MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
(PRESDIK)
PERKEMBANGAN FISIK, INTELEKTUAL,
SOSIAL DAN BAHASA
PADA MASA REMAJA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Mata Kuliah
Perkembangan Peserta Didik
(PRESDIK)
Jurusan FKIP Bahasa Inggris
Pada
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
Disusun Oleh :
DIAH RIZKI AMALIAH (111060357) I
M
RIZKY
FITRIANI (111060079) I N
SALFA
JEANE HENDRIA (111060283) I N
WIWIN
WULANDARI (111060314) I N
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2012
KATA PENGANTAR
Bismimillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum
Wr. Wb
Syukur
alhamdullilah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah Perkembangan
Peserta Didik (PRESDIK) yang berjudul “Perkembangan Fisik, Intelektual, Sosial
dan Bahasa Pada Masa Remaja” ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Sebagaimana
diketahui bahwa makalah Perkembangan Peserta Didik (PRESDIK) ini dimaksudkan
agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui perkembangan masa remaja pada
fisik, intelektual, sosial dan bahasa.
Kami
menyadari segala keterbatasan yang ada pada diri kami, baik pengetahuan maupun
pengalaman dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu sulitlah bagi kami untuk
menyelesaikan makalah ini tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu
dalam memberikan saran, dorangan, doa serta semangat kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Kami mengucapkan banyak terima kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir
kata semoga Allah SWT, yang maha pengasih lagi maha penyayang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah Perkembangan Peserta Didik (PRESDIK) ini. Kami juga
memohon kepada Allah SWT, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb
Cirebon, 26 Maret 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Hal
KATA
PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR
ISI .................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar
Belakang Masalah
..................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah .............................................................................................. 1
1.3 Tujuan
Masalah
................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3
2.1
Makna Masa Remaja
......................................................................................... 3
2.2
Definisi Masa Remaja ....................................................................................... 4
2.3
Pengertian Perkembangan
................................................................................. 4
2.4
Perkembangan Fisik Pada Masa Remaja ..........................................................
5
2.4.1
Tahap Perubahan Fisik Pada Remaja
........................................................ 5
2.4.2
Aspek Hormonal
........................................................................................ 7
2.4.3
Kondisi-kondisi Yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik Remaja .......
7
2.5
Perkembangan Intelektual Pada Masa Remaja ................................................... 9
2.5.1
Pengertian Intelektual
................................................................................. 9
2.5.2
Intelektual Pada Remaja
............................................................................ 9
2.6
Perkembangan Sosial Pada Masa Remaja
........................................................ 10
2.6.1
Pengertian Perkembangan Sosial
.............................................................
10
2.6.2
Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja ............................................. 11
2.6.3
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial ........................ 11
2.6.4 Pengaruh Perkembangan Sosial Terhadap Tingkah
Laku Remaja ............ 13
2.6.5 Implikasi Perkembangan Sosial Terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan ... 14
2.7 Perkembangan Bahasa Pada Masa Remaja
........................................................ 15
2.7.1 Pengertian Bahasa
...................................................................................... 15
2.7.2 Perkembangan Bahasa Dalam Pendidikan dan Lingkungan
Masyarakat ..... 16
BAB III PENUTUP ...................................................................................................
17
3.1 KESIMPULAN
...........................................................................................
17
3.2 SARAN
........................................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan salah satu
tahapan dalam kehidupan manusia. Masa remaja sering digambarkan sebagai masa
yang paling indah, dan tidak terlupakan karena penuh dengan kegembiraan dan
tantangan. Namun masa remaja juga identik dengan kata pemberontakan, dalam
istilah psikologi sendiri sering disebut sebagai masa strom and stress karena banyaknya goncangan-goncangan dan
perubahan-perubahan yang cukup radikal dari masa remaja sebelumnya.
Beberapa perkembangan yang terjadi
pada masa remaja yaitu, perkembangan fisik, intelektual, sosial dan bahasa.
