A.
Organisasi
Informal
Interaksi antara orang dalam organisasi
formal pasti akan menghasilkan sebuah perkembangan hubungan yang tidak saja
hubungan struktural, terlebih pada organisasi persekolahan, dimana kekeluargaan
menjadi salah satu landasan perilakunya. Perkembangan hubungan dari interaksi
orang dalam organisasi ini akan mengikat secara kuat sentiment dan komitmen
setiap orang, sehingga muncul empati da simpati satu sama lain. Hubungan inilah
yang terus tumbuh selama organisasi formal itu ada yang dinamakan organisasi
informal. Hubungan interaksi ini tidak berstruktur sebagaimana struktur
organisasi formal.
Walaupun sulit mengidentifikasi
keberadaannya secara kasat mata, namun keberadaan organisasi informal ini dapat
dilihat dari tiga karakteristik, yaitu norma perilaku, tekanan untuk
menyesuaikan diri, dan kepemimpinan informal (Sutisna, 1993 : 221). Norma perilaku adalah standar
perilaku yang diharapkan menjadi perilaku bersama yang ditetapkan oleh kelompok
(orang-orang dalam organisasi) dalam sebuah kesepakatan sosial, sehingga
sangsinya pun sangsi sosial. Norma perilaku dalam organisasi informal tidak
tertulis sebagaimana organisasi formal, tetapi menjadi kesepakatan bersama
diantara orang-orang di dalam organisasi.
Tekanan untuk menyesuaikan diri akan
muncul apabila seseorang akan bergabung dengan suatu kelompok informal.
Menggabungkan diri dengan suatu kelompok tidak sekedar bergabung secara fisik
dalam suatu kumpulan, tetapi melibatkan sosial-emosional individu-individu
dalam organisasi informal tersebut. Karena itu organisasi informal sering
muncul dalam bentuk kelompok-kelompok yang tidak terlalu besar , karena syarat
keberterimaan sebagai bagian dari organisasi informal ini tidak saja
keanggotaan dalam organisasi formalnya, tetapi lebih spesifik pada kesamaan antar
individu (kesamaan daerah agama, nilai yang dianut, hobi dan sebagainya).
Kepemimpinan informal dalam organisasi
informal menjadi salah satu komponen yang kuat mempengaruhi anggota di dalam
organisasi, bahkan memungkinkan melebihi pengaruh pemimpin organisasi formal.
Pemimpin informal muncul dari kelompok dan membimbing serta mengarahkan melalui
persuasi dan pengaruh. Kepemimpian dalam organisasi informal sangat kuat
pengaruhnya, karena inilah kepemimpinan yang sesungguhnya, dimana seseorang
dipatuhi bukan karena memiliki jabatan, tetapi ada kelebihan yang secara
alamiah dan mampu mempengaruhi orang lain tanpa paksaan.
1)
DIMENSI
ORGANISASI
Dalam
kacamata para ahli organisasi, dimensi struktur organisasi memiliki keragaman
pandangan, bahkan dikatakan tidak ada kesepakatan umum diantara para teoritikus
mengenai apa yang diartikan sebagai struktur organisasi. (Robbins, 1994:91).
Lebih jauh Robbins menyimpulkan bahwa para teoritikus pada umumnya setuju
dengan dimensi struktur organisasi tetapi tidak setuju dengan definisi-definisi operasionalnya.
Dalam
konteks itu Robbins mengemukakan tiga komponen yang menjadi dimensi struktur
organisasi, yaitu kompleksitas, formalisasi, dan sentralisasi.
a.
Kompleksitas
Kompleksitas adalah
tingkat diferensiasi (perbedaan) yang
ada di dalam sebuah organisasi (Robbins, 1994:91). Diferensiasi dapat
dilihat secara horizontal, vertikal, dan spasial.
Ø Diferensiasi horizontal
adalah perbedaan antara unit-unit berdasarkan orientasi para anggotanya, sifat
dari tugas yang mereka laksanakan, tingkat pendidikan dan pelatihan pegawai.
