BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam
laporan kepada Unesco dari Komisi Internasional tentang Pendidikan Untuk Abad
XXII (1996), disebutkan bahwa dalam pengembangan pendidikan seumur hidup harus
berlandaskan pada 4 pilar. (Delors, 1996):
Belajar Mengetahui,
memadukan antara kesempatan untuk memperoleh pengetahuan umum yang cukup luas
dengan kesempatan untuk bekerja pada sejumlah subyek yang lebih kecil secara
lebih mendalam. Dalam tahap ini, kesempatan untuk mengembangkan sikap dan cara
belajar untuk belajar (Learning to learn) lebih penting daripada sekedar
memperoleh informasi. Peserta didik bukan hanya disiapkan untuk dapat menjawab
permasalahan dalam jangka dekat, tetapi untuk mendorong mereka untuk memahami,
mengembangkan rasa ingin tahu intelektual, merangsang pikiran kritis serta
kemampuan mengambil keputusan secara mandiri, agar dapat menjadi bekal
sepanjang hidup. Belajar jenis ini dapat dilakukan melalui kesempatankesempatan
berdiskusi, melakukan percobaan-percobaan di laboratorium, menghadiri pertemuan
ilmiah serta kegiatan ekstrakurikuler atau berorganisasi.
Belajar Berbuat,
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk tidak hanya memperoleh
ketrampilan kerja, tetapi juga memperoleh kompentensi untuk menghadapi pelbagai
situasi serta kemampuan bekerja dalam tim, berkomunikasi, serta menangani dan
menyelesaikan masalah dan perselisihan. Termasuk didalam pengertian ini adalah
kesempatan untuk memperoleh pengalaman dalam bersosialisasi
maupun bekerja di luar kurikulum seperti
magang kerja, aktivitas pengabdian masyarakat, berorganisasi serta mengikuti
pertemuan-pertemuan ilmiah dalam konteks lokal maupun nasional, ataupun
dikaitkan dengan program belajar seperti praktek kerja lapangan, kuliah kerja
nyata atau melakukan penelitian bersama.
Belajar Hidup Bersama,
mengembangkan pengertian atas diri orang lain dengan cara mengenali diri
sendiri serta menghargai ke-saling-tergantung-an, melaksanakan proyek bersama
dan belajar mengatasi konflik dengan semangat menghargai nilai pluralitas, saling-mengerti
dan perdamaian. Kesempatan untuk menjalin hubungan antara pendidik dan peserta
didik, dorongan dan penyediaan waktu yang cukup untuk
memberi kesempatan bekerjasama dan
berpartisipasi dalam kegiatan budaya, olahraga, serta keterlibatan dalam
organisasi sosial maupun profesi diluar kampus.
Belajar menjadi
seseorang, mengembangkan kepribadian dan kemampuan untuk
bertindak secara mandiri, kritis, penuh pertimbangan serta bertanggung jawab.
Dalam hal ini pendidikan tak bisa mengabaikan satu aspek pun dari potensi
seseorang seperti ingatan, akal sehat, estetika, kemampuan fisik serta
ketrampilan berkomunikasi.
Telah banyak diakui bahwa sistem pendidikan
formal saat ini cenderung untuk memberi tekanan pada penguasaan ilmu
pengetahuan saja yang akhirnya merusak bentuk belajar yang lain. Kini telah
tiba saatnya untuk memikirkan bentuk pendidikan secara menyeluruh, yang dapat
menggiring terjadinya perubahan–perubahan kebijakan pendidikan di masa akan
datang, dalam kaitan dengan isi maupun metode.
Era
globalisasi serta perkembangan teknologi informasi telah menimbulkan
perubahan-perubahan yang sangat cepat di segala bidang. Batasan wilayah, bahasa
dan budaya yang semakin tipis, serta akses informasi yang semakin mudah
menyebabkan ilmu pengetahuan dan keahlian yang diperoleh seseorang menjadi
cepat
usang.
