BAB II
1)
PENGERTIAN
ORGANISASI
Organisasi didefinisikan secara bervariasi oleh para ahli yang dilihat dari
berbagai sudut pandang diantaranya :
Ø Menurut
Gibson, Ivancevich, dan Donelly
Organisasi sebagai
wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak
dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. Definisi ini lebih
menekankan pada upaya peningkatan pencapaian tujuan bersama secara lebih
efektif dan efisien melalui koordinasi antar unit organisasi.
Ø Menurut
Stepen P. Robbins
Organisasi merupakan
kesatuan (Entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah
batasan yang relatif dapat diidentifikasi untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Definisi ini menekankan bahwa organisasi adalah suatu sistem sosial yang perlu
dikoordinasikan/perlunya manajemen, batasan organisasi akan berubah sebagaimana
tuntutan lingkungannya sehingga dikatakan “relatif”.
Ø Menurut
Oteng Sutisna
Organisasi merupakan
mekanisme yang mempersatukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Defnisi ini menekankan pada mekanisme kerja dalam organisasi untuk mencapai
tujuan.
Dari berbagai definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa Organisasi adalah suatu sistem interaksi antar
orang yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi, dimana sistem tersebut
memberikan arahan perilaku bagi antar anggota organisasi dengan lingkungannya
agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.
2)
ASPEK-ASPEK
ORGANISASI
Aspek-aspek
dalam organisasi adalah komponen-komponen yang harus ada dalam suatu
organisasi. Keberadaan komponen ini sebagai pilar dari suatu organisasi. Artinya jika salah satu komponen organisasi
tidak berfungsi, maka organisasi akan
berjalan pincang atau sama sekali tidak berjalan. Dalam pandangan sistem
organisasi mengalami entrophy, yaitu kondisi dimana organisasi dikategorikan
hancur (dalam tanaman digambarkan sebagai kondisi layu).
O’Connor, T. Mengungkapkan
bahwa organisasi setidaknya harus memiliki empat komponen utama, yaitu: mission
(misi), goals (tujuan-tujuan), objectives (sasaran-sasaran), dan behavior
(perilaku). Keempat komponen ini dapat digambarkan sebagai berikut.
MISSION
GOALS
OBJECTIVES
BEHAVIOR
Ø Mission adalah alasan utama keberadaan suatu
organisasi.
Ø Goals
adalah tujuan-tujuan umum/divisi fungsional organisasi yang dihubungkan dengan
stakeholder organisasi.
Ø Objectives
adalah hasil/sasaran yang spesifik, terukur dan terkait dengan tujuan.
Ø Behavior
mengacu pada produktivitas dari tugas-tugas rutin pegawai, pertanggungjawaban
perilaku dalam pencapaian tujuan merupakan fungsi personalia.
Jika suatu organisasi tidak memiliki
misi dan objek yang akan dilaksanakan maka setiap anggota akan kebingungan
dalam mencapai tujuan organisasinya, hal ini menunjukan bahwa empat komponen
organisasi tersebut saling berkaitan satu sama lain sehingga tidak akan
berfungsi suatu organisasi jika salah satu komponennya hilang.
3)
JENIS-JENIS
ORGANISASI
Pekemabangan
kajian organisasi diawali dari kajian organisasi sebagai organisasi formal,
yaitu organisasi yamg didesain untuk mencapai tujuan bersama. Perkembangan ini
terus berlangsung dan berbagai studi keorganisasian terus dilakukan.
Perkembangan inilah pada akhirnya memunculkan organisasi informal sebagai
implikasi dari adanya organisasi formal.
A. Organisasi formal
Organisasi
formal adalah organisasi yang dicirikan oleh struktur organisasi. Keberadaan
struktur organisasi menjadi pembeda utama anatra organisasi formal dan
informal. Struktur dalam organisasi formal dimaksudkan untuk menyediakan
penugasan kewajiban dan tanggung jawab kepada personil dan untuk membangun
hubungan tertentu diantara orang-orang pada berbagai kedudukan. (Oteng Sutisna, 1993:207). Sekolah dasar merupakan
contoh sebuah organisasi formal.