Dalam masa remaja, penampilan anak
berubah sebagai hasil peritiwa pubertas yang hormonal, mereka mengambil bentuk
tubuh orang dewasa. Pikiran mereka juga berubah dengan artian mereka lebih
dapat berfikir abstrak dan hipotesis, perasaan mereka berubah hampir terhadap
segala hal, semua bidang cakupan perkembangan sebagai seorang remaja menghadapi
tugas utama mereka, membangun identitas termasuk identitas seksual yang akan
terus mereka bawa sampai masa dewasa.
Salah satu tugas perkembangan
remaja yang harus dilaluinya adalah mampu berfikir secara lebih dewasa dan
rasional, serta memiliki perkembangan yang lebih matang dalam menyelesaikan
masalah. Dengan kata lain remaja harus memiliki kemampuan intelektual serta
konsepsi yang dibutuhkan untuk menjadi warga masyarakat yang baik.
Perkembangan sosial pada masa
remaja berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu. Baik
menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga
mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau
lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan, atau perantaan.
Sedangkan dengan perkembangan
bahasa, berkembanglah pula kemampuannya untuk mengungkapkan isi hatinya. Ia
akan lebih mudah mengerti oranglain dan lebih mudah dimengerti oleh orang lain.
Semua ini sangat membantu perkembangan tingkah laku dan sikap sosialnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penyusun
merumuskan rumusan masalah sebagai berikut ini:
1. Apa
yang dimaksud dengan masa remaja dan perkembangannya?
2. Apa
saja faktor dan kondisi yang mempengaruhi perkembangan fisik pada masa remaja?
3. Apa
yang dimaksud dengan intelektual dan bagaimana perkembangannya pada masa
remaja?
4. Apa
yang dimaksud dengan perkembangan sosial dan bagaimana perkembangannya pada
masa remaja?
5. Mengapa
perkembangan sosial seseorang dijadikan implikasi terhadap penyelenggaraan
pendidikan?
6. Apa
yang dimaksud bahasa dan bagaimana perkembangannya pada masa remaja?
7. Bagaimana
seorang remaja melewati masa perkembangan fisik, intelektual, sosial dan
bahasa?
1.3 Tujuan Masalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini
disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikannya:
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan masa remaja dan perkembangannya.
2. Untuk
mengetahui apa saja faktor dan kondisi yang mempengaruhi perkembangan fisik
pada masa remaja.
3. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud intelektual dan perkembangannya pada masa remaja.
4. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud perkembangan sosial dan perkembangannya pada masa
remaja.
5. Untuk
mengetahui alasan dan implikasi perkembangan sosial terhadap penyelenggaraan
pendidikan.
6. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud bahasa dan perkembangan bahasa pada masa remaja.
7. Untuk
mengetahui bagaimana seorang remaja melewati perkembangan fisik, intelektual,
sosial dan bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Makna
Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi
perkembangan antara masa anak dan masa ke dewasa, dimulai dari pubertas, yang ditandai dengan perubahan
yang pesat dalam berbagai aspek perkembangan, baik fisik maupun psikis. Secara
harfiyah pubertas berasal dari bahasa
latin pubescene (yang berarti “to grow hairy”), yang berarti tumbuhnya
bulu-bulu, seperti bulu di sekitar kelamin, ketiak, dan muka. Secara istilah,
kata pubertas berarti proses pencapaian kematangan seksual dan kemampuan untuk
bereproduksi.
Masa remaja disebut juga adolescence, yang dalam bahasa latin
berasal dari kata adolescere, yang
berarti “to grow into adulthood”.
Untuk memahami masa remaja ini,
pada paparan berikut dijelaskan tentang pendapat atau pandangan para ahli
(filsafat, antropologi, dan psikologi), yaitu sebagai berikut:
1. Aristoteles,
berpendapat bahwa aspek terpenting bagi remaja adalah kemampuannya untuk
memilih dan determinasi diri (selft-determination)
sebagai tanda kematangannya.
2. Jean-Jacques Rousseau,
berpendapat bahwa pada usia 15-20 tahun, individu sudah matang emosinya, dan
dapat mengubah sikap selfishness
(memerhatikan atau mementingkan diri sendiri) ke interest in others (memerhatikan orang lain).
