kepribadian
dan Budi Pekerti Rasulullah saw.
Muhammad bin
‘Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dhahhak as-Sulami.
(Imam at-Tirmidzi).
BENTUK TUBUH RASULULLAH SAW.
“Rasulullah
saw. bukanlah orang yang berperawakan terlalu tinggi, namun tidak pula pendek.
Kulitnya tidak putih bule juga tidak sawo matang. Rambutnya ikal, tidak terlalu
keriting dan tidak pula lurus kaku. Beliau diangkat Allah (menjkadi rasul)
dalam usia empat puluh tahun. Beliau tingal di Mekkah (sebagai Rasul) sepuluh
tahun dan di madinah sepuluh tahun. Beliau pulang ke Rahmatullah dalam usia
enam puluh tahun. Pada kepala dan janggutnya tidak terdapat sampai dua
puluh lembar rambut yang telah berwarna putih.”
(diriwayatkan
oleh Abu Raja’ Qutaibah bin Sa’id, dari Malik bin Anas, dari Rabi’ah bin Abi
‘Abdurrahman yang bersumber dari *Anas bin Malik r.a)
*Anas bin Malik r.a adalah Abu
Nadhr Anas bin Malik al Anshari al Bukhari al Khazraji. Ia tinggal bersama
Rasulullah saw dan membantu Beliau selama sepuluh tahun.Dan ia adalah sahabat
yang paling akhir meninggal dunia di Bashrah, yaitu pada tahun 71 H.
*Perawi menghilangkan bilangan satuannya dari puluhan (digenapkan). Karena
kebanyakan riwayat menyatakan bahwa Rasulullah saw tinggal di Mekkah sebagai
Rasul 13 tahun, dan wafat pada usia 63 tahun.
“Aku tak
pernah orang yang berambut panjang terurus rapi, dengan mengenakan pakaian
merah, yang lebih tampan dari Rasulullah saw. Rambutnya mencapai kedua bahunya.Kedua
bahunya bidang. beliau bukanlah seorang yang berperawakan pendek dan tidak pula
terlampau tinggi.”
(diriwayatkan
oleh Mahmud bin Ghailan, dari Waki’,dari Sufyan, Dari Abi Ishaq, yang bersumber
dari al Bara bin ‘Azib r.a)
“Rasulullah
saw. tidak berperawakan terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek. Beliau
berperawakan sedang diantara kaumnya. Rambut tidak keriting bergulung dan tidak
pula lurus kaku, melainkan ikal bergelombang. Badannya tidak gemuk, dagunya
tidak lancip dan wajahnya agak bundar. Kulitnya putih kemerah-merahan. Matanya
hitam pekat dan bulu matanya lentik. Bahunya bidang. beliau memiliki bulu lebat
yang memanjang dari dada sampai ke pusat. Tapak tangan dan kakinya terasa
tebal. Bila Beliau berjalan, berjalan dengan tegap seakan-akan Beliau turun ke
tempat yang rendah. Bila Beliau berpaling maka seluruh badannya ikut berpaling.
Diantara kedua bahunya terdapat Khatamun Nubuwah, yaitu tanda kenabian. Beliau
memiliki hati yang paling pemurah diantara manusia. Ucapannya merupakan perkataan
yang paling benar diantar semua orang. Perangainya amat lembut dan beliau
paling ramah dalam pergaulan. Barang siapa melihatnya, pastilah akan menaruh
hormat padanya. Dan barang siapa pernah berkumpul dengannya kemudian kenal
dengannya tentulah ia akan mencintainya. Orang yang menceritakan sifatnya,
pastilah akan berkata: “Belum pernah aku melihat sebelum dan sesudahnya orang
yang seistimewa Beliau saw.”
(Diriwayatkan
oleh Ahmad bin ‘Ubadah ad Dlabi al Bashri, juga diriwayatkan oleh ‘Ali bin Hujr
dan Abu Ja’far bin Muhammad bin al Husein, dari ‘Isa bin Yunus, dari ‘Umar bin
‘Abdullah, dari Ibrahim bin Muhammad, dari salah seorang putera ‘Ali bin Abi
Thalib k.w. yang bersumber dari ‘Ali bin Abi Thalib k.w.)
“Telah diperlihatkan kepadaku para Nabi. Adapun Nabi Musa a.s. bagaikan
seorang laki-laki dari suku Syanu’ah*. Kulihat pula Nabi ‘Isa bin Maryan a.s.
ternyata orang yang pernah kulihat mirip kepadanya adalah ‘Urwah bin Mas’ud*,
Kulihat pula Nabi Ibranim a.s. ternyata orang yang mirip kepadanya adalah kawan
kalian ini (yaitu Nabi saw sendiri). Kulihat jibril ternyata orang yang pernah
kulihat mirip kepadanya adalah Dihyah*.”
(Diriwayatkan
oleh Qutaibah bin Sa’ad dari Laits bin Sa’id, dari Abi Zubair yang bersumber
dari Jabir bin ‘Abdullah r.a.)
*Suku Syanu’ah terdapat di
Yaman perawakan mereka sedang.
*‘Urwah bin Mas’ud as Tsaqafi
adalah sahabat Rasulullah saw ia memeluk islam pada tahun 9 H.
*Dihyah adalah seorang sahabat
Rasulullah saw yang mengikuti jihad fi sabilillah setelah perang Badar. Ia pun
merupakan salah seorang pengikut Bai’atur Ridlwan yang bersejarah.
“Rasulullah mempunyai gigi seri yang renggang. Bila Beliau berbicara
terlihat seperti ada cahaya yang memancar keluar antara kedua gigi serinya
itu.”
(Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman, dari Ibrahim bin Mundzir al
Hizami, dari ‘Abdul ‘Aziz bin Tsabit az Zuhri, dari Ismail bin Ibrahim, dari
Musa bin ‘Uqbah, dari Kuraib yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas r.a.)
BENTUK KHATAMUN NUBUWAH.
“Aku pernah
melihat khatam (kenabian)…. Ia terletak antara kedua bahu Rasulullah saw.
Bentuknya seperti sepotong daging berwarna merah sebesar telur burung dara.”
(Diriwayatkan
oleh Sa’id bin Ya’qub at Thalaqani dari Ayub bin Jabir, dari Simak bin Harb
yang bersumber dari Jabir bin Samurah r.a.)
“Apabila ‘Ali
k.w. menceritakan sifat Rasulullah saw. maka ia akan bercerita panjang lebar.
Dan ia akan berkata: ‘Diantara kedua bahunya terdapat Khatam kenabian, yaitu
khatam para Nabi.
(Diriwayatkan
oleh Ahmad bin ‘Ubadah ad Dlabi ‘Ali bin Hujr dan lainnya, yang mereka terima
dari Isa bin Yunus dari ‘Umar bin ‘Abdullah, dari ‘Ibrahim bin Muhammad yang
bersumber dari salah seorang putera ‘Ali bin Abi Thalib k.w.)
Dalam suatu
riwayat, Alba’bin Ahmar al Yasykuri mengadakan dialog dengan Abu Zaid ‘Amr bin
Akhthab al Anshari r.a. sbb:
“Abu Zaid
berkata: ‘Rasulullah saw bersabda kepadaku : ‘Wahai Abu Zaid mendekatlah
kepadaku dan usaplah punggungku’.Maka punggungnya kuusap, dan terasa jari
jemariku menyentuh Khatam. Aku (alba’ bin Ahmar al Yasykuri) bertanya kepada
Abu Zaid: ‘Apakah Khatam itu?’
Abu Zaid menjawab: ‘kumpulan
bulu-bulu*’.
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Basyar, dari Abu ‘Ashim dari ‘Uzrah bin Tsabit yang bersumber
dari Alba’bin Ahmar al Yasykuri).
*Ia mengatakan kumpulan
bulu-bulu dikarenakan ia hanya dapat merasakan dengan rabaan tangannya saja,
tidak melihat dengan mata kepala. Jadi yang dikatakan itu hanya berdasar rabaan belaka, yang teraba olehnya adalah bulu yang
tumbuh di sekitar Khatam.
RAMBUT RASULULLAH SAW.
“Rambut
Rasulullah saw mencapai pertengahan kedua telinganya.”
(Diriwayatkan
oleh ‘Ali bin Hujr, dari Ismail bin Ibrahim, dari Humaid yang bersumber dari
Anas bin Malik r.a.).
“Rasulullah
saw. adalah seorang yang berbadan sedang, kedua bahunya bidang, sedangkan
rambutnya menyentuh kedua daun telinganya.”
(Diriwayatkan
oleh Ahmad bin Mani’, dari Abu Qathan, dari Syu’bah dari Abi Ishaq yang
bersumber dari al Bara’ bin ‘Azib r.a.).
“Rambut
Rasulullah saw. tidak terlampau keriting, tidak pula lurus kaku, rambutnya
mencapai kedua daun telingannya.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Basyar, dari Wahab bin Jarir bin Hazim, dari Hazim yang
bersumber dari Qatadah).
“Sesungguhnya
Rasulullah saw., dulunya menyisir rambutnya ke belakang, sedangkan orang-orang
musyrik menyisir rambut mereka ke kiri dan ke kanan, dan Ahlul Kitab menyisir
rambutnya ke belakang. Selama tidak ada perintah lain, Rasulullah saw. senang
menyesuaikan diri dengan Ahlul Kitab. Kemudian,Rasulullah saw. menyisir
rambutnya ke kiri dan ke kanan.”
(Diriwayatkan
oleh Suwaid bin Nashr dari ‘Abdullah bin al Mubarak, dari Yunus bin Yazid, dari
az Zuhri, dari ‘Ubaidilah bin ‘Abdullah bin ‘Utbah, yang bersumber dari Ibnu
‘Abbas r.a.).
CARA BERSISIR RASULULLAH SAW.
“Rasulullah
saw. sering meminyaki rambutnya, menyisir janggutnya dan sering waktu menyisir
rambutnya beliau menutupi (bahunya) dengan kain kerudung. Kain kerudung itu
demikian berminyak seakan-akan kain tukang minyak.”
(Diriwayatkan
oleh Yusuf bin’Isa, dari Rabi’ bin Shabih, dari Yazid bin aban ar Raqasyi, yang
bersumber dari Anas bin Malik r.a.).
Aban ar
Raqasyi dikenal sebagai orang yang dinilai munkar periwayatannya. Hadist ini
sangat berlawanan dengan kebanyakan hadist shahih, yang menerangkan tentang
kebersihan dan penampilan terpuji dari Rasulullah saw. (Muhammad ‘Afif az
Za’bi).
“Rasulullah saw. melarang
bersisir kecuali sekali-kali.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad Basyar, dari Yahya bin Sa’id,dari Hisyam bin Hasan, dari al Hasan
Bashri, yang bersumber dari ‘Abdullah bin Mughaffal r.a.*)
*Yang dilarang ialah bersisir
layaknya wanita pesolek.
*’Abdullah bin Mughaffal r.a.
dalah sahabat Rasulullah saw. yang masyhur, ia adalah salah seorang peserta
“Bai’tus Syajarah”, wafat pada tahun 60 H ada pula yang mengatakan tahun 57 H.
UBAN RASULULLAH SAW.
Qatadah bertanya kepada Anas
bin Malik r.a.:
“Pernahkah
Rasulullah saw. menyemir rambutnya yang telah beruban?”
Anas bin Malik menjawab:”Tidak
sampai demikian. Hanya beberapa lembar uban saja di pelipisnya. Namun Abu Bakar
r.a. pernah mewarnai (rambutnya yang memutih) dengan daun pacar dan katam.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Basyar, dari Abu Daud, dari Hamman, yang bersumber dari
Qatadah).
*Katam adalah sejenis
tumbuh-tumbuhan yang biasa digunakan untuk memerahi rambut sedangkan warnanya
merah tua.
Dalam suatu
riwayat Ibnu ‘Abbas r.a. mengemukakan:
Abu Bakar r.a. berkata: “Wahai
Rasulullah, sungguh Anda telah beruban!”