Dengan kata lain, semakin banyak pekerjaan yaang harus dilakukan pegawai dalam
organisasi, maka semakin beragam pula organisasi tersebut. Kondisi nyata dari
diferensiasi horizontal adalah spesialisasi dan departementalisasi.
Spesialisasi
merupakan pengelompokan aktivitas tertentu yang dilakukan satu individu.
Spesialisasi terdiri dari spesialisasi fungsional dan sosial. Spesialisasi
fungsional dicirikan oleh pekerjaan yang dipecah-pecah menjadi tugas yang
sederhana dan berulang-ulang. Spesialisasi sosial dicirikan oleh individu yang
dispesialisasi, bukan pekerjaannya, dan pekerjaannya tidak bersifat rutin.
Sedangkan Departementalisasi adalah cara organisasi secara khas
mengkoordinasikan aktivitas yang telah dibedakan secara horizontal.
Ø Diferensiasi vertikal adalah
pembedaan yang didasarkan pada kedalaman struktur. Semakin banyak tingkatan
yang terdapat diantara Top Management dan
tingkat Hierarki yang paling rendah, makin besar pula potensi terjadinya distorsi/gangguan dalam komunikasi dan
semakin sulit mengkoordinasi pengambilan keputusan dari pegawai manajerial,
sertamakin sukar bagi top management untuk mengawasi kegiatan bawahannya.
Ø Diferensiasi spasial adalah
pembedaan yang didasarkan pada kondisi geografis, yakni sejauh mana lokasi
(kantor) tempat produksi (barang/jasa), personalia, dan kantor pusat tersebar secara
geografis. Sekolah-sekolah dari satu yayasan yang tersebar di berbagai
kabupaten/kota merupakan salah satu organisasi yang dikategorikan diferensiasi
spasial. Pembedaan ini akan memunculkan kompleksitas dalam struktur organisasi.
b.
Formalisasi
Formalisasi
adalah tingkat sejauhmana pekerjaan di dalam organisasi distandarkan.
Konsekwensinya adalah pemegang pekerjaan hanya mempunyai sedikit kebebasan
mengenai apa yang harus dikerjakan, bilamana mengerjakannya, dan bagaimana ia
harus melakukannya. Formalisasi sebaiknya tertulis untuk dapat memberikan
kekuatan pada pengarahan perilaku pegawai. Dalam konteks itu formalisasi
diartikan sebagai sebuah tingkat dimana peraturan, prosedur, instruksi dan
komunikasi ditulis.
Formalisasi
penting karena standarisasi perilaku akan mengurangi keanekaragaman.
Standarisasi juga mendorong koordinasi dan penghematan. Organisasi yang
melakukan standarisasi akan memiliki berbagai manual organisasi, seperti manual
akuntansi, manual personalia, manual diklat dan sebagainya. (contoh Restaurant
yang menjamur disetiap kota besar).
Teknik-teknik
yang dapat digunakan untuk melakukan standarisasi perilaku pegawai adalah
seleksi (yang efektif) ; persyaratan peran (analisis yang tepat) ; peraturan,
prosedur, dan kebijaksanaan ; pelatihan ; dan ritual (bagian dari budaya
organisasi).
c.
Sentralisasi
Sentralisasi
adalah tingkat dimana pengambilan keputusan dikonsentrasikan pada suatu titik
tunggal dalam organisasi. Konsentrasi keputusan yang tinggi adalah sentralisasi
yang tinggi, sedangkan konsentrasi keputusan yang rendah adalah sentralisasi
yang rendah atau disebut desentralisasi.
Desentralisasi
mengurangi kemungkinan terjadinya beban informasi yang berlebihan, memberikan
tanggapan yang cepat terhadap informasi yang baru, memberikan masukan yang
lebih banyak bagi sebuah keputusan, mendorong terjadinya motivasi, dan
merupakan sebuah alat yang potensial untuk melatih para manager dalam
mengembangkan pertimbangan yang baik. Sebaliknya sentralisasi menambah suatu
persfektif yang menyeluruh terhadap keputusan-keputusan dan dapat memberikan
efesiensi yang berarti. (Robbins, 1994 : 127).