Struktur
dalam organisaasi formal memperlihatkan unsur-unsur administratif berikut :
1)
Kedudukan struktur menggambarkan
letak/posisi setiap orang dalam
organsasi tanpa kecuali. Kedudukan seorang dalam struktur oragnisasi
mencerminkan sejumalah kewajiban sebagai bagian dari upaya pencapaian tujuan
dan hak-hak yang dimiliki secara formal dalam posisi yang didudukinya. Sebagai
contoh, kepala sekolah adalah salah satu contoh kedudukan dalam struktur
organisasi sekolah. Kedudukan sebagai kepala
sekolah ini mencerminkan adanya sejumlah kewajiban yang harus dilakukan
pemangku jabatan sebagai pimpinan dan manajer sekolah, juga mempelihatkan
adanya hak-hak yang diterima secar formal manakala seseorang menjabat sebagai
kepala sekolah.
2)
Hierarki/kekuasaan. Struktur digambarkan
sebagai suatu rangkaian hubungan antara satu orang dengan orang lainnya dalam
suatu organisasi. Rangkaian hubungan ini mencerminkan suatu hirarki kekuasaan
yang inheren dalam setiap kedudukan. Tanggung jawab merupakan suatu istilah
yang melekat dalam setiap kedudukan dan hirarki kekuasaan di dalam organisasi.
Adanya hirarki kekuasaan menunjukan bahwa pecapaian organisasi dibagi kepada
berbagai komponen organisasi diimplementasikan secara sinergi melalui hirarki
kekuasaan masing-masing yang dikoordinasikan dan dipimpin oleh manajer puncak.
Dalam organisasi persekolahan, hirarki kekuasaan tertinggi adalah kepala
sekolah.
3)
Kedudukan garis dan staf. Organisasi
garis menegaskan struktur pengambilan keputusan, jalan permohonan dan saluran
komunikasi resmi untuk melaporkan informasi dan mengeluarkan instruksi,
perintah, dan petunjuk pelakasanaan. Kedudukan garis ialah kedudukan yang
diserahi kekuasaan administrative umum dalam arus langsung dari tempat paling
atas ke tempat paling bawah. Kedudukan staf mewakili keahlian-keahlian khusus
yang diperlukan bagi berfungsinya kedudukan garis tertentu dengan pasti.
(Sutisna, 1993:208).
Contoh
Struktur Organisasi Pedidikan (SMP/SMA)
B.
Organisasi
Informal
Interaksi antara orang dalam organisasi
formal pasti akan menghasilkan sebuah perkembangan hubungan yang tidak saja
hubungan struktural, terlebih pada organisasi persekolahan, dimana kekeluargaan
menjadi salah satu landasan perilakunya. Perkembangan hubungan dari interaksi
orang dalam organisasi ini akan mengikat secara kuat sentiment dan komitmen
setiap orang, sehingga muncul empati da simpati satu sama lain. Hubungan inilah
yang terus tumbuh selama organisasi formal itu ada yang dinamakan organisasi
informal. Hubungan interaksi ini tidak berstruktur sebagaimana struktur
organisasi formal.
Walaupun sulit mengidentifikasi
keberadaannya secara kasat mata, namun keberadaan organisasi informal ini dapat
dilihat dari tiga karakteristik, yaitu norma perilaku, tekanan untuk
menyesuaikan diri, dan kepemimpinan informal (Sutisna, 1993 : 221). Norma perilaku adalah standar
perilaku yang diharapkan menjadi perilaku bersama yang ditetapkan oleh kelompok
(orang-orang dalam organisasi) dalam sebuah kesepakatan sosial, sehingga
sangsinya pun sangsi sosial. Norma perilaku dalam organisasi informal tidak
tertulis sebagaimana organisasi formal, tetapi menjadi kesepakatan bersama
diantara orang-orang di dalam organisasi.
Tekanan untuk menyesuaikan diri akan
muncul apabila seseorang akan bergabung dengan suatu kelompok informal.
Menggabungkan diri dengan suatu kelompok tidak sekedar bergabung secara fisik
dalam suatu kumpulan, tetapi melibatkan sosial-emosional individu-individu
dalam organisasi informal tersebut. Karena itu organisasi informal sering
muncul dalam bentuk kelompok-kelompok yang tidak terlalu besar , karena syarat
keberterimaan sebagai bagian dari organisasi informal ini tidak saja
keanggotaan dalam organisasi formalnya, tetapi lebih spesifik pada kesamaan
antar individu (kesamaan daerah agama, nilai yang dianut, hobi dan sebagainya).