Rasulullah saw. bersabda:
“Surah Hud, Surah al Waqi’ah, Surah al Mursalat, Surah Amma Yatasa’alun dan
Surah Idzasy-Syamsu kuwwirat, menyebabkan aku beruban.”
(Diriwayatkan
oleh Abu Kuraib Muhammad bin al A’la, dari Mu’awiyah bin Hisyam, dari Syaiban,
dari Ishaq, dari Ikrimah, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas r.a.).
“Wahai
Rasulullah, kami melihat Anda sesungguhnya telah beruban!”
Rasulullah saw. bersabda:
“Surah Hud dan beberapa surah sebangsanya (telah menyebabkan aku beruban.”
(Diriwayatkan
oleh Sufyan bin Waki’, dari Muhammad bin Basyar, dari ’Ali bin Shalih, dari Abi
Ishaq,yang bersumber dari Abi Juhaifah r.a.*).
*Abu Juhaifah adalah Wahab as
Sawa’ bin ‘Amir bin Sha’sha’ah al Kufi. Ia adalah seorang sahabat yang masyhur.
Menurut al Dzahabi, ia adalah rawi yang tsiqat (kuat hapalan dan terpercaya).
Ia wafat pada tahun 74 H.
SEMIR RAMBUT RASULULLAH SAW.
Al Jahdzamah
r.a., isteri Busyair bin al Khaskhashiyyah pernah bercerita:
“Aku melihat
Rasulullah saw. keluar dari rumahnya mengibaskan rambut sehabis mandi. Dan di
kepalanya terdapat bekas daun inai”, atau “bekas celupan”(rawi ragu).
(Diriwayatkan
oleh Ibrahim bin Harun, dari Nadlr bin Zararah*, dari Abi Jinab*, dari Iyad bin
Laqith, yang bersumber dari Jahdzamah r.a.).
*Nadlr bin Zararah dalah rawi
yang dla’if dan termasuk Matruk.
*Ali Jinab dikenal sebagai
rawi yang masyhur tapi ia dianggap dla’if karena sering menyamarkan rawi.
“Aku melihat
rambut Rasulullah saw. dipacari merah.”
(Diriwayatkan
oleh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman, dari ‘Amr bin ‘Ashim, dari Hammad bin Salamah,
dari Humaid, yang bersumber dari Anas r.a.)
CELAK MATA RASULULLAH SAW.
Dalam sebuah
riwayat yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas r.a. dikemukakan: Sesungguhnya Nabi
saw. bersabda:
“Bercelaklah
kalian dengan Itsmid, karena ia dapat mencerahkan pengliahatan dan
menumbuhkan bulu mata. Sungguh Nabi saw. mempunyai tempat celak mata yang
digunakannya untuk bercelak pada setiap malam. Tiga olesan di sini dan tiga
olesan di sini.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Humaid ar Razi, dari Abu Daud at Thayalisi, dari Abbad bin
Manshur, dari Ikrimah yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas r.a.).
Itsmid adalah batu celak
biasanya berupa serbuk. Warnanya hitam atau biru. Serbuk itsmid dioleskan pada
bulu mata atau disapukan di sekeliling mata.
*Yang dimaksud di sini adalah
tiga olesan di mata sebelah kanan dan tiga olesan di mata sebelah kiri.
PAKAIAN RASULULLAH SAW.
“Pakaian
yang paling disenangi Rasulullah saw. adalah Gamis.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Humaid ar Razi, dari al Fadhal bin Musa, diriwayatkan pula
oleh Abu Tamilah dan Zaid bin Habab, ketiganya menerima dari ‘Abdul Mu’min bin
Khalid, dari ‘Abdullah bin Buraidah,
yang bersumber dari Ummu Salamah* r.a.)
*Ummu Salamah r.a. adalah
Ummul Mu’minin Hindun binti Mughirah al Makhzumiyah.
“Sesungguhnya
Nabi saw. keluar (dari rumahnya) dengan bertelekan kepada ‘Usamah bin Zaid.
Beliau memakai pakaian Qithri yang diselempangkan di atas bahunya,
kemudian beliau shalat bersama mereka.”
(Diriwayatkan
oleh ‘Abd bin Humaid , dari Muhammad bin al Fardhal, dari Hammad bin Salamah,
dari Habib bin as Syahid, dari al Hasan, yang bersumber dari Anas bin Malik
r.a.).
Qithri adalah sejenis kain
yang terbuat dari katun yang kasar. Kain ini berasal dari Bahrain tepatnya dari
Qathar.
Dalam sebuah riwayat Anas bin
Malik r.a. mengemukakan:
“Pakaian
yang paling disenangi Rasulullah saw. ialah kain Hibarah.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Basyar, dari Mu’adz bin Hisyam dari ayahnya, dari Qatadah,
yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
Kain Hibarah ialah kain
keluaran Yaman yang terbuat dari katun.
“Rasulullah
saw. bersabda: “Hendaklah kalian berpakaian putih, untuk dipakai sewaktu hidup.
Dan jadikanlah ia kain kafan kalian sewaktu kalian mati. Sebab kain putih itu
sebaik- baik pakaian bagi kalian.”
(Diriwayatkan oleh Qutaibah
bin Sa’id, dari Basyar bin al Mufadhal, dari ‘Utsman Ibnu Khaitsam, dari Sa’id
bin Jubeir, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas r.a.).
“Rasulullah
saw. bersabda : “Pakailah pakaian putih, karena ia lebih suci dan lebih bagus.
Juga kafankanlah ia pada orang yang meninggal diantara kalian.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Basyar, dari ‘Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan, dari Habib
bin Abi Tsabit, dari Maimun bin Abi Syabib yang bersumber dari Samurah bin
Jundub r.a.).
KHUF RASULULLAH SAW.
“Sesungguhnya
raja *an-Najasyi menghadiahkan sepasang khuf hitampejat kepada Nabi saw. lalu
Nabi saw. memakainya dan kemudian ia berwudlu dengan (hanya) menyapu keduanya
(yakni tidak membasuh kaki).”
(Diriwayatkanoleh
Hinad bin Siri, dari Waki’, dari Dalham bin Shalih, dari Hujair bin ‘Abdullah,
dari putera Buraidah, yang bersumber dari Buraidah r.a.).
*Khuf ialah sejenis kaos kaki
tapi terbuat dari kulit binatang. Khuf dibuat
amat tipis dan tingginya menutupi mata kaki. Khuf biasanya hanya digunakan pada musim dingin untuk mencegah agar kulit kaki tidak
pecah-pecah.Biasanya, orang memakai khuf ketika musafir di musim dingin dan
masih memakai sepatu luar lagi. Sepatu ini namanya “jurmuq”. Para Ulama
Indonesia sering menggunakan istilah Mujah untuk terjemahan khuf. Tapi
kadang-kadang diterjemahkan juga dengan “sepatu khuf”.
*An najasyi menurut literature
barat umumnya disebut Negust. Negust adalah gelar raja-raja di Abesina
(Habsyi), sekarang dikenal “Ethiopia”.
SANDAL RASULULLAH SAW.
“Bagaimanakah
sandal Rasulullah saw. itu?”
Anas menjawab : “Kedua
belahnya mempunyai tali qibal*.”
(Diriwayatkn
oleh Muhammad bin Basyar, dari Abu Daud at Thayalisi, dari Hamman yang
nersumber dari Qatadah).
*Tali qibal adalah tali sandal
yang bersatu pada bagian mukanya dan terjepit di antara dua jari kaki.
“Janganlah
diantara kalian berjalan dengan sandal sebelah. Hendaklah memakai keduanya.”
(Diriwayatkan
oleh Ishaq bin Musa al Anshari, dari Ma’an, dari Malik, dari Abiz Zinad, dari
al A’raj yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)
“Sesungguhnya
Nabi saw. melarang seorang laki-laki makan dengan tangan kiri dan berjalan
dengan sandal sebelah.”
(Diriwayatkan
oleh Ishaq bin Musa, dari Ma’an, dari
Malik, dari Abi Zubair, yang bersumber dari Jabir r.a.)
“Sesungguhnya
Nabi saw. bersabda : “Bila salah seorang diantara kalian hendak memakai sandal
hendaklah ia memulainya dari yang sebelah
kanan. Dan bila ia melepasnya, maka hendaklah dimulai dari yang sebelah kiri. Hendaklah
posisi kanan dijadikan yang pertama kali dipasangi sandaldan yang terakhir kali dilepas.”
(Diriwayatkan
oleh Qutaibah, dari Malik, dan diriwayatkan pula oleh Ishaq bin Musa ,dari
Ma’an, dari Malik, dari Abu Zinad, dari A’raj yang bersumber dari Abu Hurairah
r.a.)
CINCIN RASULULLAH SAW.
“Cincin
Rasulullah saw. terbuat dari perak sedangkan permatanya dari Abessina
(Habsyi)”.
(Diriwayatkan
oleh Qutaibah bin Sa’id dan sebagainya, dari ‘Abdullah bin Wahab, dari Yunus,
dari Ibnu Syihab, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
“Tatkala
Rasulullah saw. hendak menulis surat kepada penguasa bangsa ‘Ajam (asing),
kepadanya diberitahukan: “Sungguh bangsa ‘Ajam tidak akan menerimanya, kecuali surat yang memakai cap. Maka Nabi
saw. dibuatkan sebuah cincin (untuk cap surat). Terbayanglah dalam benakku putihnya cincin itu di tangan Rasulullah saw.”
(Diriwayatkan
oleh Ishaq bin Manshur, dari Mu’adz bin Hisyam, dari ayahnya, dari Qatadah,
yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.).
*karena sebagaimana dikatakan
bahwa cincin Nabi saw. dipakai sebagai pengecap surat, maka Nabi saw. tidak
memakainya karena fungsinya pun lain. Atau mungkin saja pengertiannya bukan
tidak dipakai, tapi jarang.
“Ukiran yang
tertera di cincin Rasulullah saw adalah “Muhammad” satu baris ,”Rasul” satu
baris, dan “Allah” satu baris”.
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Yahya, dari Muhammad bin ‘abdullah al Anshari, dari ayahnya,
dari Tsumamah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.).
“Sesungguhnya
apabila Nabi saw. masuk ke jamban, maka ia melepaskan cincinnya.”
(Diriwayatkan
oleh Ishaq bin Manshur, dari Sa’id bin ‘Amir, dandiriwayatkan pula oleh Hajjaj
bin Minhal, dari Hamman, dari Ibnu Juraij, dari Zuhri yang bersumber dari Anas
bin Malik r.a.).
CARA RASULULLAH SAW. BERCINCIN
“Sesungguhnya
Nabi saw. memakai cincin di jari tangan kanannya.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Sahl bin ‘Asakir al Baghdadi, dan diriwayatkan pula oleh
‘Abdullah bin ‘Abdurrahman, keduanya menerima dari Yahya bin Hisan, dari
Sulaiman bin Bilal, dari Syarik bin ‘Abdullah bin Abi Namir, dari Ibrahim bin
‘Abdullah bin Hunain, dari bapaknya, yang bersumber dari ‘Ali bin Abi Thalib
k.w.).
PEDANG RASULULLAH SAW.
“Salut hulu
pedang Rasulullah saw. terbuat dari perak.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Basyar, dari Wahab bin Jarir, dari ayahnyadari Qatadah, yang
bersumber dari Anas bin Malik r.a.).
“Samurah
mengaku bahwa ia membuat pedangnya meniru pedang Rasulullah saw. Sedangkan
pedang Rasulullah saw. itu berbentuk Hanafiyya.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin syuja’ al Baghdad, dari Abu ‘Ubaidah al Haddad, dari ‘Utsman
bin Sa’id, yang bersumber dari Ibnu Sirin r.a.).
Pedang Hanafiyya adalah pedang
yang di buat oleh suku Bani Hanifah. Pedang buatan Bani Hanafiah terkenal bagus
dan halus pembuatannya.
BAJU BESI RASULULLAH SAW.
