivasi individu
dalam berbuat dan merupakan motivasi dalam lapangan ilmu pengetahuan.
b.
Perasaan
kesusilaan yaitu perasaan yang timbul apabila orang mengalami hal-hal yang baik
atau buruk menurut norma-norma kesusilaan.
c.
Perasaan
keindahan atau estetika yaitu perasaan yang timbul apabila orang mengalami
sesuatu yang indah atau yang tidak indah
d.
Perasaan
kemasyarakatan atau perasaan sosial yaitu perasaan yang timbul dalam
hubungannya dengan interaksi sosial, yaitu hubungan individu yang satu dengan
individu yang lain.
e.
Perasaan
harga diri, perasaan harga diri ini dapat positif yaitu apabila individu dapat
menghargai dirinya sendiri secara baik, tetapi sebaliknya perasaan harga diri
ini dapat negatif yaitu apabila seseorang tidak dapat menghargai dirinya secara
baik.
f.
Perasaan
ketuhanan, perasaan ini timbul menyertai kepercayaan kepada tuhan yang
mempunyai sifat-sifat serba sempurna. Perasaan ini merupakan perasaan tertinggi
atau terdalam perbuatan manusia yang luhur, yang suci bersumber pada perasaan
ketuhanan ini. Dengan perasaan ketuhanan segala sesuatu akan tertuju kepadanya.
Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai masa
peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun
sampai 21 tahun.
Setiap tahap perkembangan manusia biasanya dibarengi
dengan berbagai tuntutan psikologis yang harus dipenuhi, demikian pula pada
masa remaja. Sebagian besar pakar psikologi setuju, bahwa jika berbagai
tuntutan psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil
dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat menghambat
kematangan psikologisnya di tahap-tahap yang lebih lanjut. Berikut ini
merupakan berbagai tuntutan psikologis yang muncul di tahap remaja, berdasarkan
pengalaman penulis selama menjadi pendidik.
·
Remaja dapat menerima keadaan
fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif
Sebagian
besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari
penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh
tertentu. Misalnya si Dewi merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film,
maka Dewi akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Dewi
yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Mungkin Dewi akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga
lama-kelamaan Dewi tidak memiliki teman, dan sebagainya.
·
Remaja dapat memperoleh kebebasan
emosional dari orang tua
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan
emosional sering disertai perilaku “pemberontakan” dan melawan keinginan orang
tua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga
dan tidak dapat diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar
dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja
memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih
percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orang tua tidak
menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja Anda dalam
kesulitan besar. Hal yang sama juga dilakukan remaja terhadap orang-orang ‘yang
dianggap sebagai pengganti orang tua’, guru misalnya.
·
Remaja mampu bergaul lebih matang
dengan kedua jenis kelamin
Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya
menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas
perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis
kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada
sebagaian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya
sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam
perkembangan remaja tersebut.
·
Mengetahui dan menerima kemampuan
sendiri
Banyak remaja yang belum mengetahui
kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti
mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya
dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa
remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut
tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk
perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun).
·
Memperkuat penguasaan diri atas
dasar skala nilai dan norma
Skala nilai dan norma biasanya diperoleh
remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari
tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai
dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi
seperti siapakah “aku” ?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam
mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya. Maka penting bagi orang tua dan
orang-orang ‘yang dianggap sebagai pengganti orang tua’ untuk mampu menjadikan
diri mereka sendiri sebagai idola bagi para remaja tersebut.
Selain
berbagai tuntutan psikologis perkembangan diri, kita juga harus mengenal
ciri-ciri khusus pada remaja, antara lain:
v Pertumbuhan
Fisik yang sangat Cepat
v Emosinya
tidak stabil
v Perkembangan
Seksual sangat menonjol
v Cara
berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
v Terikat erat
dengan kelompoknya
Secara teoritis beberapa tokoh psikologi
mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh
yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia
remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan.