Persaingan yang semakin tajam akibat globalisasi serta kondisi perekonomian
yang mengalami banyak kesulitan, terutama di Indonesia, membutuhkan sumber daya
manusia yang kreatif, memiliki jiwa enterpreneur serta kepemimpinan. Pendidikan
yang menekankan hanya pada proses transfer ilmu pengetahuan tidak lagi relevan,
karena hanya akan menghasilkan sumber daya manusia yang menguasai ilmu
pengetahuan masa lampau, tanpa dapat mengadaptasinya dengan kebutuhan masa kini
dan masa depan.
1.2
Rumusan
Masalah
Dimaksudkan makalah ini dapat
dipahami dan dimengerti oleh mahasiswa dalam memahami hal-hal yang menyangkut
tentang metode pembelajaran, khususnya pendekatan dan pemusatan belajar pada
peserta didik.Berikut ini adalah beberapa rumusan masalah yang akan kami bahas
dalam diskusi ini adalah :
1. Apa
yang dimaksud dengan Student Center Learning?
2. Apa
tujuan dari Student Center Learning?
3. Metode
apa saja yang digunakan dalam Student Center Learning?
4. Bagaimana
penerapan Student Center Learning?
5. Apakah
manfaat Student Center Learning?
1.3
Tujuan
Masalah
v Mengetahui
ruang lingkup Student Center Learning
v Memahami
pentingnya tujuan Student Center Learning
v Mengetahui beberapa jenis metodeStudent Center Learning
v Memahami
cara penerapan Student Center Learning
v Mengetahui
manfaat dari Student Center Learning
1.4
Manfaat
Didalam
pembahasan makalah ini diharapkan kita memahami Student-Centered Learning, yang
menekankan pada minat, kebutuhan dan kemampuan individu, menjanjikan model belajar
yang menggali motivasi intrinsik untuk membangun masyarakat yang suka dan
selalu belajar. Model belajar ini sekaligus dapat mengembangkan kualitas sumber
daya manusia yang dibutuhkan masyarakat seperti kreativitas, kepemimpinan, rasa
percaya diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berpikir, kemampuan
berkomunikasi dan bekerja dalam tim, keahlian teknis, serta wawasan global
untuk dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Student Center Learning (SCL)
Student
Center Learning (SCL) ialah pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa. Itu
berarti bahwa seorang mahasiswa harus lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran,
dan guru/dosen bertugas sebagai fasilisator dalam kegiatan pembelajaran.
Student-centered
learning (SCL) merupakan pendekatan pembelajaran yang menempatkan peserta didik
di pusat kegiatan pembelajaran. Di dalam SCL para peserta didik memiliki dan
memanfaatkan peluang dan / atau keleluasaan untuk mengembangkan segenap
kapasitas dan kemampuannya (prior knowledge and experience) sebagai pembelajar
sepanjang hayat (“ngangsu kawruh”: cipta, karsa, rasa, dan karya), melalui
berbagai macam aktivitas.Student Centered Learning (SCL) adalah sebuah sistem
pembelajaran yang berpusat pada murid dengan cara, guru memberikan suatu
permasalahan yang sesuai dengan materi dan kemudian para murid ditugaskan untuk
memecahkan masalah tersebut dengan bantuan berupa tips-tips dari sang guru dan
referensi yang ada.
Sistem
SCL ini pada awalnya digunakan oleh negara-negara maju untuk membuat para siswa
menjadi kreatif sehingga tidak lagi bergantung dengan penyelesaian-penyelesaian
masalah yang ada dan siswa akhirnya dapat menemukan cara penyelesaian masalah
yang baru dan lebih bagus seperti menemukan rumus-rumus baru, mengemukakan
sebuah pernyataan fakta tentang suatu penelitian dan berbagai hal lainnya yang
nantinya akan membuat dunia ilmu pengetahuan semakin menigkat dengan pesat.