“Sesungguhnya
Rasulullah saw. pada waktu ghazwah Uhud memakai dua baju besi. Sungguh beliau
memakai keduanya secara rangkap.”
(Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi ‘Umar, dari Shufyan bin ‘Uyainah, dari Yazid bin Khushaifah, yang
bersumber dari Saib bin Yazid)
TOPI BESI RASULULLAH SAW.
“Sewaktu
Rasulullah saw. memasuki kota Mekkah (dihari Pembebasan), beliau memakai topi
besi. Kemudian ditunjukkan orang kepadanya :
‘ini Ibnu Khathal* bersembunyi di dinding Ka’bah (disebabkan takut). Nabi saw.
bersabda : “Bunuhlah dia!”
(Diriwayatkan
oleh Qutaibah bin Sa’id, dari Malik bin Anas, dari Ibnu Syihab, yang bersumber
dari Anas bin Malik r.a.).
Sebenarnya terjemahan topi
besi tersebut kurang tepat sebab yang dimaksud topi besi di sini adalah rantai
besi yang dijalin rapi, dibuat dengan ukuran kepala kemudian dapasang di dalam
kopiah.
*Ibnu Khatal ialah seorang
dari empat penjahat yang amat memusuhi Islam dan tidak mendapatkan pengampunan
umum dari Rasulullah saw. Tiga lainnya ialah Huwairits bin Nuqaid, ‘Abdullah
bin Abi Sarh dan Muqais bin Shababah. Namun, sebelum eksekusi, ‘Abdullah bin
Abi Sarh masuk Islam. Dengan demikian ‘Abdullah bin Abi Sarh selamat dari
hukuman.
SERBAN RASULULLAH SAW.
“Nabi saw.
memasuki kota Mekkah pada waktu pembebasan kota Mekkah, beliau memakai serban
hitam.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Basyar, dari ‘Abdurrahman bin Mahdi, dari Hammad bin Salamah.
Hadist inipun diriwayatkan pula oleh Mahmud bin Ghailan, dari Waki’, dari
Hammad bin Salamah, dari Abi Zubair, yang bersumber dari Jabir r.a.).
“Sesungguhnya
Nabi saw. berpidato da hadapan umat, beliau memakai serban hitam.”
(Diriwayatkan
oleh Mahmud bin Ghailan, dan diriwayatkan pula oleh Yusuf bin ‘Isa, keduanya
menerima dari Waki’, dari Musawir al Waraq, dari Ja’far bin ‘Amr bin
Huraits,yang bersumber dari bapaknya.)
SARUNG RASULULLAH SAW.
“’Aisyah
r.a. memperlihatkan kepada kami pakaian yang telah kumal serta sarung yang
kasar, seraya berkata :”Rasulullah saw. dicabut ruhnya sewaktu memakai kedua pakaian ini”.
(Diriwayatkan
oleh Ahmad bin Mani’, dari Ismail, dari Ayub, dari Humaid bin Hilal, dari Abi
Burdah yang bersumber dari bapaknya).
“’Utsman bin
Affan r.a. memakai sarung yang tingginya mencapai setengah betisnya. ‘Utsman
berkata : “Demikianlah cara bersarung sahabatku
(yakni Nabi saw.)”.
(Diriwayatkan
oleh Suwaid bin Nashr, dari ‘Abdullah bin al Mubarak, dari *Musa bin ‘Ubaidah,
dari Ayas bin Salamah bin al Akwa’ yang bersumber dari bapaknya).
*Musa bin ‘Ubaidah, menurut
Imam Ahmad periwayatannya tidak syah.
“Rasulullah
saw. memegang ototbetis kakiku dan betis kakinya, lalu bersabda:
“inilah
tempat batas sarung. Jika kau tidak suka di sini, maka boleh juga diturunkan
lagi. Jika kau tidak suka juga, maka tidak ada hak lagi bagi sarung menutup kedua mata kaki”.
(Diriwayatkan
oleh Qutaibah bin Sa’id, dari Abul Ahwash, dari Abi Ishaq, dari Muslim bin
Nadzir, yang bersumber dari *Hudzaifah Ibnul Yaman r.a.).
Hudzaifah Ibnul Yaman r.a., ia
adalah sahabat Rasulullah saw. Ia masuk Islam sebelum ghazwah Badar. Ia wafat
tahun 36 H.
CARA BERJALAN RASULULLAH SAW.
“Tiada
satupun kulihat lebih indah daripada Rasulullah saw., seolah-olah mentari
beredar di wajahnya. Juga tiada seorangpun yang kulihat lebih cepat jalannya daripada Rasulullah saw., seolah-olah bumi ini
dilipat-lipat untuknya. Sungguh, kami harus bersusah payahmelakukan hal itu, sedangkan Rasulullah saw. tidak memperdulikan.”
(Diriwayatkan
oleh Qutaibah bin Sa’id, dari *Ibnu Luhai’fah, dari Abi Yunus, yang bersumber
dari Abu Hurairah r.a.).
*Ibnu Luhai’ah adalah
‘Abdullah al Hadhrami, seorang faqih yang Masyhur dan qadli di Mesir, namun
demikian ad Dzahabi mendlaifkannya, tetapi hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu
Wahab, Ibnu Mubarak dan Abi ‘Abdurrahman al Muqri lebih baik. Ibnu Luhai’fah
meninggal dunia pada tahun 174 H.
“Bila Nabi
saw. berjalan, maka ia berjalan dengan merunduk seakan-akan jalanan menurun.”
(Diriwayatkan
oleh Shufyan bin Waki’, dari ayahnya, dari al Masudi, dari ‘Utsman bin Muslim bin Hurmuz, dari Nafi’ bin Jubair bin Muth’im, yang bersumber dari
‘Ali bin Abi Thalib k.w.).
KAIN PENYEKA RASULULLAH SAW.
“Rasulullah
saw. sering menyeka (minyak di kepalanya), seakan-akan kain penyeka kepalanya
seperti kain penyeka tukang minyak.”
(Diriwayatkan
oleh Yusuf bin ‘Isa, dari Waki’, dari Rabi’ bin Shabih, dari *Yazid bin Aban ar
Raqasi, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.).
*Yazid bin Aban ar Raqasy
dikenal sebagai orang yang dinilai munkar periwatannya. Hadits ini sangat
berlawanan dengan hadist Shahih, yang menerangkan tentang kebersihan dan
penampilan terpuji dari Rasulullah saw. (Muhammad ‘Afif az Za’bi).
SIKAP DUDUK RASULULLAH SAW.
“Ia
(Qabilah) melihat Rasulullah saw. di masjid sedang duduk *qurfasha.”
Qabilah berkata :”Manakala aku
melihat Rasulullah saw. sedang duduk dengan khusyu’, maka akupun dibawa oleh
perasaan takjub karena wibawanya.”
(Diriwayatkan
oleh’Abd bin Humaid, dari ‘Affan bin Muslim, dari ‘Abdullah bin Hasan, dari
kedua orang anaknya, yang bersumber dari Qabilah binti Makhramah).
*Duduk Qurfasha yakni duduk
bertumpu pada pinggul, kedua paha merapat ke perut dan jangan memegang betis.
“Sesungguhnya
ia melihat Rasulullah saw. berbaring telentang di masjid, dan salah satu
kakinya ditumpangkan pada kaki lainnya.”
(Diriwayatkan
oleh Sa’id bin ‘Abdurrahman al Makhzumi dan lainnya, mereka menerima dari
Sufyan, dari Zuhri, dari ‘Abbad bin Tamim yang bersumber dari pamannya*).
*Ia adalah ‘Abdullah bin Zaid
bin ‘Ashim bin Muhammad, ia adalah seorang sahabat dan dikatakan bahwa ia yang
membunuh Musailamah al Kadzdzab (Nabi palsu).
“Apabila
Rasulullah saw. duduk di *masjid, maka ia duduk secara *ihtiba dengan kedua
tangannya.”
(Diriwayatkan
oleh Salamah bin Syabib, dari ‘Abdullah bin Ibrahim al Madini, dari Ishaq bin
Muhammad al Anshari, dari Rabih bin ‘Abdurrahman bin Abi Sa’id, dari bapaknya
yang bersumber dari kakeknya Abi Sa’id al Khudri r.a.).
*Ada yang mengatakan di dalam
majlis.
*Ihtaba adalah duduk Qurfasha
sambil bersandar.
TEMPAT BERTELEKAN RASULULLAH
saw.
“Aku pernah melihat Rasulullah
saw. duduk bertelekan pada sebuah bantal di sebelah kirinya.”
(Diriwayatkan oleh ‘Abbas bin
Muhammad ad Dauri al Baghdadi, dari Ishaq bin Manshur, dari Israil, dari simak
bin Harb, yang bersumber dari Jabir bin Samurah r.a.).
“Rasulullah saw. bersabda :
“Aku tak mau makan sambil bertelekan, aku tak mau makan sambil bertelekan.”
(Diriwayatkan oleh Muhammad
bin Basyar, dari ‘Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan, dari ‘Ali bin al ‘Aqmar,
yang bersumber dari Abu Juhaifah r.a.).
“Aku melihat
Rasulullah saw. duduk bertelekan pada sebuah bantal.”
(Diriwayatkan
oleh Yusuf bin ‘Isa, dari Waki’, dari Ismail, dari Simak bin Harb, yang
bersumber dari Jabir bin Samurah r.a.).
CARA BERTELEKAN RASULULLAH SAW.
“Aku masuk
ke rumah rasulullah saw. tatkala beliau sedang sakit yang membawa ajalnya. Di
kepalanya ada balutan kain kuning. Kepadanya
kuucapkan salam, kemudian beliau bersabda : “Wahai Fadlal, apa kabarmu?”
Aku menjawab : “Baik wahai
Rasulullah !”
Rasulullah bersabda : “Kuatkan
balutan yang ada di kepalaku ini !”
Fadlal meneruskan ceritanya
:”Maka kulakukan perintah Rasulullah saw. itu. Kemudian beliau duduk, lalu
meletakkan tangannya di atas bahuku,
kemudian beliau berdiri lalu masuk ke masjid.”
Dan kisah selanjutnya terdapat
dalam hadist perihal wafatnya Rasulullah saw.
(Diriwayatkan
oleh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman, dari Muhammad bin al Mubarak, dari *‘Atha’bin
Muslim al Khaffaf al Halabi,dari Ja’far bin Furqan, dari ‘Atha’ bin Abi
Rabbah,yang bersumber dari *al Fadlal bin ‘Abbas r.a.).
*AL fadlal bin ‘Abbas r.a.
adalah sahabat yang masyhur, ia adalah anak sulung ‘Abbas r.a. (paman
Rasulullah saw.).
*’Atha’ bin Muslim al Khaffaf
al Halabi, di dla’ifkan oleh Abu Daud, dan menurut Abu Hatim tidak boleh
dipakai hujjah periwayatannya.
“Sesungguhnya
Nabi saw. sedang dalam keadaan sakit. Beliau keluar (dari rumahnya) dengan
bertelekan kepada Usamah bin Zaid. Waktu itu
beliau memakai kain Qithri (buatan Qatar) yang diselempangkan. Kemudian Beliau
shalat bersama mereka (para sahabat).”
(Diriwayatkan
oleh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman, dari ‘Amr ‘Ashim, dari Hammad bin Salamah,
dari Humaid, yang bersumber dari Anas r.a.).
CARA MAKAN RASULULLAH SAW.
“Sesungguhnya Nabi saw.
menjilati jari jemarinya (sehabis makan) tiga kali.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Basyar, dari ‘Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan, dari Sa’id
bin Ibrahim, dari *salah seorang anak Ka’ab bin Malik, yang bersumber dari
bapaknya.).
*Nama Ibnul Ka’ab bin Malik
(putera Ka’ab bin Malik r.a.) di sini tidak dijelaskan, sedangkan Ka’ab
mempunyai anak dua orang, yaitu ‘Abdullah dan ‘Abdurrahman. Namun demikian
keduanya punya tsiqat (dapat diterima periwayatannya), dan keduanya merupakan
tabi’in besar.