Pada umumnya
masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:
1. Periode Masa
Puber usia 12-18 tahun
a. Masa Pra
Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:
v Anak tidak
suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
v Anak mulai
bersikap kritis
b. Masa
Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
v Mulai cemas
dan bingung tentang perubahan fisiknya
v Memperhatikan
penampilan
v Sikapnya
tidak menentu/plin-plan
v Suka
berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
. c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18
tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya:
v Pertumbuhan
fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
v Proses
kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria
2. Periode
Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
Merupakan
masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
v perhatiannya
tertutup pada hal-hal realistis
v mulai menyadari
akan realitas
v sikapnya
mulai jelas tentang hidup
v mulai nampak
bakat dan minatnya
Dengan
mengetahui berbagai tuntutan psikologis perkembangan remaja dan ciri-ciri usia
remaja, diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal
yang harus dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan
dapat melalui masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja
akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya.
Permasalahan yang sering muncul sering kali disebabkan ketidaktahuan para orang
tua dan pendidik tentang baerbagai tuntutan psikologis ini, sehingga perilaku
mereka seringkali tidak mampu mengarahkan remaja menuju kepenuhan perkembangan
mereka. Bahkan tidak jarang orang tua dan pendidik mengambil sikap yang kontra
produktif dari yang seharusnya diharapkan, sehingga semakin mengacaukan
perkembangan diri para remaja tersebut. Sebuah PR yang panjang bagi orang tua
dan pendidik, yang menuntut mereka untuk selalu mengevaluasi sikap yang diambil
dalam pendidikan remaja yang dipercayakan kepada mereka. Dengan demikian,
diharapkan para orang tua dan pendidik dapat memberikan rangsangan dan motivasi
yang tepat untuk mendorong remaja menuju pada kepenuhan dirinya.
2.3 Pengertian
Motivasi
Kata motif seringkali diartikan
dengan istilah dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani
untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang
menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan didalam perbuatannya itu
mempunyai tujuan tertentu. Tidak bisa dipungkiri setiap tindakan yanng
dilakukan untuk manusia selalu dimulai dengan motivasi (niat).
Motivasi Belajar Anak Remaja. Pada dasarnya masa remaja
merupakan masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini
anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun
cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Usia remaja sangat rentan dengan keadaan lingkungan dan pergaulan.
Pada era sekarang ini remaja telah terkontaminasi dengan
perkembangan jaman dan tehnologi. Perkembangan teknologi tidak berarah ke
perubahan yang positif malah menjadikan remaja menuju ke hal-hal yang negatif
yang membentuk pribadi dan motivasi belajar yang
kurang baik bagi remaja.
Fungsi Motivasi Belajar Anak Remaja
Motivasi adalah penting, bahkan tanpa kesepakatan tertentu
mengenai definisi konsep tersebut. Apabila terdapat dua anak yang memiliki
kemampuan sama dan memberikan peluang dan kondisi yang sama untuk mencapai
tujuan, kinerja dan hasil-hasil yang dicapai oleh anak yang termotivasi akan
lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak termotivasi. Hal ini dapat
diketahui dari pengalaman dan pengamatan sehari-hari.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa apabila anak tidak memiliki motivasi belajar, maka tidak akan
terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Walaupun begitu hal itu
kadang-kadang menjadi masalah, karena motivasi bukanlah suatu kondisi. Apabila motivasi belajar anak itu rendah umumnya
diasumsikan bahwa prestasi
siswa yang bersangkutan akan rendah.
Pentingnya peranan motivasi dalam proses belajar perlu
dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau
bantuan kepada siswa. Motivasi belajar dirumuskan sebagai dorongan, baik
diakibatkan faktor dari dalam maupun luar, untuk mencapai tujuan tertentu guna
memenuhi / memuaskan suatu kebutuhan.
Peran Motivasi Belajar Siswa
Peran motivasi dalam proses belajar,
motivasi belajar siswa dapat dianalogikan sebagai bahan
bakar untuk menggerakkan mesin, motivasi belajar yang memadai akan mendorong
siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang
terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif terhadap keefektifan usaha
belajar anak.