2)
DESAIN
ORGANISASI
Desain
organisasi didasarkan pada elemen-elemen umum dalam organisasi. Mintzberg
(Robbins 1994 : 304) menyebutkan lima elemen umum dalam suatu organisasi yaitu
:
1.
The
operating core. Para pegawai yang melaksanakan
pekerjaan dasar yang berhubungan dengan produksi dari produk dan jasa. Dalam
organisasi sekolah pegawai ini adalah guru (pengajar), guru dikatakan sebagai
ujung tombak pendidikan yang berinteraksi langsung dengan layanan jasa
pembelajaran kepada peserta didik.
2.
The
strategic apec. Manager tingkat puncak yang diberi
tanggung jawab keseluruhan untuk organisasi. Pada organisasi sekolah, orang ini
adalah kepala sekolah.
3.
The
middle line. Para manager yang menjadi penghubung
operating core dengan strategic apex. Dalam konteks perguruan tinggi
orang-orang ini adalah para dekan yang bertugas memfasilitasi strategic
apex untuk terimplementasi pada level
jurusan. Di organisasi sekolah, posisi ini dapat diidentifikasi sebagai wakil
kepala sekolah yang bertugas menjembatani kebijakan strategis sekolah supaya
dapat terimplementasi pada level guru-guru dan staf.
4.
The
techno structure. Para analis yang mempunyai tanggung
jawab untuk melaksanakan bentuk standarisasi tertentu dalam organisasi.
Dalam
konteks organisasi pendidikan di Indonesia, masing jarang sekolah yang memiliki
tenaga ini. Namun demikian tidak menutup
kemungkinan pada sekolah-sekolah tertentu ada yang memiliki elemen organisasi
ini. Pada perguruan tinggi BHMN seperti UPI, elemen organisasi yang bertanggung jawab untuk melakukan
standarisasi adalah satuan penjamin mutu.
5.
The
support staff. Orang-orang yang mengisi unit staf,
yang memberi jasa pendukung tidak langsung kepada organisasi. Di persekolahan
staf ini dikenal dengan tenaga administratif sekolah (TAS).
Berdasarkan
lima elemen yang dikemukakan Mintzberg inilah, Robbins menganalisis desain
organisasi yang berbeda. Perbedaan desain organisasi dikarenakan organisasi
memiliki sistem dam aturan yang berbeda dalam kelima elemen tersebut. Lima
konfigurasi umum yang dimaksud adalah struktur sederhana, birokrasi mesin,
birokrasi profesional, struktur divisional, dan adhocracy.
Struktur sederhana
disarankan untuk organisasi yang kecil dengan karakteristik organisasi yang
masih dalam tahap awal dibentuk, lingkungan organisasi sederhana dan dinamis,
menghadapi krisis, atau jika yang mempunyai kekuasaan dalam organisasi ingin
agar kekuasaan tersebut disentralisasi.
Birokrasi mesin didesain
untuk organisasi yang secara efektif dapat menangani ukuran yang besar,
lingkungan yang sederhana dan stabil, dan sebuah tekhnologi yang terdiri atas
pekerjaan yang rutin dan distandarisasi.
Birokrasi profesional yang
didesain untuk pekerjaan yang rutin, hanya saja para anggota birokrasi
profesional adalah para spesialis teknis yang menghadapi sebuah lingkungan yang
kompleks. Intinya agar operasional keseharian yang kompleks dapat berjalan
secara efektif.
Struktur divisional banyak
persamaan dengan birokrasi mesin. Struktur ini didesain untuk menanggapi
strategi yang menekankan kepada
keanekaragaman pasar atau produk, dimana organisasi tersebut besar,
tekhnologinya dapat dibagi-bagi, dan lingkungannya cenderung untuk menjadi
sederhana dan stabil.
Adhocracy meminta
agar manajemen puncak melepaskan kebanyakan pengawasan. Konfigurasi ini cocok
untuk organisasi yang memiliki stategi variatif, beresiko tinggi, teknologi
tidak rutin, atau lingkungannya mungkin dinamis atau kompleks.
0 komentar:
Posting Komentar