“Bila Nabi saw. selesai makan,
beliau menjilati jari jemarinya yang tiga*.”
(Diriwayatkan
oleh al Hasan bin ‘Ali al Khilali, dari ‘Affan, dari Hammad bin Salamah, dari
Tsabit, yang bersumber dari Anas r.a.).
*Yang dimaksud jari yang tiga
,yakni: jari tengah, jari telunjuk dan ibu jari.
JENIS ROTI YANG DIMAKAN OLEH RASULULLAH SAW.
“Keluarga
Nabi saw. tidak pernah makan roti sya’ir* sampai kenyang dua hari
berturut-turut hingga Rasulullah saw. wafat.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin al Matsani, dan diriwayatkan pula oleh Muhammad bin Basyar,
keduanya menerima dari Muhammad bin Ja’far, dari Syu’bah, dari Ishaq, dari
‘Abdurrahman bin Yazid, dari al Aswad bin Yazid*, yang bersumber dari ‘Aisyah
r.a.).
*Sya’ir, khintah dan bur,
semuanya diterjemahkan ke dalam bahasa Indinesia dengan “gandum” sedangkan
sya’ir merupakan gandum yang paling rendah mutunya. Kadang kala ia dijadikan
makanan ternak, namun dapat pula dihaluskan untuk makanan manusia. Roti yang
terbuat dari sya’ir kurang baik mutunyasya’ir lebih dekat kepada jelai daripada
gandum.
*’Abdurrahman bin Yazid dan al
Aswad bin Yazid bersaudara, keduanya rawi yang tsiqat.
“Rasulullah
saw. tidak pernah makan di atas meja dan tidak pernah makan roti gandum yang
halus, hingga wafatnya.”
(Diriwayatkan
oleh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman, dari’Abdullah bin ‘Amr –Abu Ma’mar-, dari
‘Abdul Warits, dari Sa’id bin Abi ‘Arubah, dari Qatadah, yang bersumber dari
Anas r.a.).
LAUK PAUK YANG DIMAKAN RASULULLAH SAW.
“Sesungguhnya
Rasulullah bersabda: “Saus yang paling enak adalah cuka.”
‘Abdullah bin ‘Abdurrahman
berkata :”Saus yang paling enak adalah cuka.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Shal bin ‘Askar dan ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman, keduanya
menerima dari Yahya bin Hasan, dari Sulaiman bin Hilal, Hisyam bin ‘Urwah, dari
bapaknya yang bersumber dari ‘Aisyah r.a.).
“Rasulullah
saw. bersabda :”Makanlah minyak zaitun dan berminyaklah dengannya. Sesungguhnya
ia berasal dari pohon yang diberkahi.”
(Diriwayatkan
oleh Mahmud bin Ghailan, daari Abu Ahmad az Zubair, dan diriwayatkan pula oleh
Abu Nu’aim, keduanya menerima dari Sufyan, dari ‘ Abdullah bin ‘Isa, dari
seorang laki-laki ahli syam yang bernama Atha’, yang bersumber dari Abi Usaid
r.a.*).
*Abi Usaid adalah ‘Abdullah
bin Tsabit az Zarqi.
“Nabi saw.
menggemari buah labu. maka (pada suatu hari) beliau diberi makanan itu, atau
diundang untuk makan makanan itu (labu). Aku pun mengikutinya, maka makanan itu (labu) kuletakkan dihadapannya,
karena aku tahu beliau menggemarinya.
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Basyar, dari Muhammad bin Ja’far, dan diriwayatkan pula oleh
‘Abdurrahman bin Mahdi, keduanya menerima dari Syu’bah, dari Qatadahyangt
bersumber dari Anas bin Malik r.a.).
“Nabi saw.
menyenangi kue-kue manis (manisan) dan madu.”
(Diriwayatkan
oleh Ahmad bin Ibrahim ad Daruqi, juga diriwayatkan oleh Salamah bin Syabib dan
diriwayatkan pula oleh Mahmud bin Ghailan, mereka menerimanya dari Abu Usamah,
dari Hisyam bin ‘Urwahyang bersumber dari ‘Aisyah r.a.).
“Nabi saw.
diberi makan daging, maka diambilakn baginya bagian dzir’an*. Bagian dzir’an
kesukaannya. Maka Rasulullah saw. mencicipi
sebagian daripadanya.”
(Diriwayatkan
oleh Washil bin ‘Abdul A’la, dari Muhammad bin Fudlail, dari Abi Hayyan at
Taimi, dari Abi Zar’ah, yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.).
*Dzir’an adalah bagian tubuh
binatang dari dengkul sampai bagian kaki.
“Daging yang paling baik
adalah punggung.”
(Diriwayatkan
oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Ahmad, dari Mis’ar, dari Syaikhan, dari
Fahm,* yang bersumber dari ‘Abdullah bin Ja’far r.a.).
*Namanya adalah Muhammad bin
‘Abdullah, disebut pula Muhammad bin ‘Abdurrahman, juga disebut Abu Hay.
WUDLU RASULULLAH SAW.
“Rasulullah saw. keluar dari
jamban, maka dihidangkan kepadanya makanan. Kemudian para sahabat berkata :
‘Apakah kami perlu menyediakan bagi Anda air wudlu?”
Beliau menjawab :”Sesungguhnya
aku disuruh berwudlu apabila aku akan melakukan shalat.”
(Diriwayatkan
oleh Ahmad bin Mani’, dari Isma’il bin Ibrahim, dari Ayyub, dari Ibnu Mulaikah
yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas r.a.).
“Kubaca
dalam Taurat bahwa berkah makanan itu karena berwudlu sebelum makan dan
berwudlu sesudahnya”. Hal tersebut kukatakan kepada Nabi saw., dan kukabarkan
apa yang pernah kubaca dalam Taurat itu, maka Rasulullahsaw. bersabda :”Berkah
makanan itu disebabkan berwudlu sebelum makan serta sesudahnya.”
(Diriwayatkan
oleh Yahya bin Musa, dari ‘Abdullah bin Numair, dari Qeis bin Rabi’*. Hadist
inipun diriwayatkan pula oleh Qutaibah, dari ‘Abdul Karim al Jurjani, kedua
riwayat itu bersumber dari Qeis bin Rabi’, dari Abi Hisyam Adahzadan yang
bersumber dari Salman r.a.).
*Qeis bin Rabi’ menurut Ibnu
Ma’in periwayatannya dla’if namun diterima oleh Ibnu Majah dan Abu Daud.
DO’A RASULULLAH SAW. SEBELUM DAN SESUDAH MAKAN.
“Pada suatu
hari, kami berada di rumah Rasulullah saw., maka Beliau menyuguhkan suatu
makanan. Aku tidak mengetahui makanan yang paling
besar berkahnya pada saat kami mulai makan dan tidak sedikit berkahnya di akhir
kami makan.”
Abu Ayub bertanya : “Wahai
Rasulullah, bagaimanakah caranya hal ini bisa terjadi?”
Rasulullah saw. bersabda
:”Sesungguhnya kami membaca nama Allah waktu akan makan, kemudian duduklah
seseorang yang makan tanpa menyebut
nama Allah, maka makannya disertai syetan.”
(Diriwayatkan
oleh Qutaibah Dari Ibnu Luhai’ah, dari Yazid bin Abi Habib, dari Rasyad bin
Jandal al Yafi’I, dari Hubeib bin Aus, yang bersumber dari Abu Ayub al Anshari
r.a.).
“Rasulullah
saw. bersabda :”bila salah seorang dari kalian makan, tapi lupa menyebut nama
Allah atas makanan itu, maka hendaklah ia membaca :”Bismillahi awwalahu wa akhirahu.” (Dengan nama
Allah pada awal dan akhirnya).
(Diriwayatkan
oleh Yahya bin Musa, dari abu Daud, dari Hisyam ad Distiwai, dari Budail al
‘Aqili, dari ‘Abdullah bin ‘Ubaid bin ‘Umair, dari Ummu Kultsum*, yang
bersumber dari ‘Aisyah r.a.).
*Ummu Kultsum binti ‘Uqbah bin
Abi Mu’ith al Umawiyah, adalah salah seorang sahabatRasulullah saw. dan ia
merupakan saudara seibu ‘Utsman bin Affan r.a.
“Apabila
Rasulullah saw. selesai makan, maka Beliau membaca : “Alhamdulillahil ladzi
ath’amana wa saqana wa ja’alana muslimin.”(Segala puji bagi Allah Yang memberi makan
kepada kami, memberi minum kepada kami dan menjadikan kami orang-orang islam).
(Diriwayatkan
oleh Mahmud Ghailan, dari Abu Ahmad az Zubairi, dari Sufyan as Tsauri, dari Abu
Hasyim, dari Ibnu Isma’il bin Riyah, dari bapaknya (Riyah bin ‘Ubaid), yang
bersumber dari Abu Sa’id al khudri r.a.).
“Adapun
Rasulullah saw., bila hidangan makan telah diangkat dari hadapannya, maka
beliau membaca :”Alhamdulillahi hamdan katsiran
thayyiban mubarakan fihi, ghaira muwadda’iw wa la mustaghnan ‘anhu Rabbana.”
(Segala puji bagi Allah, puji yang banyak tiada terhingga. Puji yang baik lagi berkah padanya.Puji yang tidak pernah
berhenti. Dan puji tidak akan mampu lisan menuturkannya, ya Allah Rabbal ‘Alamin).
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Basyar, dari Yahya bin Sa’id, dari Tsaur bin Yazid, dari
Khalid bin Ma’danyang bersumber dari Abu Umamah r.a.).
TEMPAT MINUM RASULULLAH SAW.
“Anas bin
Malik r.a. memperlihatkan kepada kami tempat minuman yang terbuat dari kayu.
Tempat minuman itu tebal dan dililit dengan
besi”. kemudian anas r.a. menerangkan : “Wahai Tsabit! Inilah tempat minum
Rasulullah saw.”
(Diriwayatkan
oleh al Husain bin al Aswad al Baghdadi, dari ‘Amr bin Muhammad, dari ‘Isa bin
Thuhman, yang bersumber dari Tsabit r.a.).
“Sungguh ke
dalam cangkir ini telah kutuangkan berbagai minuman untuk Rasulullah saw., baik
itu air, nabidz*, madu ataupun susu.”
(Diriwayatkan
oleh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman, dari Hammad bin Salamah, dari Humaid dan
Tsabit, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)>
*Nabidz adalah air kurma,
yakni beberapa biji kurma dimasukkan ke dalam air kemudian dibiarkan (semalam)
sampai airnya terasa manis.
BUAH-BUAHAN YANG DIMAKAN RASULULLAH SAW.
“Nabi saw.
memakan qitsa* dengan kurma (yang baru masak).”
(Diriwayatkan
oleh Isma’il bin Musa al Farazi, dari Ibrahim bin Sa’id, dari ayahnya yang
bersumber dari ‘Abdullah bin Ja’far r.a.).
*Qitsa adalah sejenis
buah-buahan yang mirip mentimun tetapi ukurannya lebih besar (Hirbis).
“Sesungguhnya
Nabi saw. memakan semangka dengan kurma (yang baru masak).
(Diriwayatkan
oleh ‘Ubadah bin ‘Abdullah al Khaza’i al Bashri, dari Mu’awiyah bin Hisyam, dari
Sufyan, dari Hisyam bin ‘Urwah, dari bapaknya, yang bersumber dari ‘Aisyah
r.a.).
MINUMAN RASULULLAH SAW.
“Minuman
yang paling disukai Rasulullah saw. adalah minuman manis yang dingin.”
(Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi ‘Umar, dari Sufyan, dari Ma’mar, dari Zuhairi, dari ‘Urwah, yang
bersumber dari ‘Aisyah r.a.).
CARA MINUM RASULULLAH SAW,
“Sesungguhnya
Rasulullah saw. minum air zamzam sambil berdiri.”