Kepemimpinan informal dalam organisasi
informal menjadi salah satu komponen yang kuat mempengaruhi anggota di dalam
organisasi, bahkan memungkinkan melebihi pengaruh pemimpin organisasi formal.
Pemimpin informal muncul dari kelompok dan membimbing serta mengarahkan melalui
persuasi dan pengaruh. Kepemimpian dalam organisasi informal sangat kuat
pengaruhnya, karena inilah kepemimpinan yang sesungguhnya, dimana seseorang
dipatuhi bukan karena memiliki jabatan, tetapi ada kelebihan yang secara
alamiah dan mampu mempengaruhi orang lain tanpa paksaan.
4)
DIMENSI
ORGANISASI
Dalam
kacamata para ahli organisasi, dimensi struktur organisasi memiliki keragaman
pandangan, bahkan dikatakan tidak ada kesepakatan umum diantara para teoritikus
mengenai apa yang diartikan sebagai struktur organisasi. (Robbins, 1994:91).
Lebih jauh Robbins menyimpulkan bahwa para teoritikus pada umumnya setuju
dengan dimensi struktur organisasi tetapi tidak setuju dengan definisi-definisi operasionalnya.
Dalam
konteks itu Robbins mengemukakan tiga komponen yang menjadi dimensi struktur
organisasi, yaitu kompleksitas, formalisasi, dan sentralisasi.
a.
Kompleksitas
Kompleksitas adalah
tingkat diferensiasi (perbedaan) yang ada
di dalam sebuah organisasi (Robbins, 1994:91). Diferensiasi dapat dilihat
secara horizontal, vertikal, dan spasial.
Ø Diferensiasi horizontal
adalah perbedaan antara unit-unit berdasarkan orientasi para anggotanya, sifat
dari tugas yang mereka laksanakan, tingkat pendidikan dan pelatihan pegawai.
Dengan kata lain, semakin banyak pekerjaan yaang harus dilakukan pegawai dalam
organisasi, maka semakin beragam pula organisasi tersebut. Kondisi nyata dari
diferensiasi horizontal adalah spesialisasi dan departementalisasi.
Spesialisasi
merupakan pengelompokan aktivitas tertentu yang dilakukan satu individu.
Spesialisasi terdiri dari spesialisasi fungsional dan sosial. Spesialisasi
fungsional dicirikan oleh pekerjaan yang dipecah-pecah menjadi tugas yang
sederhana dan berulang-ulang. Spesialisasi sosial dicirikan oleh individu yang
dispesialisasi, bukan pekerjaannya, dan pekerjaannya tidak bersifat rutin.
Sedangkan Departementalisasi adalah cara organisasi secara khas
mengkoordinasikan aktivitas yang telah dibedakan secara horizontal.
Ø Diferensiasi vertikal adalah
pembedaan yang didasarkan pada kedalaman struktur. Semakin banyak tingkatan
yang terdapat diantara Top Management dan
tingkat Hierarki yang paling rendah, makin besar pula potensi terjadinya distorsi/gangguan dalam komunikasi dan
semakin sulit mengkoordinasi pengambilan keputusan dari pegawai manajerial,
sertamakin sukar bagi top management untuk mengawasi kegiatan bawahannya.
Ø Diferensiasi spasial adalah
pembedaan yang didasarkan pada kondisi geografis, yakni sejauh mana lokasi
(kantor) tempat produksi (barang/jasa), personalia, dan kantor pusat tersebar
secara geografis. Sekolah-sekolah dari satu yayasan yang tersebar di berbagai
kabupaten/kota merupakan salah satu organisasi yang dikategorikan diferensiasi
spasial. Pembedaan ini akan memunculkan kompleksitas dalam struktur organisasi.
b.
Formalisasi
Formalisasi
adalah tingkat sejauhmana pekerjaan di dalam organisasi distandarkan. Konsekwensinya
adalah pemegang pekerjaan hanya mempunyai sedikit kebebasan mengenai apa yang
harus dikerjakan, bilamana mengerjakannya, dan bagaimana ia harus melakukannya.