3. Stanley Hall,
sebagai pionir dalam studi ilmiah tentang remaja berpendapat bahwa adolesen
adalah masa strom-and-stress, masa
penuh konflik, yaitu sebagai periode yang berada dalam dua situasi, antara
kegoncangan, penderitaan, asmara, dan pemberontakan dengan otoritas orang
dewasa.
4. Margaret Mead,
seorang ahli antropologi yang mempelajari masa adolesen di Samoa. Dia
berpendapat bahwa hakikat dasar adolesen bukan biologis tetapi sosial budaya.
Menurut dia bahwa remaja Samoa itu tidak berada dalam suasana strom-and-stress, bahkan sebaliknya,
mereka hidupnya relatif bebas dari kegelisahan atau stres (tetapi setelah ada
penelitian berikutnya, kira-kira dua dasawarsa setelah itu, kondisi perilaku
adolesen telah berubah).
5. Jacqueline Lerner
dan kawan-kawan (2009) sebagai ahli yang mempromosikan Positive Youth Development (PYD) berpendapat bahwa remaja memiliki
lima karakteristik positif, yaitu (a) Competence,
remaja memiliki persepsi positif terhadap aspek sosial, akademik, fisik,
karier, dan sebagainya; (b) Confidence, remaja
memiliki hubungan positif, seperti memiliki self-worth
dan self-efficacy; (c) Connection, remaja memiliki hubungan
positif dengan orang lain, seperti dengan keluarga, teman sebaya, guru, dan
yang lainnyadalam kehidupan masyarakat; (d) Character,
remaja memiliki sikap respek terhadap peran-peran sosial, memahami benar-salah
atau baik-buruk, dan memiliki integritas; dan (e) Caring/compassion, remaja menunjukkan perhatian emosional terhadap
orang lain, terutama pada saat mereka sedang berada dalam keadaan duka cita (distress).
2.2
Definisi Masa Remaja
Batasan
usia 11-24 tersebut didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut
ini:
1. Usia
11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai
tampak (kriteria fisik).
2. Usia
11 tahun dianggap oleh masyarakat Indonesia sebagai masa akhir baligh, baik
menurut adat maupun agama, sehingga mereka tidak diperlukan sebagai anak-anak.
(kriteria sosial).
3. Pada
usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti
tercapainya identitas (ego identity), tercapainya fase genital dari
perkembangan kognitif maupun moral.
4. Batas
usia 24 merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberikan peluang bagi mereka
kriteria sampai pada usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang lain,
belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa.
5. Status
perkawinan sangat menentukan, karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat
Indonesia secara menyeluruh. Seorang kriteria sudah menikah diusia berapapun
dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa.
Batasan
usia diatas adalah sebagian pendapat para ahli berbagai pendapat yang dikemukakan
oleh beberapa ahli psikologi.
2.3
Pengertian Perkembangan
Istilah
perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi karena adanya
proses kematangan belajar. Perkembangan bukan sekedar penambahan tinggi badan
seseorang melainkan suatu proses integrasi dari organisasi atau struktur dan
fungsi tingkah laku yang komplek dari individu yang bersangkutan, mengarah pada
tingkat yang lebih tinggi dan bersifat menetap beserta tidak dapat diputar
kembali.
2.4
Perkembangan Fisik Pada Masa Remaja
Perkembangan
fisik pada masa remaja diawali dengan pubertas, adalah masa kematangan fisik
yang sangat cepat, yang meliputi aspek hormonal dan perubahan fisik. Pikiran
mereka juga berubah dengan artian mereka lebih dapat berfikir abstrak dan
hipotesis, perasaan mereka berubah hampir terhadap segala hal, semua bidang
cakupan perkembangan sebagai seorang remaja menghadapi tugas utama mereka,
membangun identitas termasuk identitas seksual yang akan terus mereka bawa
sampai masa dewasa.
Dengan
berkurangnya perubahan fisik kecanggungan pada masa puber dan awal masa remaja
pada umumnya menghilang, karena remaja yang lebih besar sudah mempunyai waktu
tertentu untuk mengawasi tubuhnya yang bertambah besar. Mereka juga terdorong
untuk menggunakan kekuatan yang diperoleh dan selanjutnya merupakan bantuan
untuk mengatasi kecangguangan yang timbul kemudian.