(Diriwayatkan
oleh Ahmad bin Mani’, dari Husyaim, dari ‘Ashim al Ahwal dan sebagainya, dari
Sya’bi, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas r.a.).
“Sesungguhnya
Rasulullah saw. menarik nafas tiga kali pada bejana bila Beliau minum. Beliau
bersabda :”Cara seperti ini lebih menyenangkan
dan menimbulkan kepuasan.”
(Diriwayatkan
oleh Qutaibah bin Sa’id, dan diriwayatkan pula oleh Yusuf bin Hammad, keduanya
menerima dari ‘Abdul Warits bin Sa’id, dari Abi ‘Ashim, yang bersumber dari
Anas bin Malik r.a.).
MINYAK WANGI RASULULLAH SAW.
“Rasulullah
saw. bersabda :”Wewangian laki-laki ialah yang harum baunya dan tersembunyi
warnanya. Sedangkan wewangian wanita ialah yang
cemerlang warnanya dan tersembunyi baunya.”
(Diriwayatkan
oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Daud al Hafariyyi, dari Sufyan, dari al
Jurairi, dari Abi Nadhrah, dari seseorang*, yang bersumber dari Abu Hurairah
r.a.).
*Dalam riwayat lain yang juga
bersumber dari Abu Hurairah r.a., sanadnya adalah: Diriwayatkan oleh ‘Ali bin
Hujr, dari Isma’il bin Ibrahim, dari al Jurairi, dari Abi Nadhrah, dari at
Thawafi, yang bersumber dari Abu hurairah r.a.
CARA BICARA RASULULLAH SAW.
“Rasulullah
saw. tidak berbicara cepat sebagaimana kalian. Tetapi beliau berbicara dengan
kata-kata yang jelas dan tegas. Orang yang duduk bedrsamanya akan dapat menghafal (kata-katanya).
(Diriwayatkan
oleh Humaid bin Mas’adah al Bashriyyi, dari Humaid al Aswad, dari Usamah bin
Zaid, dari Zuhri, dari ‘Urwah, yang bersumber dari ‘Aisyah r.a.).
“Rasulullahsaw.
suka mengulang kata-kata yang diucapkannya sebanyak tiga kali agar dapat
dipahami.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Yahya, dari Abu Qutaibah –Muslim bin Qutaibah-. dari
‘Abdullah bin al Mutsani, dari Tsumamah, yang bersumber dari Anas bin Malik
r.a.).
cara rasulullah
saw. tertawa.
“Betis
Rasulullah saw. kecil (tidak gemuk). Beliau tidak tertawa kecuali tersenyum.
Bila aku memandang kepadanya, aku berkata (dalam hati); “Betapa hitam pelupuk matanya, padahal tidak dihitami.”
(Diriwayatkan
oleh Ahmad bin Mani’, dari ‘Abbad bin al ‘Awwam, dari al Hajjaj –Ibnu Arthah-*,
dari Simak bin Harb, yang bersumber dari Jabir bin Samurah r.a.).
*Al Hajjaj (Ibnu Arthah)
didla’ifkan oleh jamaah.
“Tiadalah tertawa Rasulullah
saw. kecuali tersenyum.”
(Diriwayatkan
oleh Ahmad bin Khalid al Khilal, dari Yahya bin Ishaq, as Sailihani, dari Laits
bin Sa’id, dari Yazid bin Abi Habib, yang bersumber dari ‘Abdullah bin al
Harits r.a).
KELAKAR RASULULLAH SAW.
“Sesungguhnya
Rasulullah saw. bergaul akrab dengan kami, sehingga beliau bersabda kepada
adikku* yang masih kecil :”Wahai Abu ‘Umair
(bapak ‘Umair), apa yang dapat dikerjakan burung sekecil itu*?”
(Diriwayatkan
oleh Hannad bin asSariyyi, dari Waki’, dari Syu’bah, dari Abit Tayyah, yang
bersumber dari Anas bin Malik r.a.).
*Ia adalah saudara seibu Anas
bin Malik r.a., namanya adalah Ibnu Abi Thalhah Zaid bin Sahl al Anshari,
sedangkan ibu bagi keduanya adalah Ummu Sulaim binti Malhan. Ibnu Abi Thalhah
(Abu ‘Umair) wafat sewaktu masih kecil yakni dimasa Nabi saw. masih hidup.
*Imam Tirmidzi berkata :”
Maksud Hadist ini, Rasulullah saw. bergurau. Di dalam pergurauannya, beliau
memberi gelar kepad seorang anak kecil dengan sebutan bapak:”Wahai Abu ‘Umair
(Wahai bapak ‘Umair). Pada hadist inipun terdapat suatu hukum, bahwa memberi
mainan kepada anak-anak berupa burung tidak apa-apa. Nabi saw. bersabda:”Wahai
Abu ‘Umair apa yang dapat dikerjakan oleh burung sekecil itu ?”
Maksudnya adalah : Anak kecil
itu mempunyai burung kecil sebagai mainannya. Kemudian burung itu mati , maka
anak tersebut berduka cita karenanya. Untuk mengobati dukanya Nabi saw bersenda
gurau kepadanya.
“Mereka
(para sahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah! apakah Anda suka bergurau kepada
kami?”
Beliau bersabda :”Benar! Hanya
saja apa yang kukatakan, tidak lain hanyalah kebenaran.”
(Diriwayatkan
oleh ‘Abbas bin Muhammad ad Duri, dari ‘Ali bin al Hassan bin Syaqiq, dari
‘Abdullah bin al Mubarak, dari Usamah Ibnu Zaid, dari Sa’id al Maqbari, yang
bersumber dari Abu Hurairah r.a.).
syi’ir yang dibaca rasulullah saw.
‘Aisyah r.a.
bertanya :”Apakah Rasulullah saw. pernah membaca syi’ir?”
Ia menjawab :”Beliau pernah
membaca Syi’ir Ibnu Rawahah r.a.dan juga pernah membaca syi’ir yang berbunyi:
“Berita-berita akan datang
kepadamu
Dibawa oleh orang yang tak kau
beri bekal*.”
(Diriwayatkan
oleh ‘Ali bin Hujr, dari Syarik, dari al Miqdambin Syuraih, dari bapaknya, yang
bersumber dari ‘Aisyah r.a.).
*Permulaan baitnya berbunyi:
Hari demi hari akan menyingkap
kejelasan bagimu.
Walau kau sebelumnya tidak
tahu.
Rasulullah
saw. bersabda :”Syi’ir yang terbaik (paling benar) yang pernah dibacakan
seorang penya’ir adalah Syi’ir Labid* (bin Abi Rabi’ah al Amiri), yang berbunyi:
“Ingat! Segala sesuatu selain
Allah pasti binasa.”
Dan hamper saja Ummayah bin
Abis Shalt* menjadi muslim (karena syi’ir-syi’irnya).”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Basyar, dari ‘Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan as Tsauri,
dari ‘Abdul Malik bin ‘Umair, dari Abu Salamah, yang bersumber dari Abu
Hurairah r.a.).
*Pada masa jahiliyah, Labid
adalah seorang yang mulia demikian pula setelah ia masuk Islam. Ia merupakan
penyair Arab yang terkenal saat itu. Namun setelah turun ayat-ayat Al- Qur’an
ia berhenti membuat syi’ir dan ia hanya mencukupkan dengan al-Qur’an saja. Ia
wafat pada tahun 41 H pada usia 140 tahun.
*Tentang Ummayah bin Abis
Shalt, Rasulullah pernah bersabda: “Syi’irnya beriman, namun hatinya tetap
kafir.”
“Aku pernah
berada di belakang Nabi saw. (dibonceng), kepadanya kubacakan seratus qafiah
(sajak) Syi’ir gubahanUmmayah bin Abis Shalt as
Tsaqaf. Manakala kubacakan kepadanya sebait syi’ir, Nabi saw. bersabda
:”Tambahkan lagi!”
Sehingga kepadanya kubacakan
seratus bait syi’ir, kemudian Nabi saw. bersabda :”Sesungguhnya Ummayah itu
ha,pir saja menjadi muslim.”
(Diriwayatkan
oleh Ahmad bin Mani’, dari Marwan bin Mu’awiyah*, dari ‘Abdullah bin
‘Abdurrahman at Thaifi, dari ‘Amr bin Syarid, yang bersumber dari ayahnya).
*Marwan bin Mu’awiyah bin
Harits al kufi, ia dinyatakan tsiqat oleh jamaah. ia wafat tahun 193 H.
“Rasulullah
saw. meletakkan mimbar untuk Hasan bin Tsabit di dalam masjid agar ia bersyi’ir
yang membesarkan hati Rasulullah saaw., atau (perawi ragu) agar ia mempertahankan
Rasulullah saw.
Rasulullah saw. bersabda
:”Sesungguhnya Allah swt. menolong Hasan lewat Jibril tatkala ia mempertahankan
(atau membesarkan hati) Rasulullah saw. (dengan syi’irnya).”
(Diriwayatkan
oleh Isma’il bin Musa al Fazari, dan diriwayatkan oleh ‘Ali bin Hujr (semakna),
keduanya menerima dari ‘Abdurrahman bin Zinad, dari Hisyam bin ‘Urwah, dari
bapaknya (‘Urwah), yang bersumber dari ‘Aisyah r.a.).
CARA TIDUR RASULULLAH SAW.
“Sesungguhnya
Nabi saw. bila berbaring di tempat tidurnya, beliau letakkan telapak tangannya
yang kanan di bawah pipinya yang kanan, seraya berdo’a: ”Rabbi qini
‘adzabaka yauma tab’atsu ‘ibadaka.” (Ya Rabbi, peliharalah aku dari azab-Mu
pada hari Kau bangkitkan seluruh hamba-Mu).
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin al Matsani, dari ‘Abdurrahman bin Mahdi, dari Israil, dari
Abi Ishaq, dari ‘Abdullah bin Yazid, yang bersumber dari al Bara bin ‘Azib
r.a.).
“Bila
Rasulullah saw. berbaring di tempat tidurnya, maka beliau berdo’a : “Allahumma
bismika amutu wa ahya’. (Ya Allah, dengan nama-Mu aku mati dan aku hidup).
Dan bila Beliau bangun, maka
Beliau membaca :”Alhamdulillahilladzi ahyana ba’dama amatana wailaihin nusyur.”
(Segala puji bagi Allah, yang telah menghidupkan aku kembali setelah mematikan
daku dan kepada-Nya tempat kembali).
(Diriwayatkan
oleh Mahmud bin Ghailan, dari ‘Abdurrazaq, dari Sufyan, dari ‘Abdul Malik bin
‘Umair, dari Ruba’I bin Hirasyi, yang bersumber dari Hudzaifah r.a.).
“Sesungguhnya
bila Nabi saw. istirahat dalam musafirnya di malam hari, Beliau berbaring ke sebelah
kanan. Dan bila Beliau istirahat pada musafirnya menjelang subuh, maka Beliau
tegakkan lengannya dan diletakkannya kepalanya diatas tangannya.”
(Diriwayatkan
oleh alHusein bin Muhammad al Hariri, dari Sulaiman bin Harb, dari Hammad bin
Salamah, dari Humaid, dari Bakr bin ‘Abdullah al Mazini, dari ‘Abdullah bin
Rabbah, yang bersumber dari Abi Qatadah r.a.).
IBADAH RASULULLAH SAW.
“Rasulullah
berdiri (shalat) sampai bengkak kedua kakinya. Kepadanya ditanyakan: “Mengapa
Anda membebani diri dengan hal yang demikian? Bukankah Allha swt. telah
mengampuni Anda dari segala dosa Anda, baik yang terdahulu maupun yang akan
datang?” Rasulullah saw. bersabda :”Tidak patutkah saya menjadi hamba Allahyang
bersyukur?”
(Diriwayatkan
oleh Qutaibah bin Sa’id, juga oleh Basyar bin Mu’adz, dari Abu ‘Awanah, dari
Ziyad bin ‘Alaqah, yang bersumber dari al Mughirah bin Syu’bah r.a.).