Formalisasi sebaiknya tertulis untuk dapat memberikan kekuatan pada pengarahan
perilaku pegawai. Dalam konteks itu formalisasi diartikan sebagai sebuah
tingkat dimana peraturan, prosedur, instruksi dan komunikasi ditulis.
Formalisasi
penting karena standarisasi perilaku akan mengurangi keanekaragaman.
Standarisasi juga mendorong koordinasi dan penghematan. Organisasi yang
melakukan standarisasi akan memiliki berbagai manual organisasi, seperti manual
akuntansi, manual personalia, manual diklat dan sebagainya. (contoh Restaurant
yang menjamur disetiap kota besar).
Teknik-teknik
yang dapat digunakan untuk melakukan standarisasi perilaku pegawai adalah
seleksi (yang efektif) ; persyaratan peran (analisis yang tepat) ; peraturan,
prosedur, dan kebijaksanaan ; pelatihan ; dan ritual (bagian dari budaya
organisasi).
c.
Sentralisasi
Sentralisasi
adalah tingkat dimana pengambilan keputusan dikonsentrasikan pada suatu titik
tunggal dalam organisasi. Konsentrasi keputusan yang tinggi adalah sentralisasi
yang tinggi, sedangkan konsentrasi keputusan yang rendah adalah sentralisasi
yang rendah atau disebut desentralisasi.
Desentralisasi
mengurangi kemungkinan terjadinya beban informasi yang berlebihan, memberikan
tanggapan yang cepat terhadap informasi yang baru, memberikan masukan yang
lebih banyak bagi sebuah keputusan, mendorong terjadinya motivasi, dan
merupakan sebuah alat yang potensial untuk melatih para manager dalam
mengembangkan pertimbangan yang baik. Sebaliknya sentralisasi menambah suatu
persfektif yang menyeluruh terhadap keputusan-keputusan dan dapat memberikan
efesiensi yang berarti. (Robbins, 1994 : 127).
5)
DESAIN
ORGANISASI
Desain
organisasi didasarkan pada elemen-elemen umum dalam organisasi. Mintzberg
(Robbins 1994 : 304) menyebutkan lima elemen umum dalam suatu organisasi yaitu
:
1.
The
operating core. Para pegawai yang melaksanakan
pekerjaan dasar yang berhubungan dengan produksi dari produk dan jasa. Dalam
organisasi sekolah pegawai ini adalah guru (pengajar), guru dikatakan sebagai
ujung tombak pendidikan yang berinteraksi langsung dengan layanan jasa
pembelajaran kepada peserta didik.
2.
The
strategic apec. Manager tingkat puncak yang diberi
tanggung jawab keseluruhan untuk organisasi. Pada organisasi sekolah, orang ini
adalah kepala sekolah.
3.
The
middle line. Para manager yang menjadi penghubung
operating core dengan strategic apex. Dalam konteks perguruan tinggi
orang-orang ini adalah para dekan yang bertugas memfasilitasi strategic
apex untuk terimplementasi pada level
jurusan. Di organisasi sekolah, posisi ini dapat diidentifikasi sebagai wakil
kepala sekolah yang bertugas menjembatani kebijakan strategis sekolah supaya
dapat terimplementasi pada level guru-guru dan staf.
4.
The
techno structure. Para analis yang mempunyai tanggung
jawab untuk melaksanakan bentuk standarisasi tertentu dalam organisasi.
Dalam
konteks organisasi pendidikan di Indonesia, masing jarang sekolah yang memiliki
tenaga ini. Namun demikian tidak menutup
kemungkinan pada sekolah-sekolah tertentu ada yang memiliki elemen organisasi
ini. Pada perguruan tinggi BHMN seperti UPI, elemen organisasi yang bertanggung jawab untuk melakukan
standarisasi adalah satuan penjamin mutu.
5.
The
support staff. Orang-orang yang mengisi unit staf,
yang memberi jasa pendukung tidak langsung kepada organisasi. Di persekolahan
staf ini dikenal dengan tenaga administratif sekolah (TAS).