Karena
kekuatan mengikuti pertumbuhan otot, anak laki-laki pada umumnya menunjukkan
kekuatan yang terbesar pada usia 14 tahun, sedangkan anak perempuan menunjukkan
kemajuan pada usia ini dan kemudian ditinggalkan karena perubahan minat lebih
daripada kurangnya kemampuan.
2.4.1
Tahap Perubahan Fisik Pada Remaja
Perubahan
fisik selama masa remaja dibagi menjadi beberapa tahan:
1. Perubahan
Eksternal
Perubahan yang terjadi selama masa remaja dibagi
menjadi beberapa tahap:
a. Tinggi
Badan
Rata-rata anak perempuan mencapai tingkat matang
pada usia antara 17 dan 18 tahun, rata-rata anak laki-laki kira-kira setahun
setelahnya.
Perubahan tinggi badan remaja dipengaruhi asupan
makanan yang diberikan, pada anak yang diberikan imunisasi pada masa bayi
cenderung lebih tinggi dipada anak yang tidak mendapatkan imunisasi. Anak yang
tidak diberikan imunisasi lebih banyak menderita sakit sehingga pertumbuhannya
terlambat.
b. Berat
Badan
Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama
dengan perubahan tinggi badan, perubahan berat badan terjadi akibat penyebaran
lemak pada bagian-bagian tubuh yang hanya mengandung sedikit lemak atau bahkan
tidak mengandung lemak.
Ketidakseimbangan perubahan tinggi badan dengan
berat badan menimbulkan ketidak idealan badan anak, jika perubahan tinggi badan
lebih cepat dari berat badan, maka bentuk tubuh anak menjadi jangkung (tinggi
kurus), sedangkan jika perubahan berat badan lebih cepat dari perubahan tinggi
badan, maka bentuk tubuh anak menjadi gemuk gilik (gemuk pendek).
c. Proposi
Tubuh
Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai
perbandingan yang tumbuh baik. Misalnya, badan melebar dan memanjang sehingga
anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu pandang.
d. Organ
Seks
Baik laki-laki maupun perempuan, organ seks
mengalami ukuran matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang
sampai beberapa tahun kemudian.
e. Ciri-ciri
Seks Sekunder
Ciri-ciri seks sekunder yang utama, perkembangannya
matang pada masa akhir masa remaja.
Ciri sekunder tersebut antara lain ditandai dengan
tumbuhnya kumis dan jakun pada laki-laki, sedangkan pada perempuan ditandai
dengan membesarnya payudara.
2. Perubahan
Internal
Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh
remaja dan tidak tampak dari luar. Perubahan ini nantinya sangat mempengaruhi
kepribadian remaja. Perubahan tersebut adalah:
a. Sistem
Pencernaan
Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau
berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot-otot diperut
dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat dan
kerongkongan bertambah panjang.
b. Sistem
Peredaran Darah
Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia
17 atau 18, beratnya 12 kali berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding
pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah
matang.
c. Sistem
Pernafasan
Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang
pada usia 17 tahu; anak laki-laki mencapai tingkat kematangan baru beberapa
tahun kemudian.
d. Sistem
Endokrin
Kegiatan gonad yang meningkat pada
masa puber menyebabkan ketidak seimbangan sementara dari seluruh sistem
endokrin pada masa awal puber. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan
berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran yang matang sampai akhir masa remaja
atau awal masa dewasa.
e. Jaringan
Tubuh
Perkembangan kerangka berhenti
rata-rata pada usia 18 tahun. Jaringan selain tulang, khususnya bagi
perkembangan otot, terus berkembang sampai tulang mencapai ukuran yang matang.
2.4.2
Aspek Hormonal
Aspek hormonal
yang mempengaruhi perkembangan fisik pada masa remaja yaitu, sebagai berikut:
a. Kelenjar
endoktrin (endoctrine glands)
b. Kelenjar
pituitari
c. Gonads
2.4.3 Kondisi-kondisi Yang
Mempengaruhi Perkembangan Fisik Remaja
Perkembangan fisik erat hubungannya dengan kondisi remaja. Kondisi yang baik
berdampak baik pada pertumbuhan fisik remaja, demikian pula sebaliknya.