“Nabi saw. shalat malam hari
tiga belas rakaat.”
(Diriwayatkan
oleh Abu Kuraib- Muhammad bin al A’la-, dari Waki’, dari Syu’bah, dari Abi Jamrah,yang
bersumber dari Ibnu ‘Abbas r.a.).
“Sesungguhnya
apabila Nabi saw. tidak sempat shalat malam hari karena tertidur atau berat
rasa kantuknya, maka beliau lakukan shalat dua belas rakaat di siang hari.”
(Diriwayatkan
oleh Qutaibah bin Sa’id, dari Abu ‘Awanah, dari Qatadah, dari Zurarah bin Aufa,
dari Sa’id bin Hisyam, yang bersumber dari ‘Aisyah r.a.).
“Sesungguhnya
Rasulullah saw. melaksanakan shalat di malam hari sebelas raka’at. Beliau
lakukan shalat witir (ganjil) satu raka’at. Apabila beliau selesai melakukan shalat itu, beliau berbaring dengan
lambung kanannya di sebelah bawah.”
(Diriwayatkan
oleh Ishaq bin Musa, dari Ma’an, dari Malik, dari Ibnu Syibab, dari Urwah, yang
bersumber dari ‘Aisyah r.a.).
“Sesungguhnya
Nabi saw. tidak wafat, sampai kebanyakan shalatnya (shalat sunnat) dilaksanakan
dalam keadaan duduk.”
(Diriwayatkan
oleh al Hasan bin Muhammad azZa’farani, dari al Hajjaj bin Muhammad, dari Ibnu
Juraih, dari ‘Utsman bin Abi Sulaiman, dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman, yang
bersumber dari ‘Aisyah r.a.).
“Aku
pelihara amalan-amalan Rasulullah saw. berupa shalat delapan raka’at. dua
raka’at sebelum shalat Dhuhur, dua raka’at sesudahnya, dua raka’at sesudah
shalat Magrib dan dua raka’at sesudah shalat Isya’.”
Selanjutnya Ibnu ‘Umar berkata
:”Hafshah* menceritakan kepadaku perihal dua raka’at shalat fajar. Tapi aku tak
pernah* melihatnya dilakukan Rasulullah saw.”
(Diriwayatkan
oleh Qutaibah bin Sa’id, dari Marwan bin Mu’awiyah al Farazi, dari Ja’far bin
Burqaq, dari Maimun bin Mihran, yang bersumber dari Ibnu ‘Umar r.a).
*Hafshah (isteri Rasulullah
saw.) dan Ibnu ‘Umar adalah kakak beradik, keduanya adalah putera ‘Umar bin
Khathab r.a.
*Disebabkan Rasulullah saw.
melakukan shalat fajar di rumahnya, maka Ibnu ‘Umar tidak pernah melihatnya.
12122121SHALAT DHUHA RASULULLAH SAW.
“Aku
mendengar Mu’adzah (binti ‘Abdullah al- ‘Adawiyah) sebagai berikut:
“Aku bertanya kepada ‘Aisyah
r.a. : “Apakah Rasulullah saw. nengerjakan shalat pada waktu dhuha?”
‘Aisyah r.a. menjawab :
“Benar, beliau melakukan empat raka’at. Dan terkadang beliau menambah lagi
sebanyak yang dikehendaki Allah Azza wa Jalla.”
(Diriwayatkan
oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Daud at Thayalisi, dari Syu’bah, dari Yazid
ar Risyk, yang bersumber dari Mu’adzah r.a.).
“Sesungguhnya
Nabi saw. melakukan shalat empat raka’at sesudah tergelincir matahari, sebelum
shalat Dhuhur.”
Beliau bersabda:”Sesungguhnya
waktu itu merupakan saat pintu-pintu langit terbuka. Maka aku menyukai amal
salehku diangkat saat itu.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin al Mutsana, dari Abu Daud, dari Muhammad bin Muslim bin Abil
Wadldlah, dari ‘Abdul Karim al Jazari, dari Mujahid, yang bersumber dari
‘Abdullah bin as Saib r.a.).
shalat sunnat rasulullah saw. di rumah.
“Aku
bertanya kepada Rasulullah saw. tentang shalat di rumah dan shalat di masjid.”
Beliau bersabda : “Sungguh,
kau melihat sendiri, alangkah dekatnya rumahku dengan masjid. Sungguh aku lebih
suka shalat di rumah daripada shlat di masjid, kecuali shalat itu shalat
fardhu.”
(Diriwayatkan
oleh ‘Abbas al Anbari, dari ‘Abdurrahman bin Mahdi, dari Mu’awiyahbin Shalih,
dari al A’la bin Harits, dari Haram bin Mu’awiyah, yang bersumber dari pamannya
‘Abdullah bin Sa’ad r.a.*).
*’Abdullah bin Sa’ad al
Anshari, ia merupakan salah seorang sahabat Rasulullah saw.
SHAUM SUNNAT RASULULLAH SAW.
“Aku melihat
Rasulullah saw. shaum dua bulan berturut-turut kecuali pada bulan Sya’ban dan
Ramadhan.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Basyar, dari ‘Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan, dari
Manshur, dari Salim bin Abil Ja’di, dari Abi Salamah, yang bersumber dari Ummu
Salamah r.a.).
“Rasulullah
saw. shaum pada awal bulan selama tiga hari pada setiap bulan, dan jarang
sekali beliau tidak berbuka pada hari Jum’at.”
(Diriwayatkan
oleh al Qasim bin Dinar al Kufi, dari ‘Ubaid bin Musa, dan diriwayatkan pula
oleh Thalaq bin Ghanam, dari Syaibani, dari ‘Ashim, dari Zirin bin Hubaisy,
yang bersumber dari ‘Abdullah r.a.).
“Nabi saw.
bersungguh-sungguh mengamalkan shaum hari Senin dan Kamis.”
(Diriwayatkan
oleh Abu Hafsah –‘Umar bin ‘Ali-, dari ‘Abdullah bin Daud, dari Tsaur bin
Yazid, dari Khalid bin Ma’dan, dari Rabi’ah al Jarsyi, yang bersumber dari
‘Aisyah r.a.)
“Hari Asyura
(sepuluh Muharram) adalah hari yang dishaumi kaum Quraisy pada zaman jahiliyah.
Rasulullah saw. pun shaum pada hari itu. Manakala beliau tiba di Madinah,
beliau shaum pada hari itu dan beliau perintahkan agar hari itu dishaumi.
Manakala bulan Ramadhan diwajibkan untuk shaum, maka shaum Ramadhanlah yang
menjadi kewajiban, dan beliau timggalkan hari ‘Asyura. Basrang siapa ingin
shaum silahkan dan barang siapa yang tidak mau shaum tinggalkanlah.”
(Diriwayatkan
oleh Harun bin Ishaq, al Hamdzani, ‘Abdah bin Sulaiman, dari Hisyam bin ‘Urwah,
dari bapaknya, yang bersumber dari ‘Aisyah r.a.).
CARA RASULULLAH SAW. MEMBACA AL-QUR’AN.
“Aku
bertanya kepada Anas bin Malik r.a. :”Bagaimanakah bacaan (al Qur’an)
Rasulullah saw.?”
Ia menjawab :”Bermad
(bertajwid).”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Basyar, dari Wahab bin Jurair bin Hazim, dari ayahnya, yang
bersumber dari Qatadah r.a.).
“Rasulullah
saw. memotong bacannya (pada setiap ayat). Beginilah cara membacanya:
“Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin
“, kemudian beliau berhenti. Selanjutnya dibaca :”Arrahmanirrahim”, kemudian
beliau berhenti. Selanjutnya dibaca :”Maliki yaumiddin,”
(Diriwayatkan
oleh ‘Ali bin Hujr, dari Yahya bin Sa’id al Umawi, dari Ibnu Juraij, dari Ibnu
Abi Mulaikah, yang bersumber dari Ummu Salamah r.a.).
TANGIS RASULULLAHSAW.
“Rasulullah
saw. bersabda kepadaku:”Bacakan al Qur’an untukku!”
“Wahai
Rasulullah saw.! Mana mungkin aku membacakannya kepada Anda, bukankah ia
diturunkan kepada Anda?”
Beliau bersabda:”Sungguh aku
ingin mendengarkannya dari selain daku.”
Maka kubacakan surat an Nisa,
sampai ayat: “Waji’na bika ‘ala ha ula-i syahida.” (Dan Kami mendatangkan kamu
sebagai saksi atas mereka). (Q.S. 4 an- Nisa: 41).
‘Abdullah bin Mas’ud berkata
:”Maka kulihat kedua mata Rasulullah saw. bercucuran air mata.”
(Diriwayatkan
oleh Mahmud bin Ghailan , dari Mua’wiyah bin Hisyam, dari Sufyan, dari al
A’masy, dari Ibrahim, dari ‘Ubaid, yang bersumber dari ‘Abdullah bin Mas’ud
r.a.).
“Rasulullah
saw. mencium ‘Utsman bin Madh’un* tatkala ia telah wafat. Dan ketika itu beliau
menangis.”
Atau (kata perawi ragu):
“Kedua matanya berlinang air mata.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Basyar, dari ‘Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan, dari ‘Ashim
bin ‘Ubaidilah*, dari Qasim bin Muhammad*, yang bersumber dari ‘Aisyah r.a.).
*’Utsman bin Madh’un adalah
saudara sesusu Rasulullah saw. Ia wafat dua setengah tahun setelah hijrah.
*’Ashim bin ‘Ubaidilah
dadla’ifkan oleh Ibnu Ma’in, menurut keterangan Bukhari, periwayatnnya munkar.
*Qasim bin Muhammad bin Abu
Bakar, merupakan salah seorang fukaha Madinah yang tujuh, dari generasi kedua
dan periwayatnnya dikeluarkan oleh jama’ah.
TAWADLU RASULULLAH SAW.
“Rasulullah
saw. bersabda :”Janganlah kalian berlebihan memuji daku sebagaimana kaum
Nasrani yang berlebihan memuji anak Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, oleh
sebab itu katakanlah (panggillah) ‘Abdullah (hamba Allah) dan Rasul-Nya.”
(Diriwayatkan
oleh Ahmad bin Mani’, diriwayatkan pula oleh Sa’id bin ‘Abdurrahman al Makhzumi
dan sebagainya, mereka menerima dari Sufyan bin ‘Uyainah, dari Zuhri, dari
‘Ubaidilah, dari Ibnu ‘Abbas r.a., yang bersumber dari ‘Umar bin Khattab r.a.).
“Rasulullah
saw. bersabda :”Sekalipun kepadaku hanya dihadiahkan betis binatang, tentu akan
kuterima. Dan sekiranya aku diundang makan betis binatang, tentu akan
kukabulkan undangannya.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin ‘Abdullahbin Bazi’, dari Basyar bin al Mufadlal, dari Sa’id
dari Qatadah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.).
‘Aisyah r.a.
ditanya:”Apakah yang dikerjakan Rasulullah saw. di rumahnya ?”
‘Aisyah r.a. menjawab:”Beliau
adalah seorang manusia biasa, beliau adalah seorang yang mencuci bajunya
sendiri, memerah susu kambingnya sendiri, dan
melayani dirinya sendiri.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Isma’il, dari’Abdullah bin Shalih, dari Mu’awiyah bin Shalih,
dari Yahya bin Sa’id, yang bersumber dari ‘Amrah).
BUDI PEKERTI RASULULLAH SAW.
“Rasulullah
saw. bukanlah orang yang keji, beliau tidak membiarkan kekejian, tiada
mengeluarkan suara keras di pasar-pasar dan tidak membalas kejahatan orang lain
dengan kejahatan. Beliau suka memaafkan dan berjabat tangan.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Basyar, dari Muahammad bin Ja’far, dari Syu’bah, dari Abi
Ishaq, dari Abi ‘Abdullah al Jadali, yang bersumber dari ‘Aisyah r.a.).