Berdasarkan
lima elemen yang dikemukakan Mintzberg inilah, Robbins menganalisis desain
organisasi yang berbeda. Perbedaan desain organisasi dikarenakan organisasi
memiliki sistem dam aturan yang berbeda dalam kelima elemen tersebut. Lima
konfigurasi umum yang dimaksud adalah struktur sederhana, birokrasi mesin,
birokrasi profesional, struktur divisional, dan adhocracy.
Struktur sederhana
disarankan untuk organisasi yang kecil dengan karakteristik organisasi yang
masih dalam tahap awal dibentuk, lingkungan organisasi sederhana dan dinamis,
menghadapi krisis, atau jika yang mempunyai kekuasaan dalam organisasi ingin
agar kekuasaan tersebut disentralisasi.
Birokrasi mesin didesain
untuk organisasi yang secara efektif dapat menangani ukuran yang besar,
lingkungan yang sederhana dan stabil, dan sebuah tekhnologi yang terdiri atas
pekerjaan yang rutin dan distandarisasi.
Birokrasi profesional yang
didesain untuk pekerjaan yang rutin, hanya saja para anggota birokrasi
profesional adalah para spesialis teknis yang menghadapi sebuah lingkungan yang
kompleks. Intinya agar operasional keseharian yang kompleks dapat berjalan
secara efektif.
Struktur divisional banyak
persamaan dengan birokrasi mesin. Struktur ini didesain untuk menanggapi
strategi yang menekankan kepada
keanekaragaman pasar atau produk, dimana organisasi tersebut besar,
tekhnologinya dapat dibagi-bagi, dan lingkungannya cenderung untuk menjadi
sederhana dan stabil.
Adhocracy meminta
agar manajemen puncak melepaskan kebanyakan pengawasan. Konfigurasi ini cocok
untuk organisasi yang memiliki stategi variatif, beresiko tinggi, teknologi
tidak rutin, atau lingkungannya mungkin dinamis atau kompleks.
Tabel Perbedaan kelima konfigurasi di atas berikut
ini :
No
|
Karakteristik
|
Struktur
Sederhana
|
Birokrasi
Mesin
|
Birokrasi
Profesional
|
Struktur
Divisional
|
Adhocracy
|
1.
|
Spesialisasi
|
Rendah
|
Fungsional tinggi
|
Sosial tinggi
|
Fungsional tinggi
|
Sosial
tinggi
|
2.
|
Formalisasi
|
Rendah
|
Tinggi
|
Rendah
|
Tinggi
diantara divisi-divisi
|
Rendah
|
3.
|
Sentralisasi
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Rendah terbatas
|
Rendah
|
4.
|
Lingkungan
|
Sederhana
& Dinamis
|
Sederhana
& Stabil
|
Kompleks & Stabil
|
Sederhana
& Stabil
|
Kompleksitas
& Dinamis
|
5.
|
Klasifikasi Struktural
|
Organik
|
Mekanistik
|
Mekanistik
|
Mekanistik
|
Organik
|
6)
SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL
1.
Element
Kunci Sekolah Sebagai Organisasi Sosial
Setiap organisasi akan memiliki aktivitas untuk
mencapai tujuannya. Pencapaian tujuan organisasi akan meminta sejumlah
aktivitas individu atau kolektif dari anggota organisasi yang harus
dikoordinasikan agar terarah pada pencapaian tujuan. Disinilah interaksi social
akan berlangsung, interaksi ini tidak saja dipengaruhi oleh struktur organisasi
dan individu-individu yang mengisi struktur, tetapi juga dipengaruhi oleh
budaya, politik, teknik produksi, dan lingkungan organisasi (khususnya
lingkungan strategis).
2.
Sekolah
Sebagai Organisasi Pembelajaran (Learning Organization)
Learning Organization diperkenalkan oleh oleh Peter
Senge sekitar tahun 1990 yang kemudian berkembang pesat dan menghasilkan
berbagai aplikasi dalam berbagai bidang keilmuan, salah satunya dalam bidang
manajemen.