Adapun fungsi
dari motivasi dalam belajar diantaranya :
- Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
- Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
- Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Pada garis
besarnya motivasi belajar mengandung nilai-nilai dalam pembelajaran sebagai
berikut :
- Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar anak.
- Pembelajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada diri anak.
- Pembelajaran yang bermotivasi menuntut kreatifitas dan imajinitas guru untuk berupaya secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan memeliharan motivasi belajar ana.
- Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakn motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinaan disiplin kelas.
- Penggunaan asas motivasi belajar merupakan sesuatu yang esensial dalam proses belajar dan pembelajaran
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
PERKEMBANGAN PSIKIS EMOSI, MOTIVASI, PERASAAN
PADA MASA REMAJA.
Hal
tersebut biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor dan perkembangan psikis
emosi, motivasi, perasaan pada masa remaja juga tak lepas dari berbagai macam
pihak yang juga ikut andil dan berpengaruh dalam perkembangan para renaja.
Emosi, motivasi, perasaan adalah komponen yang ada pada remaja yang membentuk
jiwa, karakter pribadi seseorang remaja pada umumnya. Masa remaja adalah masa
transisi dimana dalam fase ini remaja sedang hangat-hangatnya ingin serba tahu
dan memang ingin tahu apa dan siapa mereka. Bagaimana mereka, jati diri mereka.
Remaja pada umumnya di zaman sekarang (modern) lebih bersifat kritis dan fokus
terhadap masalah-masalah yang dihadapinya. Salah satu faktornya adalah kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berikut
adalah masalah-masalah yang dihadapi para remaja :
-
Kenakaln remaja
-
Pergaulan bebas
-
Faktor lingkungan yang buruk
-
Rendahnya minat belajar yang pada umumnya terjadi di usia remaja yang
berimbas pada rendahnya prestasi siswa.
-
Keingintahuan yang begitu tinggi (pencarian jati diri)
-
Beban mental (Intern dan Ekstern)
-
Gangguan psikologi
B.
SARAN
Perkembangan psikis
emosi, motivasi, perasaan pada masa remaja memang banyak berpengaruh dan
membentuk sifat diri pribadi seseorang. Remaja adalah masa transisi pencarian
jati diri juga diartikan masa-masa labil. Entah dari segi emosi, motivasi, dan
perasaan pada masa remaja. Salah satu cara yang harus dilakukan untuk memonitor
atau mengawasi mereka adalah dengan cara yang sederhana. Memberi perhatian dan
kepedulian terhadap apapun masalah yang sedang ada dan dialami mereka. Dan
keterbukaan antar orang tua dan remaja itu sendiri sangat dibutuhkan dan
penting dalam menjaga hubungan baik anak dan orang tua. Ketidakotoriteran orang
itu sendiri adalah hal yang cukup penting untuk membuat kestabilan emosi,
motivasi, dan perasaan para remaja itu sendiri.
Remaja adalah
generasi muda penerus bangsa yang sangat berperan dan berpengaruh besar untuk
kemajuan negeri kita tercinta ini di masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Beck Aaron T., Cognitive
Therapy and the Emotional Disorders. New York:
New American Library, 1976.
Brokaw, Tom. The Greatest Generation. New York: Random House, 1999.
Clay, R A. (2010). More than one
away to measure. Monitor on Psychology,
41, 8.
Davison, G.C. & Neale, J.M.
(1978). Abnormal Psychology : An
Experimental
Approach
(2ed. New York: John Wiley & Sons.
George, R.L. & Christiani, T.S.
(1981). Theory, methods, and process of
counseling
and psychotherapy. New
Jersey: Prentice Hall.
Holmes, P. & Karp, M. (1991). Psychodrama: inspiration and technique. New
York:
Routledge.
Jung, J. (1978). Understanding Human Motivation: A Cognitive
Approach.
Macmillan, New York.
0 komentar:
Posting Komentar