Adapun kondisi-kondisi yang mempengaruhinya adalah
sebagai berikut:
1. Pengaruh
Keluarga
Pengaruh keluarga meliputi faktor
keturunan maupun faktor lingkungan. Karena faktor keturunan seorang anak dapat
lebih tinggi atau panjang dari anak lainnya, sehingga ia lebih berat tubuhnya,
jika ayah dan ibunya atau kakeknya tinggi dan panjang.
2. Faktor
Lingkungan
Faktor lingkungan akan membantu
menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang dibawa dari
orang tuanya. Lingkungan juga dapat memberikan pengaruh pada remaja sedemikian
rupa sehingga menghambat atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan dimasa
remaja.
3. Pengaruh
Gizi
Anak yang mendapatkan gizi cukup biasanya
akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai taraf dewasa
dibandingkan dengan mereka yang tidak mendapat gizi cukup.
4. Gangguan
Emosional
Anak yang sering mengalami gangguan
emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan dan ini
akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan dikelenjar
pituitary.
Bila terjadi hal demikian
pertumbuhan awal remajanya terhambat dan tidak tercapai berat tubuh yang
seharusnya.
5. Jenis
Kelamin
Anak laki-laki
cenderung lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan, kecuali pada
usia 12-15 tahun. Anak perempuan biasanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih
berat daripada anak laki-laki. Hal ini terjadi karenabentuk tulang dan otot
pada anak laki-laki berbeda dengan permpuan. Anak perempuan lebih cepat
kematangannya daripada laki-laki.
6. Sifat
Sosial Ekonomi
Anak yang berasal dari
keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, cenderung lebih kecil daripada
anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi yang tinggi.
7. Kesehatan
Kesehatan amat
berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik remaja. Remaja yang berbadan sehat dan
jarang sakit, biasanya memiliki tubuh yang lebih tinggi dan berat dibanding
yang sering sakit.
8. Pengaruh
Bentuk Tubuh
Pengaruh bentuk psikologis muncul
antara lain disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik. Diantara perubahan fisik
yang sangat berpengaruh adalah
pertumbuhan tubuh (badan makin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya
alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada perempuan dan “mimpi pertama”
pada laki-laki), dan tanda-tanda kelamin kedua yang tumbuh.
2.5 Perkembangan Intelektual Pada Masa
Remaja
2.5.1
Pengertian Intelektual
Intelektual
adalah orang yang menggunakan kecerdasannya untuk bekerja, belajar,
membayangkan, mengagas, atau menyoal dan menjawab persoalan tentang berbagai
gagasan.
Pada usia remaja
secara mental anak telah dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan yang
abstrak. Dengan kata lain, berfikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan
abstrak serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berfikir
konkrit.
Pada periode
ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola fikir sendiri dalam usaha
memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berfikir para
remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangankan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat
atau hasilnya.
Para remaja
tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses
informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka
juga tidak mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.
Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri
dengan lingkungan sekitar mereka.
Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan
pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan
dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya
“kenyataan” lain diluar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia
akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis
pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan sering kali
membingungkan terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu
saja selama masa kanak-kanak.
2.5.2 Intelektual Pada Remaja
Tidak
sedikit anak remaja yang berupaya menentukan pilihan-pilihan kegiatannya atas
dasar pertimbangan yang rasional, baik dari sisi kompetensi pribadi dan minatnya
terhadap pilihan tersebut.
Contohnya
pertama, apabila disekolah terdapat bermacam-macam program ekstrakurikuler maka
anak tersebut berupaya memilih salah satu ekstrakurikuler yang diminatinya
serta sesuai dengan kemampuan dirinya, tidak lagi atas dasar pilihan orang
tuanya.
Contoh
kedua, dalam hal memilih sekolah. Tidak sedikit remaja yang memilih sekolah
atas dasar pertimbangan hal-hal yang ada dalam pribadinya bukan karena pilihan
ditentukan oleh orang tuanya, walaupun juga masih ada remaja yang menurut apa
yang menjadi pilihan, apa yang menjadi ketentuan, serta apa yang menjadi
harapan orang tua bagi dirinya.