“Rasulullah
saw. tidak pernah memukul sesuatu dengan tangannya, kecuali tatkala beliau
berjihad fi sabilillah. Beliau pun tidak pernah memukul pembantu dan wanita.”
(Diriwayatkan
oleh Harun bin Ishaq al Handzani, dari ‘Ubadah, darri Hisyam bin ‘Urwah, dari
bapaknya, yang bersumber dari ‘Aisyah r.a.).
“Aku
mendengar Jabir bin ‘Abdullah r.a. berkata:
‘Tak pernah kudengar
Rasulullah saw. dimintai sesuatu, kemudian beliau berkata “tidak”.’
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Basyar, dari ‘Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan, yang
bersumber dari Muhammad bin al Munkadir r.a.).
“Nabi saw. tidak menyimpan
sesuatu untuk hari esok.”
(Diriwayatkan
oleh Qutaibah bin Sa’id, dari Ja’far bin Sulaiman, dari Tsabit, yang bersumber
dari Anas bin Malik r.a.).
“Sesungguhnya
Nabi saw menerima hadiah dan membalas hadiah.”
(Diriwayatkan
oleh ‘Ali bin Khasyram dan lainnya, dari ‘Isa bin Yunus, dari Hisyam bin
‘Urwah, dari bapaknya, yang bersumber dari ‘Aisyah r.a.).
KEPEKAAN RASULULLAH SAW.
“Nabi saw.
sangat peka melebihi anak dara pada pingitannya. Apabila beliau tidak
menyenangi sesuatu, kami dapat mengetahuinya dari perubahan air mukanya.”
(Diriwayatkan
oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Daud, dari Syu’bah, dari Qatadah, dari
‘Abdullah bin Abi ‘Utbah, yang bersumber dari Abu Sa’id al Khudri r.a.).
‘Aisyah
berkata :”Aku tidak pernah memandang kemaluan Rasulullah saw.”
Atau ia berkata :”Sekali-kali
aku tidak pernah melihat kemaluan Rasulullah saw.”
(Diriwayatkan
oleh Mahmud bin Ghailan, dari Waki’, dari Sufyan, dari Manshur, dari Musa bin
‘Abdullah bin Yazid al Khathimi, dari Maula ‘Aisyah, yang bersumber dari
‘Aisyah r.a.).
BEKAM RASULULLAH SAW.
“Rasulullah
saw. berbekam, yang membekamnya adalah Abu Thaibah, maka beliau memerintahkan
untuk memberinya dua sha’* makanan. Rasulullah saw. berbicara kepada tuannya
(tuan tukang bekam), lalu mereka mengugurkan kharajnya*.”
Rasulullah saw. bersabda
:”Sesungguhnya cara pengobatan kalian yang paling afdhal ialah berbekam.”
Atau (perawi ragu)
:”Sesungguhnya cara pengobatan kalian yang utama adalah berbekam.”
(Diriwayatkan
oleh ‘Ali bin Hujr, dari Isma’il bin Ja’far, dari Humaid, yang bersumber dari
Anas bin Malik r.a.).
*Abu Thaibah adalah nama
panggilan bagi Nafi’, ia adalah budak Bani Haritsah atau budak kepunyaan Abu
Mas’ud al Anshari.
*Sha’(gantang) adlah takaran.
Satu Sha’sama dengan empat mud, sedangkan satu mud sama dengan tujuh ons.
*Kharaj ialah suatu
kesepakatan antara tuan dengan budak untuk membayar kepada tuannya sejumlah
uang, sewaktu budak tidak bekerja pada tuannya.
Dalam peristiwa ini Abu
Thaibah seharusnya membayar tiga Sha’, tapi karena ia telah membayar dua Sha’,
hasil membekam Rasulullah saw. maka yang satu Sha’lagi digugurkan oleh tuannya
setelah Rasulullah saw. berbicara dengan tuannya.
“Nabi saw.
berbekam dan memerintahkan kepadaku (untuk membayar), maka kuberikan pada
tukang bekam upahnya.”
(Diriwayatkan
oleh ‘Amr bin ‘Ali, dari Abu Daud, dari Waraqa’ bin ‘Umar, dari ‘Abdil A’la,
dari Abi Jamilah, yang bersumber dari ‘Ali k.w.).
“Rasulullah
saw. pernah berbekam pada dua urat leher dan tengkuk. Beliau berbekam pada
tanggal 17,19, dan 21.”
(Diriwayatkan
oleh ‘Abdul Quddus bin Muhammad al ‘Athar al Bashri, dari ‘Amr bin ‘Ashim, dari
Hamman, dan diriwayatkan pula oleh Jarir bin Hazm, keduanya menerimanya dari
Qatadah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.).
“Rasulullah saw. bersabda
:”Barangsiapa berbekam pada tanggal 17,19 dan 21, tentulah tindakannya itu jadi
penyembuh bagi setiap penyakit.”
(Riwayat Abu Daud)
KEHIDUPAN RASULULLAH SAW.
“Kami berada
di samping abu Hurairah r.a. sedang ia memakai dua lembar kain kattan* yang
dicelup bahan Lumpur merah. Lalu ia membuang ingusnya pada salah satu dari dua
kainnya itu. Ia berkata : “Bakh, Bakh*”.
Abu Hurairah membuang ingusnya
pada kain kattan itu. Selanjutnya ia bercerita :”Sungguh, aku teringat kembali
ketika aku tersungkur diantara mimbar Rasulullah saw. dengan kamar ‘Aisyah r.a.
karena pingsan. Tiba-tiba datang seorang laki-laki lantas ia letakkan kakinya
di atas leherku. Ia mengira aku dalam keadaan gila. Sebenarnya aku tidak gila,
tapi kejadian itu hanyalah kelaparan.”
(Diriwayatkan
oleh Qutaibah bin Sa’id, dari Hammad bin Zaid, dari Ayyub, yang bersumber dari
Muhammad bin Sirin*).
*Kain Kattan ialah kain yang
terbuat dari serat kayu. Atau kain yang dibuat dengan cara kasar, biasanya
disebut kain rami.
*bakh, bakh ialah kalimat yang
sering digunakan oleh orang Arab untuk menyatakan rasa kagum, atau rasa senang,
atau tidak menyenangi sesuatu. Pada hadist ini, kalimat bakh, bakh berarti
suatu isyarat terhadap pernyataan kurang senang, atau keadaan yang menyedihkan.
*Muhammad bin Sirin al Bashri
adalah maula (budak yang dibebaskan) Anas bin Malik r.a.
“Rasulullah
saw. tidak pernah kenyang makan roti, dan tiada pula dengan daging, kecuali
dalam keadaan dlaffaf.”
(Diriwayatkan
oleh Qutaibah, dari Ja’far bin Sulaiman ad Dluba’I, yang bersumber dari Malik
bin Dinar r.a.).
Malik bin
Dinar selanjutnya berkata: “Aku bertanya kepada seorang laki-laki dari
pedusunan: “Apa yang dimaksud dengan dlaffaf?”
Ia menjawab: “Makan bersama
orang banyak.”
“Sesungguhnya
kami, keluarga Muhammad saw. pernah selama sebulan tidak menyalakan api (tidak
menanak apapun) kecuali korma dan air.”
(Diriwayatkan
oleh Harun bin Ishaq, dari ‘Ubadah, dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya yang
bersumber dari ‘Aisyah r.a.).
“Rasulullah
saw. bersabda: “Sesungguhnya aku dijadikan takut oleh Allah dan tiada
seorangpun yang diberi rasa takut sebagaimana aku. Sungguh, aku telah ditimpa
cobaan di jalan Allah, dan tiada seorangpun yang mendapat cobaan sebagaimana
aku. Sungguh merupakan pengalaman
bagiku, yaitu selama tiga puluh hari tiga puluh malam, aku dan bilal tidak
mendapatkan makanan yang pantas dimakan orang yang mempunyai rongga perut.
Waktu itu hanya ada sedikit makanan yang disembunyikan pada ketiak bilal.”
(Diriwayatkan
oleh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman, dari Rauh bin Aslam Abu Hatim al Bashri, dari
Hammad bin Salamah, dari Tsabit, yang bersumber dari Anas r.a.).
NAMA-NAMA RASULULLAH SAW.
Rasulullah
saw. bersabda: “Sesungguhnya bagiku ada beberapa nama, Yaitu: Aku Muhammad, aku
Ahmad dan aku al Mahi, maksudnya: dengan jalan aku, Allah membasmi kekafiran.
Aku juga digelari al Hasyir, yang maksudnya: umat manusia dihimpun di
belakangku. Akupun digelari al ‘Aqib (penerus para Nabi)”
al Aqib adalah yang tiada
diiringi di belakangnya oleh hadirnya seorang Nabi.”
(Diriwayatkan
oleh Sa’id bin ‘Abdurrahman al Makhzumi dan lainnya, dari Sufyan, dari az
Zuhri, dari Muhammad bin Jabir bin Muth’im bin ‘Adi*, yang bersumber dari
bapaknya).
*Muth’im bin ‘Adi adalah
pembesar kota Mekkah.
“Aku bertemu
dengan Nabi saw. pada suatu jalan di Madinah. Ia bersabda: “Aku Muhammad, aku
Ahmad, aku Nabiyur-Rahmah(Nabin pembawa Rahmat) dan aku Nabiyut-Thaubah (Nabi
pengajar taubah). Aku al Muqaffi (yang datang mengikuti jejak para Nabi). Aku
al Hasyir dan Nabiyul Malahim (Nabi yang mengalami beberapa peperangan).”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Tharif al Kufi, dari Abu Bakar bin ‘Iyyasy*, dari ‘Ashim,
dari Abi Wa’il, yang bersumber dari Hudzaifah r.a.).
*Abbu Bakar bin ‘Iyyasy, nama
sebenarnya diperselisihkan. Ada yang mengatakan Muhammad, ada yang mengatakan
‘Abdullah, atau Salim, atau Syu’bah. Namun kesemuanya juga Tsiqat.
USIA RASULULLAH SAW.
“Nabi saw.
tinggal di Mekkah (setelah menjadi Rasul) tiga belas tahun. Di sana beliau
mendapat wahyu. Di Madinah sepuluh tahun. Beliau wafat dalam usia enam puluh
tiga tahun.”
(Diriwayatkan
oleh Ahmad bin Mani’, dari Rauh bin ‘Ubadah, dari Zakaria bin Ishaq, dari ‘Amr
bin Dinar, yang bersumber daari Ibnu ‘Abbas r.a.).
“Sesungguhnya
Rasulullah saw. wafat dalam usia enam puluh tiga tahun.”
(Diriwayatkan
oleh Husein bin Mahdi al Bashri, dari ‘Abdurrazaq, dari Ibnu Juraij, dari
Juraij, dari Zuhri, dari ‘Urwah, yang bersumber dari ‘Aisyah r.a.).
WAFAT RASULULLAH SAW.
“Terakhir
kali aku memandang Rasulullah saw. yaitu tatkala tirai kamarnya dibuka pada
hari Senin. Aku memandang wajahnya bagaikan kertas mushaf (dalam keelokan dan
kebersihannya). Orang-orang shalat di belakang Abu Bakar r.a. Hampir saja
terjadi kegoncangan diantara umat, kemudian ia (Abu Bakar r.a.) memerintahkan
umat agar tenang. Abu Bakar memimpin mereka, tirai kamar Nabi saw. dibuka, dan
Rasulullah saw. kedapatan telah wafat pada akhir hari itu.”
(Diriwayatkan
oleh Abu ‘Ammar al Husein bin Huraits, dan diriwayatkan pula oleh Qutaibah bin
Sa’id dan sebagainya, mereka menerima dari Sufyan bun ‘Uyainah, dari Zuhri,
yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.).
“Tatkala
Rasulullah saw. sakit, beliau (Rasulullah) sempat pingsan, kemudian sadar
kembali.
Beliau bersabda: “Apakah waktu
shalat telah tiba?”
Para sahabat menjawab: “Ya”.