Sistem SCL ini tidak lagi menjadikan guru sebagai pusat pemberi informasi
tetapi siswa lah yang harus mencari sendiri informasi-informasi tentang materi
yang mereka pelajari jadi siswa harus aktif dalam mencari informasi dengan
sering membaca buku diperpustakaan sering latihan mengerjakan soal-soal dan berperan
aktif dalam diskusi-diskusi yang membahas tentang ilmu pengetahuan. Jadi,
sistem ini adalah sistem yang sangat luar biasa dan benar-benar akan
menciptakan siswa yang berpotensi untuk menjadi ilmuwan “jika penerapannya
dilakukan dengan benar”.
Pengertian SCL menurut para ahli:
• Rogers (1983)
SCL
merupakan hasil dari transisis perpidahan kekuatan dalam proses pembelajaran,
dari kekuatan dosen sebagai pakar menjadi kekuatan mahasiswa sebagai
pembelajar. Perubahan ini terjadi setelah banyak harapan untuk memodifikasi
atmosfer pembelajaran yang menyebabkan siswa menjadi pasif, bosan dan resisten.
• Kember (1997)
SCL
merupakan sebua kutub proses pembelajaran yang menekankan mahasiswa sebagai
pembangun pengetahuan sedangkan kutub yang lain adalah dosen sebagai agen yang
memberikan pengetahuan.
• Harden dan Crosby (2000)
SCL
menekankan pada Mahasiswa sebagai pembelajar dan apa yang dilakukan siswa untuk
sukses dalam belajar dibanding dengan apa yang dilakukan oleh guru.
2.2 Tujuan Student Center Learning (SCL)
Tujuan SCL yaitu :
1.
Meningkatkan kualitas pembelajaran
2.
Mengembangkan potensi siswa secara optimal
3.Menciptakan gambaran pengetahuan yang
bermakna dan saling berhubungan, meningkatkan dan merangsang rasa ingin tahu
murid tentang suatu pengetahuan.
Dari
tujuan diatas, peran kita sebagai pendidik/guru dituntut untuk aktif, kreatif
dan inovatif.
Kegiatan
yang dapat dilakukan guru dalam penerapan SCL antara lain :
1.Mengemukakan
berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan
pembelajaran dimulai.
2.
Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa.
3.
Memberikan informasi kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan.
4.
Memberikan bantuan dan pelayanan pembelajaran kepada siswa yang memerlukan.
5.
Memberikan motivasi dan bimbingan melalui pertanyaan-pertanyaan.
6.
Membantu siswa menarik kesimpulan.
2.3 Metode
Student Center Learning (SCL)
a. Small Group
Discussion
Diskusi
merupakan salah satu elemen belajar secara aktif dan merupakan bagian dari
banyak model pembelajaran SCL yang lain, seperti CL, CbL, PBL dan lain-lain. Di
dalam kelas, kita dapat meminta para mahasiswa untuk membuat kelompok kecil
(misalnya 5 – 10 orang) untuk mendikusikan bahan yang dapat diberikan oleh
dosen ataupu bahan yang diperoleh sendiri oleh anggota kelompok tersebut.
Metode
ini dapat digunakan ketika akan menggali ide, menyimpulkan poin penting,
mengakses tingkat skill dan pengetahuan mahasiswa, mengkaji kembali topik di
kelas sebelumnya, membandingkan teori, isu dan interprestasi, dapat juga untuk
menyelesaikan masalah.
Apa
yang akan di dapat oleh mahasiswa, ketika metode ini diterapkan di kelas?
Mahasiswa akan belajar untuk menjadi pendengar yang baik, bekerjasama untuk
tugas bersama, memberikan dan menerima umpan balik yang konstruktif,
menghormati perbedaan pendapat, mendukung pendapat dengan bukti, serta
menghargai sudut pandang yang bervariasi.
b. Simulation
Simulasi
adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan sesungguhnya ke dalam
kelas. Misalnya simulasi sebagai seorang manajer atau pemimpin, mahasiswa
diminta untuk membuat perusahaan fiktif, kemudian di minta untuk berperan
sebagai manajer atau pemimpin dalam perusahaan tersebut.
Simulasi
ini dapat berbentuk permainan peran (role playing). Permainan-permainan simulasi
dan lain-lain.