Leithwood dan Louis (1998) (Hoy dan Miskel, 2001 :
32)mengemukakan “Learning Organization is
one in which the participant pursue with a collective commitment to routinely
assessing the value of those purposes, modifying them when appropriate, and
continually developing more effective and efficient ways to achieve those
purposes”. ( LO adalah satu cara dimana seseorang dengan komitmen bersama
menilai secara rutin tujuan-tujuan mereka, memodifikasi tujuan-tujuan tersebut
manakala sesuai dan secara terus menerus mengembangkan dengan cara yang lebih
efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan tersebut ).
Kemampuan suatu organisasi bertahan hidup ditentukan
oleh sumber daya manusia organisasinya, karena organisasi dibuat, digerakan dan
diorientasikan untuk mencapai tujuan manusia, manusia adalah unsur yang paling
pokok dalam suatu organisasi, dan oleh manusia-manusia unggul lah suatu
organisasi akan tetap pada kondisi bertahan dan berkembang.
Pandangan organisasi sebagai sistem sosial menunjukan
bahwa organisasi merupakan sistem yang terbuka dan berinteraksi dengan
lingkungannya secara dinamis. Interaksi ini berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman dan IPTEK. Kondisi tersebutlah yang mengharuskan SDM
organisasi tidak saja memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugasnya, tetapi
juga harus terus melakukan pengembangan dan adaptasi terhadap perkembangan
zaman, dengan kata lain harus terus belajar agar mampu bertahan dan berkembang
( Survival and Growth ).
Pada dunia
pendidikan yang harus dicermati dari keberadaan sekolah pada interaksinya
dengan lingkungan sekolah yang dinamis adalah menjadikan sekolah sebagai tempat
belajar untuk semua orang, tidak saja peserta didik yang harus belajar, tetapi
semua staf dan dan pihak yang terkait dengan pengelolaan sekolah yang harus
turut serta. Supaya dalam menghadapi permasalahan dapat terkendali secara
bersama dan kemudian mencoba berbagai cara untuk menghasilkan lulusan yang
lebih unggul atau hasil lebih baik.
Cara yang harus
dilakukan oleh kepala dan staf sekolah untuk menjadikan sekolah sebagai tempat
LO adalah :
a)
Menemukan
berbagai cara untuk membuat struktur organisasi sekolah yang secara terus
menerus mendukung layanan pembelajaran dan memperluas kemampuan adaptasi
organisasi
b)
Mengembangkan
iklim dan budaya organisasi yang memiliki karakteristik terbuka, kerjasama, dan
mampu mengatur diri sendiri
c)
Mengidentifikasi
individu yang progresif, sukses, dan terbuka untuk perubahan
d)
Mencegah
kekerasan, penyelewengan dan politik yang tidak benar dalam layanan
pembelajaran
e)
Memimpin
dengan model kepemimpinan transformasional
f)
Berkomunikasi
secara terbuka dan berkelanjutan
g)
Membuat
keputusan partisipatif
h)
Mengembangkan
kapasitas sekolah untuk merespon berbagai masalah secara efektif dan menyeluruh
bukan secara sporadis.
KESIMPULAN
Organisasi adalah suatu sistem interaksi antar orang yang
ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi, dimana sistem tersebut memberikan
arahan perilaku bagi anggota organisasi. Pandangan organisasi saat ini tidak
lagi sebagai mesin birokrasi tetapi sebagai sistem sosial.
Pandangan organisasi sebagai sistem sosial adalah pandangan
formal, namun keberadaan organisasi formal tidak dapat menghindari keberadaan
organisasi informal. Keberadaan keduanya merupakan suatu sinergi upaya
pencapaian tujuan organisasi. Dalam konteks itu, organisasi formal dicirikan
oleh tiga dimensi utama, yaitu kompleksitas, formalisasi, dan sentralisasi.
Keberagaman dalam dimensi struktur organisasi ini kemudian membawa implikasi
pada keragaman desain organisasi.
Sekolah sebagai suatu organisasi juga dipandang sebagai sistem
sosial yang terbuka terhadap lingkungan organisasi. Upaya untuk merespon dan
memenuhi berbagai tuntutan dan perkembangan lingkungan, termasuk pelanggan
sekolah adalah dengan menjadikan sekolah
sebagai Learning Organization yang diwujudkan melalui dukungan organisasi yang
kuat terhadap pengembangan dan perbaikan secara signifikan.
0 komentar:
Posting Komentar