Kemudian beliau bersabda:
“Perintahkan Bilal agar mengumandangkan adzan dan perintahkan agar Abu Bakar
shalat (menjadi imam) bagi umat (atau beliau berkata, perawi ragu) bersama
umat.”
Selanjutnya Salim berkata:
“Kemudian beliau pingsan kembali, kemudian sadar kembali, seraya bersabda:
“Apakah waktu shalat tiba telah tiba ?”
Para sahabat menjawab: “Ya”.
Kemudian beliau bersabda:
“Perintahkan agar Bilal mengumandangkan adzan dan perintahkan agar Abu Bakar
melaksanakan shalat bersama umat.”
‘Aisyah berkata (usul) kepada
Rasulullah saw. : “Sesungguhnya ayahku amat perasa. Bila ia berdiri di tempat
itu (tempat Rasulullah saw. mengimami), ia akan menangis, dan ia takkan mampu
berdiri. Bagaimana sekiranya Anda perintahkan saja orang lain!”
Salim bercerita lagi:
“Kemudian beliau pingsan lagi, kemudian sadar kembali, seraya bersabda:
“Perintahkan agar Bilal mengumandangkan adzan dan perintahkan agar Abu Bakar
melaksanakan shalat dengan umat (menjadi imam).Sesungguhnya kalian (wahai kaum
wanita) bagaikan wanita pada masa Nabi Yusuf**.”
Kemudian Salim melanjutkan
ceritanya: “Maka Bilal diperintahkan, ia pun mengumandangkan adzan dan Abu Bakar
diperintah, ia pun shalat bersama umat (menjadi imam).
Kemudian Rasulullah saw. agak
berkurang rasa sakitnya, maka beliau bersabda: “Carikan untukku orang yang
bersedia aku telekani!” Maka datanglah Burairah* dan seorang laki-laki lainnya,
kemudian Rasulullah saw. bertelekan pada keduanya.
Manakala Abu Bakar melihatnya,
ia pun mengundurkan diri (dari kedudukan menjadi imam), namun Rasulullah saw.
mengisyaratkan agar ia tetap di tempat, akhirnya Abu Bakarpun selesai
mengerjakan shalat (mengimami).*
Kemudian Rasulullah saw.
wafat, maka ‘Umar bin Khattab r.a. berkata: “Demi Allah, tiada seorangpun yang
kudengar menyebutkan Rasulullah saw. wafat, melainkan akan kupancung
(kepalanya) dengan pedangku ini!”
Salim menceritakan lagi: “Umat
pada waktu itu tidak mengetahui. (Hal itu dapat di mengerti) sebab sebelumnya
tidak ada pada seorang Nabi. Maka sewaktu ‘Umar berbuat demikian umat hanya
berdiam diri.
Kemudian mereka berkata:
“Wahai Salim! Berangkatlah engkau menemui sahabat Rasulullah saw. (Abu Bakar)
dan panggillah kemari!”
Kutemui Abu Bakar sewaktu ia
berada di dalam masjid. Kudekati dia sambil menangis karena kebingungan.
Manakala ia melihat daku,
iapun bertanya: “Apakah Rasulullah saw telah wafat?”.
Aku menjawab: sungguh umar
berkata: “tak seorangpun yang kudengar menyebut rasulullah saw. wafat,
melainkan ia akan aku pancung dengan pedangku ini!”
Abu Bakar berkata kepadaku:
“Sudah, berangkatlah!”
Maka berangkatlah aku
bersamanya. Setibanya, orang-orang telah masuk ke rumah Rasulullah saw., untuk
itu ia berkata: “Wahai umat Muhammad! Berilah aku jalan!”
Kemudian mereka memberi jalan
untuk Abu Bakar. Ia menghampiri jenazah Rasulullah saw. ia bersimpuh dan
menyentuhnya, seraya membaca al-Qur’an (Q.S 39 az Zumar: 30), yang artinya:
“Sesungguhnya engkau akan mati dan sesungguhnya mereka pun akan mati.”
Para sahabat bertanya: “Wahai
sahabat Rasulullah saw! (ditujukan kepada Abu Bakar) Apakah Rasulullah saw.
telah wafat ?”.
Ia (Abu Bakar) menjawab: “Ya”.
Tahukah mereka bahwa benar apa
yang terjadi.
Mereka berkata: “Wahai sahabat
Rasulullah, apakah dilakukan shalat jenazah juga bagi Rasulullah saw. ?”
Ia menjawab: “Ya”.
Mereka bertanya lagi:
“Bagaimanakah caranya?”.
Ia menjawab: “Serombongan
masuk, kemudian bertakbir, membaca shalawat dan berdo’a, kemudian keluar. Setelah
itu masuklah serombongan berikutnya, lalu bertakbir, membaca shalawat dan
berdo’a, kemudian keluar sampai semua orang kebagian.”
Mereka bertanya lagi: “Wahai
sahabat Rasulullah saw! Apakah Rasulullah saw juga dikebumikan?”.
Ia menjawab: “Ya”.
Mereka bertanya: “Di mana?”.
Ia menjawab: “Di tempat beliau
wafat, di mana Allah mencabut ruhnya pada tempat itu, karena Allah tidak
mencabut ruhnya melainkan padqa tempat yang baik.”
Yakinlah mereka bahwa apa yang
dikatakan Abu Bakar itu benar.
Kemudian ia memerintahkan
mereka agar yang memandikan beliau adalah sepupu beliau dari garis keturunan
ayah beliau. Orang-orang Muhajirin bermusyawarah (tentang khalifah sesudahnya)
maka berkatalah mereka: “Tenuilah teman-teman kita dari kelompok Anshar, kita
ikut sertakanmereka bersama kita pada perumusan perkara ini (Khalifah)!”
Golongan Anshar berkata: “Dari
golongan kami seorang wakil.”
‘Umar bin Khattab berkata:
“Siapakah gerangan yang dapat menandingi orang yang memiliki tiga keutamaan?
Ia adalah salah seorang dari dua
orang di kala keduanya (Abu Bakar dan Nabi saw.) berada di dalam gua. Di kala
itu Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu berduka cita sesungguhnya Allah
bersama kita.” (Q.S. at Taubah:40).
Siapakah gerangan orang yang
berdua itu?
Salim melanjutkan ceritanya:
Kemudian ia (‘Umar)
mengulurkan tangannya, maka mereka para sahabat berbai’at kepadanya (Abu Bakar)
dan seluruh umat pun ikut memberikan bai’at kepadanya dengan bai’at yang tulus
ikhlas.”
(Diriwayatkan
oleh Nashr bin ‘Ali al Jahdlami, dari ‘Abdullah bin Daud, dari Salamah bin
Nubaith, dari Nu’aim bin Abi hind, dari Nubaith bin Syarith, yang bersumber
dari Salim bin ‘Ubaid r.a.).
*Salim bin ‘Ubaid al Asyja’i
adalah sahabat Rasulullah saw. yang Tsiqat. Ia adalah salah seorang dari ahli
shufah (yang tinggal diemper masjid), Sebagaimana Abu Hurairah. Periwayatannya
dikeluarkan oleh ahli hadist yang empat dan imam Muslim.
** Maksudnya dalam menyatakan
perasaan yang tersembunyi.
*Burairah berasal dari Habsyi,
ia adalah budak yang telah dimerdekakan oleh ‘Aisyah r.a.
HARTA PUSAKA RASULULLAH SAW.
“Rasulullah
saw. tidak meninggalkan pusaka kecuali sebilah pedang, seekor keledai dan
sebidang kebun yang dijadikan sebagai sedekah.”
(Diriwayatkan
oleh Ahmad bin Mani’, dari Husein bin Muhammad, dari Israil, dari Abi Ishaq,
yang bersumber dari ‘Amr bin al Harits r.a.*).
*Ia adalah saudara Juraiyah
(isteri Rasulullah saw.).
MIMPI BERTEMU DENGAN RASULULLAH SAW.
“Barang
siapa bermimpi melihatku di dalam tidurnya maka sesungguhnya ia benar-benar
melihatku. Karena sesungguhnya syaitan tidak mampu menyerupaiku.”
(Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Basyar, dari ‘Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan, dari Abi
Ishaq, dari Abil Akhwash, yang bersumber dari ‘Abdullah bin Mas’ud.”)
“Sesungguhnya
Nabi saw. bersabda: “Barang siapa melihat aku pada waktu tidur (mimpi), maka
sesungguhnya ia benar-benar melihat aku. Sesungguhnya syaitan tidak dapat
menyerupaiku.”
Beliau bersabda lagi: “Dan
mimpi orang yang Mu’min itu merupakan satu bagian dari 46 bagian sifat
kenabian.”
(Diriwayatkan
oleh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman ad Darami, dari Mu’alla bin Asad, dari ‘Abdul
‘Aziz bin Mukhtar, dari Tsabit, yang bersumber dari Anas r.a.).
penutup
Dengan
segala kerendahan diri, puji serta syukur kita hanya teruntuk Tuhan yang satu,
Tuhan Yang Agung, Tiada Tuhan Selain-Nya, Allah swt. serta shalawat dan salam
semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan kita, suri tauladan kita, ya
Habiballah Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat dan
pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.
Sungguh betapa indah dan betapa
beruntungnya umat Nabi saw. yang hidup di masa beliau hidup, umat yang ikut
setiap jejak langkah beliau berjihad fi sabilillah di bawah panji la ilaha
ilallah. Namun sebenarnya kita lebih baik karena kita umat Nabi saw. yang hidup
di masa beliau telah tiada berabad-abad lalu tetapi kita selalu mencintai dan
merindukan Rasulullah saw. dan seharusnyalah bila kita mengaku mencintai dan
merindukan beliau maka ikutilah sunnah- sunnah beliau tetapi tetap dahulukanlah
yang wajib. Sesungguhnya Nabi saw. tidak akan puas, tidak akan bahagia, tidak
akan senang jikalau seorang dari umat beliau masih berada dalam neraka.
Wahai Rasulullah saw. betapa
indahnya dirimu, engkau suri tauladan yang baik.
Wahai Rasulullah engkau adalah
sebaik-baik ciptaan yang diciptakan oleh Allah swt.
Wahai Rasulullah saw. betapa
dinantikannya dirimu, hingga para Nabi sebelummu pun ingin menjadi umatmu.
Wahai Rasulullah saw. betapa
dicintainya engkau, hinga saat engkau wafat tiada yang percaya bahkan sahabat
‘Umar berkata: “Tak seorangpun yang kudengar menyebut Rasulullah saw. wafat,
melainkan ia akan kupancung dengan pedangku ini!”
Wahai Rasulullah saw. sungguh
diri ini, ruh ini dan seluruh umatmu umat muslim mencintai dan merindukanmu,
maka berilah syafa’at kepada kami dihari akhirat nanti agar kami dapat
berkumpul dengan engkau di surga Allah swt.
Sungguh tiada kesenangan yang
melebihi kesenangandisaat terlantunkan kalimat-kalimat Al-Qur’an.
Sungguh tiada kebahagiaan yang
melebihi kebahagiaan disaat teringat akan kabar gembira yang dijanjikan Allah
swt dalam setiap ayat Qur’an.
Sungguh tiada kesedihan
melebihi kesedihan disaat terbaca kalimallah yang mengabarkan tentang kepedihan
yang akan kau berikan kepada orang-orang yang lalai.
Sungguh tiada ketakutan yangt
melebihi ketakutan akan azabmu yang pedih.
Dan sungguh tiada ketenangan
dan kedamaian yang tercipta layaknya saat terlantunkan lisan dan hati ini
mengucap LA ILAHA ILALLAH MUHAMMADUR RASULULLAH.
Ya Allah semoga buku ini dapat
menyegarkan hati umat islam dan mengabarkan betapa mulianya manusia yang Kau
ciptakan sebagai khataman nabiyyin. Semoga kami yang mempelajari buku ini Kau
masukkan ke dalam golongan orang-orang yang Kau ampuni dosanya dan orang-orang
yang mendapatkan syafa’at dari Baginda Nabi Muhammad saw.
0 komentar:
Posting Komentar