Apa
manfaat dari model ini? Simulasi ini dapat mengubah cara pandang (mindset)
mahasiswa dengan jalan: mempraktekkan kemampuan umum (dalam komunikasi verbal
dan nonverbal), mempraktekkan kemampuan khusus mempraktekkan kemampuan tim, mengembangkan
kemamapuan menyelesaikan masalah, mengembangkan kemampuan empati dan lain-lain.
c. Discovery Learning
(DL)
DL
adalah metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan informasi yang tersedia,
baik yang diberikan dosen maupun yang dicari sendiri oleh mahasiswa, untuk
membangun pengetahuan dengan cara belajar mandiri.
Metode
ini dapat dilakukan misalnya dengan memberikan tugas kepada mahasiswa untuk
memperoleh bahan ajar dari sumber-sumber yang dapat diperoleh melalui internet
atau melalui buku, Koran, majalah dan lain sebagainya.
d. Self Directed
Learning (SDL)
SDL
adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu mahasiswa sendiri.
Mahasiswa sendiri yang merencanakan, melaksanakan dan menilai sendiri terhadap
pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan semuanya oleh individu yang
bersangkutan.
Peran
dosen dalam metode ini hanya bertindak sebagai fasilitator, yang memberi
arahan, bimbingan dan konfirmasi terhadap kemajuan belajar yang telah dilakukan
individu mahasiswa tersebut.
Manfaat
dari metode ini adalah menyadarkan dan memberdayakan mahasiswa, bahwa belajar
adalah tanggung jawab mereka sendiri. Individu mhasiswa didorong untuk
bertanggung jawab terhdapa semua fikiran dan tindakan yang dilakukannya.
Untuk
dapat menerapkan metode ini, sebelumnya kita harus dapat memenuhi asumsi bahwa
kemampuan mahasiswa semestinya bergeser dari orang yang tergantung pada orang
lain menjadi individu yang mampu belajar mandiri.
e. Cooperative Learning
(CL)
CL
merupakan metode belajar berkelompok yang dirancang oleh dosen untuk memecahkan
suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok ini terdiri dari
atas beberapa orang mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik yang beragam.
Metode
ini sangat terstruktur, karena pembentukan kelompok, materi yang dibahas,
langkah-langkah diskusi serta produk akhir yang harus dihasilkan, semuanya
ditentukan dan dikontrol oleh dosen. Mahasiswa hanya mengikuti prosedur diskusi
yang dirancang oleh dosen.
CL
bermanfaat untuk membantu menumbuhkan dan mengasah kebiasaan belajar aktif pada
diri mahasiswa, rasa tanggungjawab individu dan kelompok mahasiswa, kemampuan
dan ketrampilan bekerjasama antar mahasiswa, dan keterampilan sosial mahasiswa.
f. Collaborative
Learning (CbL)
CbL
adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerja sama antar mahasiswa yang
didasarkan pada consensus yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok.
Masalah/tugas/kasus memang berasal dari dosen dan bersifat open ended, tetapi
pembentukan kelompok yang didasarkan pada minat, prosedur kerja kelompok,
penentuan waktu dan tempat diskusi/kerja kelompok, sampai dengan bagaimana
hasil diskusi/kerja kelompok ingin dinilai oleh dosen, semuanya ditentukan
melalui consensus bersama antar anggota kelompok.
g. Contextual
Instruction (CI)
CI
adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan isi mata kuliah dengan
situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotivasi mahasiswa untuk
membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari sebagai anggota masyarakat, pelaku kerja professional atau
manajerial, entrepreneur, maupun investor.