Rasa
ingin tahu yang besar karena reamaja berada pada perkembangan kognitif yang
fleksibel, maka remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar. Bila rasa ingin
tahu itu diarahkan ke hal-hal yang positif maka itu akan sangat membentuk
dirinya dengan baik.
Misal,
penelitian ilmiah, lintas alam, dan sebagainya.
Tapi
apabila rasa ingin tahu itu disalurkan dengan cara yang negatif maka hal itu
bisa merusak dirinya sendiri.
Misal,
merokok, memakai narkoba, menonton film porno, melakukan seks bebas yang
merupakan tindakan yang dilakukan remaja karena berawal dari rasa ingin tahu
yang besar.
Penyebab
lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orang tua yang cenderung masih
memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki
keleluasaan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya.
Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak
sehingga saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berfikir kritis dan
mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik. Untu itu, sekolah,
keluarga, lingkungan punya tanggung jawab untuk membimbing remaja dengan benar.
2.6 Perkembangan Sosial Pada Masa
Remaja
2.6.1
Pengertian
Perkembangan Sosial
Hubungan
sosial merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan
sosial dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang
sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan
demikian, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada
jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain
demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan
bahwa pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan
antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Perkembangan
sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu
kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerjasama.
Hubungan
sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan.
Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh
kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia
menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang
amat kompleks.
2.6.2 Karakteristik Perkembangan
Sosial Remaja
Pada
masa remaja berkembang “social cognition”,
yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai
individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat, nilai-nilai, maupun
perasaannya.
Pada
masa ini juga berkembang sikap “conformity”,
yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya).
Apabila
kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara
moral dan agama dapat dipertanggung jawabkan maka kemungkinan besar remaja
tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sedangkan, apabila kelompoknya
itu menampilkan dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat
dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
2.6.3 Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan
sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: keluarga, kematangan
anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama
emosi dan intelegensi.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama
yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak termasuk
perkembangan sosialnya. Kondisi atau tata cara kehidupan keluarga merupakan
lingkungan yang yang kondusif bagi sosialisasi anak. Didalam keluarga berlaku
norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga
merekayasa perilaku kehidupan anak.
Proses pendidikan yang bertujuan
mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola
pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang
lebih luas ditetapkan dan diartikan oleh keluarga.
2. Kematangan
Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan
fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan
menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional.
Disamping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk
mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang
fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
3. Status
Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status
kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan mmandang
anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam
konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “Ia anak siapa”. Secara tidak
langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan
memperhitungkan norma yang berlaku didalam keluarganya. Dari pihak anak itu
sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak
akan senantiasa “menjaga” status sosial dalam ekonomi keluarganya. Dalam hal
tertentu, maksud “mejaga ststus dalam keluarganya” itu mengakibatkan
menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat
berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat
lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi
anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang
normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan
kehidupan mereka dimasa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus
diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga,
masyarakat dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja
diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan
(sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja
dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada
norma-norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antarbangsa, titik
pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
5. Kapasitas
Mental, Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berfikir banyak mempengaruhi
banyak hl, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak
yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkembang bahasa secara baik. Oleh
karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik,
pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam
perkembangan sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang
lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah
dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
2.6.4 Pengaruh Perkembangan Sosial
Terhadap Tingkah Laku
Dalam
perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain.
Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri yang sering mengarah kepenilaian
diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran
dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang
menyembunyikannya atau merahasiakannya.
Pikiran
anak saling dipengaruhi, oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap
kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemapuan
obstraksi anak yang menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan
peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam
fikirannya.
Disamping
itu pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa:
1. Cita-cita
idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan
akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin
menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2. Kemampuan
berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam
penilaiannya.
Melalui banyak pengalaman dan
penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka sikap
ego semakin berkurang dan diakhiri masa remaja sudah sangat kecil rasa egonya
sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.
2.6.5 Implikasi Perkembangan Sosial
Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Remaja
yang dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang
terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknyha. Mereka belum mamahami benar
tentang norma-norma sosial yang berlaku didalam kehidupan bermasyarakat.
Keduanya dapat menimbulkan hubungan sosial yang kurang serasi, karena mereka
sukar untuk menerima norma seksual dengan kondisi dalam kelompok atau
masyarakat. Sikap menentang dan sikap canggung dalam pergaulan akan merugikan
kedua belah pihak. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya pengembangan hubungan
sosial remaja yang diawali dari lingkungan keluarga, sekolah serta lingkungan
masyarakat.
1. Lingkungan
Keluarga
Orang tua hendaknya mengikuti kedewasaan
remaja dengan jalan memberikan kebebasan terbimbing untuk menghambil keputusan
dan tanggung jawab sendiri. Iklim kehidupan keluarga yang memberikan kesempatan
secara maksimal terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak akan dapat membantu
anak memiliki kebiasaan psikologis untuk mengungkapkan perasaannya. Dengan cara
demikian remaja akan merasa bahwa dirinya dihargai, diterima, dicintai, dan
dihormati sebagai manusia oelh orang tua dan anggota keluarga lainnya.
Dalam konteks bimbingan orang tua
terhadap remaja Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis pola asuh orang tua
yaitu:
a)
Pola Asuh Bina Kasih (Induction)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang
tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memberikan penjelasan yang masuk
akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang diambil oleh anaknya.
b)
Pola Asuh Unjuk Kuasa (Power Acsertion)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang
tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk
dipatuhi oleh anak meskipun anak tidak dapat menerimanya.
c)
Pola Asuh Lepas Kasih (Love Withdrawai)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang
tua dalam medidik anaknya dengan cara menarik sementara kasihnya ketika anak
tidak menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya. Akan tetapi jika anak
sudah mau melaksanakan apa yang dikehendaki orang tuanya maka cinta kasihnya
itu akan dikembalikan seperti sedia kala.Dalam konteks pengembangan kepribadian
remaja, termasuk didalamnya perkembangan hubungan sosial, pola asuh yang
disarankan oleh Hoffman (1989) untuk diterapkan adalah pola asuh bina kasih
(induction). Artinya setiap keputusan yang diambil oleh orang tua tentang anak
remajanya atau setiap pelakuan yang diberikan orang tua terhadap anak remajanya
harus senantiasa disertai dengan penjelasan atau alasan yang rasional. Dengan
cara demikian, remaja akan dapat mengembangkan pemikirannya untuk kemudian
mengambil keputusan mengikuti atau tidak terhadap keputusan atau perlakuan
orang tuanya.
2. Lingkungan
Sekolah
Didalam mengembankan hubungan sosial
remaja, guru juga harus mampu mengembangkan proses pendidikan yang bersifat
demokratis. Guru harus berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup
menarik minat anak, sebab tidak jarang anak menganggap pelajaran yang diberikan
oleh guru kepadanya tidak bermanfaat. Tugas guru tidak hanya semata-mata
mengajar tetapi juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan pelajaran sebagai
upaya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, juga harus membina para
peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
Dengan demikian, perkembangan hubungan
sosial remaja akan dapat berkembangsecara maksimal.
3. Lingkungan
Masyarakat
a) Penciptaan
kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang kepada
mereka kearah perilaku yang bermanfaat.
b) Perlu
sering diadakan kegiatan kerja bakti, bakti karya untuk dapat mempelajari
remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat.
2.7 Perkembangan Bahasa Pada Masa
Remaja
2.7.1
Pengertian
Bahasa
Bahasa
merupakan untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosioanal
dan sosial. Dengan perkembangan bahasa, anak akan lebih mengerti orang lain dan
lebih mudah dimengerti oleh orang lain. Semua ini sangat membantu perkembangan
tingkah laku dan sikap sosialnya. Penggunaan aspek kebahasaan dalam proses
pembelajaran sering berhubungan satu sama lainnya. Menyimak dan membaca erat
hubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi.