Contoh:
apabila kompetensi yang dituntut matakuliah adalah mahasiswa dapat menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi proses transaksi jual beli, maka dalam
pembelajarannya, selain konsep transaksi ini dibahas dalam kelas, juga
diberikan contoh dan mendiskusikannya. Mahasiswa juga diberi tugas dan
kesempatan untuk terjun langsung di pusat-pusat perdagangan untuk mengamati
secara langsung proses transaksi jual beli tersebut, atau bahkan terlibat
langsung sebagai salah satu pelakunya, sebagai pembeli misalnya.
h. Project-based
Learning (PjBL)
PjBL
adalah metode belajar yang sistematis, yang melibatkan mahasiswa dalam belajar
pengetahuan dan ketrampilan melalui proses pencarian/penggalian (inquiry) yang
panjang dan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan kompleks serta
tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati-hati
i. Problem-based
Learning/Inquiry (PBL/I)
PBL/I
adalah belajar dengan memanfaatkan masalah an mahasiswa harus melakukan
pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah
tersebut.
Pada
umumnya, terdapat empat langkah yang perlu dilakukan mahassiwa dalam PBL/I,
yaitu:
a.
Menerima masalah yang relevan dengan salah satu/beberapa kompetensi yang
dituntut mata kuliah, dari dosennya.
b.
Melakukan pencarian data dan infromasi yang relevan untuk memecahkan masalah
c.
Menata data dan mengaitkan data dengan masalah
d.
Menganalisis strategi pemecahan masalah.
Sekarang,
kita sudah mendapatkan sedikit gambaran mengenai metode-metode pembelajaran
dalam SCL, selanjutnya kita dapat mengembangkan ide kita masing-masing untuk
dapat menerapkan metode-metode tersebut di dalam kelas perkuliahan yang kita
ampu. Tentu saja tidak semua metode-metode tersebut dapat kita terapkan,
tergantung juga pada mata kuliah yang kita ajarkan. Namun demikian kita dapat
menerapkan metode tersebut sesuai dengan mata kuliah yang kita ajarkan.
Diharapkan
juga setelah mencoba menggunakan salah satu metode-metode di atas kita dapat
mengevaluasi hasil sebelum dan sesudah. Apakah terdapat perubahan dalam hal
penilaian mahasiswa terhadap dosen, penilaian dosen terhadap mahasiswa, ataupun
sikap mahasiswa dalam menerima perkuliahan di kelas.
Jika
Bapak/Ibu dosen sudah menerapkan salah satu atau beberapa metode di atas,
kemudian mengevaluasi dan mendapatkan suatu kemajuan atau keberhasilan,
diharapkan dapat membagikan atau mensharingkan pengalamannya kepada dosen-dosen
lain, siapa tahu kita mendapat insight dalam memajukan metode pembelajaran di
kelas.
2.4 Penerapan
Student Center Learning (SCL)
Penerapan
SCL dalam pembelajaran :
1.
Kadar SCL dilihat dari proses perencanaan yaitu :
Adanya keterlibatan siswa dalam :
1. Perumusan
tujuan pembelajaran
2. Menyusun
rancangan pembelajaran
3. Menentukan
dan memilih sumber belajar
4. Menentukan
dan pengadaan media.
2.
Kadar SCL dilihat dari proses pembelajaran yaitu :
1.Adanya
keterlibatan siswa secara fisik,mental,emosional dan spiritual dalam proses pembelajaran
2.
Siswa belajar secara langsung,
3.Adanya
keinginan siswa untuk terciptanya iklim belajar yang kondusif,
4.Prakarsa
siswa dalam memecahkan masalah,
5.Terjadi
interaksi multi arah.
3.
Kadar SCL dilihat dari kegiatan evaluasi yaitu :
1.Adanya
self assessment,
2.Kemandirian
siswa dalam kegiatan evaluasi,
3.Kemauan
siswa dalam menyusun laporan kegiatan belajar.
2.5 Manfaat
Student Center Learning (SCL)
Manfaat
dilaksanakan SCL adalah:
1.
Meningkatkan prestasi serta kemampuan mahasiswa dalam Dasar-dasar Hortikultura.
2.
Meningkatkan peran dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran.
3.
Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam belajar mandiri agar dapat
mempelajari hal-hal lain lebih lanjut secara mandiri sehingga mahasiswa menjadi
pembelajar seumur hidup (lifelong learners).