Berbicara dan menulis erat hubungannya dalam hal bahwa keduanya merupakan cara
untuk mengekpresikan makna.
2.7.2
Perkembangan
Bahasa Dalam Pendidikan dan Lingkungan Masyarakat
Bersamaan
dengan kehidupan dalam masyarakat luas, anak remaja mengikuti proses belajar
disekolah. Sebagaimana diketahui dilembaga pendidikan, bahasa diberikan
rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Proses
pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata,
namun juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk
didalamnya perilaku berbahasa.
Pengaruh
pergaulan dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga
bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang
berkembang dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi,
bahasa kelompok tertentu yang bentuknya amat khusus (bahasa prokem).
Perkembangan
bahasa anak dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat dimana mereka
tinggal. Hal ini berarti bahwa proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan
dari pergaulan dengan masyarakat sekitar, akan memberi ciri khusus dalam
perilaku berbahasa. Bersamaan dengan kehidupannya dalam masyarakat luas, anak
(remaja) mengikuti proses belajar disekolah.
Masa
remaja, terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan
mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana
serta prasarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing.
Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini penguasaan bahasa
asing merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karir
seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidak mampuan
berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan
hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat
berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan
kepribadian lainnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah
menyelesaikan penyusunan masalah tentang perkembangan fisik, intelektual,
sosial dan bahasa. Penyusun dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1) Perkembangan fisik pada masa remaja diawali
dengan pubertas, adalah masa kematangan fisik yang sangat cepat, yang meliputi
aspek hormonal dan perubahan fisik. Pikiran mereka juga berubah dengan artian
mereka lebih dapat berfikir abstrak dan hipotesis. Perasaan mereka berubah
hampir terhadap segala hal, semua bidang cakupan perkembangan sebagai seorang
remaja menghadapi tugas utama mereka membangun identitas termasuk identitas
seksual yang akan terus mereka bawa sampai masa dewasa.
2) Anak yang berkemampuan intelektuan tinggi akan
berkemampuan berbahasa secara baik.
3) Perkembangan sosial pada masa remaja
berkembang pula kemampuan untuk memahami orang sebagai individu.
4) Dengan perkembangan bahasa, berkembanglah pula
kemampuannya untuk mengungkapkan isi hatinya. Ia akan lebih mudah mengerti
orang lain dan lebih mudah dimengerti oleh orang lain. Semua ini sangat
membantu perkembangan tingkah laku dan sikap remaja.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil rangkuman, maka kami dapat
mengemukakan saran. Remaja merupakan tahap awal seorang anak untuk tumbuh
menjadi seorang dewasa yang cerdas dan berpengetahuan luas. Oleh sabab itu,
orang tua harus memperhatikan setiap perkembangan yang dialami oleh anaknya
dari mulai perkembangan fisik, emosi, motivasi, perasaan, intelektual, sosial
dan bahasa. Agar anak tidak terjerumus kedalam hal-hal yang negatif yang akan
merusak dirinya sendiri. Orang tua hendaknya mengetahui kedewasaan remaja
dengan jalan memberikan kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan dan
tanggung jawab sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Yusuf
L.N , Syamsu dan Nani M. Sugandhi. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta. PT RAJA GRAFINDOPERSADA.
Desmita.
2006. Psykologi Perkembangan. Bandung.
Rosdakarya.
Santrock,
Jhon W. ADOLSCENCE Perkembangan Remaja.
Jakarta. Erlangga.
Sobur,
Alex. 2003. Psykologi Umum. Bandung.
Pustaka Setia.
Pakusi,
Dr. Supartinah. Anak Dan Perkembangannya.
Jakarta. PT Gramedia.
Prof.
Dr. Soetjiningsih, SpA(k). IBCLC Tumbuh
Perkembangan Remaja Dan Permasalahannya. SAGUNG SETO.
Sumarto,
Ny. Hartono Agung. 1999. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta. Rineka Cipta.
http://de-kill.blogspot.com/2008/03/perkembangan-masa-remaja.html
tidak suka footnotenya kosong, kedepan harus ada yaaaaaaaaaaaa
BalasHapusterimakasih masukannya. akan kami perbaiki
BalasHapus