4.
Meningkatkan soft skill mahasiswa, yang meliputi:
a. Kemauan untuk bekerja keras, tidak
sekedar pasif dalam belajar;
b. Kemampuan bekerja mandiri, karena
peran dosen hanya sebagai tutor, mahasiswa dituntut belajar mandiri berdasarkan
arahan yang diberikan;
c. Kemampuan bekerja dalam tim, karena
kerjasama tim sangat menentukan nilai akhir masing-masing individu anggota
kelompok;
d. Kemampuan bekerja dalam tekanan;
e. Kemampuan berfikir analitis, dalam
praktikum mahasiswa akan membuat analisa-analisa penting dalam membangun
perusahaan;
f. Kemampuan
mahasiswa berdiskusi secara logis dan bertanggung jawab (memformulasikan
pertanyaan yang berkualitas tentang suatu subyek, menjawab pertanyaan
menggunakan berbagai metode, mengungkapkan pendapat dan berargumentasi secara
logis, kejujuran dalam menilai jawaban atas pertanyaan sendiri maupun
pertanyaan kawan, kemampuan untuk menerima dan mengelola perbedaan pendapat);
g. Kemampuan berkomunikasi baik secara
lisan maupun tulisan.
5. Meningkatkan kemampuan
technopreneurship mahasiswa. Hal ini diperoleh dengan praktikum.
Keuntungan dan Kerugian Student
Centered Learning (SCl) :
v Keuntungan
ü Karena
pembelajaran berpusat pada mahasiswa, sehingga mahasiswa menjadi lebih aktif
ü Mendorong
mahasiswa untuk mencari lebih banyak informasi dari berbagai sumber
ü Mendorong
pembelajaran secara aktif dan berpikir kritis
ü Mengenalkan
hubungan antara ilmu pengetahuan dengan kehidupan nyata
ü Mengembangkan
sifat kreatifitas dan kemampuan mahasiswa dalam pemecahan beberapa masalah
ü Akan
berkembangnya karakter mahasiswa (life-long learning)
ü Kualitas
lulusan akan lebih kreatif, inovatif dan selalu memecahkan masalah tidak secara
tekstual melainkan secara konstekstual
ü Melatih
tanggung jawab kepada para mahasiswa
ü Pemanfaatan
teknologi informasi yang efisien dan efektif
ü Mahasiswa
akan mempunyai sifat kooperatif, kolaboratif dan suportif
ü Cukup
menyenangkan bagi mahasiswa dan tutor dan prosesnya membutuhkan partisipasi
seluruh mahasiswa dalam proses pembelajaran
v Kerugian
ü Memerlukan
waktu pembelajaran yang lebih lama
ü Tidak sesuai dengan beberapa jenis kurikulum
ü Tidak
cocok untuk mahasiswa yang pasif
ü Jumlah
pengajar yang diperlukan dalam proses tutorial lebih banyak dari pada sistem
konvensional
ü Banyak
mahasiswa yang ingin mengakses perpustakaan dan komputer dalam waktu bersama
ü Sulit
diimplementasikan pada kelas besar
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam
proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa memperoleh kesempatan
dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan
memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning), dan pada akhirnya dapat
meningkatkan mutu kualitas dan kreatifitas siswa.
3.2 Saran
Diharapkan agar peserta didik mampu
menguasai dan memahami penerapan metode pembelajaran Student Center Learning
(SCL) dan menjadikan peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran, dan peserta
didik tidak terpaku pada pendidik agar kemampuannya lebih berkembang dalam hal
dan tujuan yang bermanfaat untuk kepentingan bangsa dan negara agar menjadi penerus
bangsa yang berpendidikan baik dan berakhlak mulia.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.
2004. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : Depdiknas
Hamalik,
O. 1993. Metode dan Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.
Mujiono.
1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud.
Purwanto,
Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sardiman.
1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Sudjana,
N. 1989. Cara Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Lembaga
Penelitian IKIP Bandung.
0 komentar:
Posting Komentar