2.2.5 Loyalitas
Pelanggan Pendidikan
Loyalitas pelanggan
adalah bahwa kesetiaan pelanggan diukur dengan frekuensi penggunaan kembali
sebuah jasa. Kepuasan tersebut dapat juga diamati ketika pelanggan jasa
menganjurkan atau bahkan mendesak orang lain untuk mengkonsumsi jasa tersebut.
Jadi kesetiaan pelanggan dapat dilihat melalui prilaku pelanggan.
Griffin mendefinisikan
loyalitas sebagai suatu prilaku, yang ditunjukkan dengan pembelian rutin.
Didasarkan pada unit pengambilan keputusan. Berdasarkan beberapa pengertian
tersebut, kepuasan pelanggan dalam konteks pendidikan dapat diamati pada
prilaku siswa yang melakukan kegiatan rutin. Loyalitas lebih mengacu pada
prilaku yang relatif stabil dalam jangka panjang dari unit-unit pengambil
keputusan untuk melakukan kegiatan secara terus menerus terhadap program
lembaga pendidikan yang dipilih. Keuntungan-keuntungan
yang diperoleh lembaga penddidikan jika memiliki siswa loyal adalah:
1.
Mengurangi biaya pemasaran.
2.
Mengurangi biaya transaksi,
transaksi kontrak, pemrosesan pemesanan, dan lain-lain.
3.
Mengurangi biaya tern
over konsumen.
4.
Meningkatkan penjualan
silang yang akan memperbesar pangsa pasar lembaga.
5.
World of mouth yang lebih positif dengan asumsi bahwa konsumen yang loyal juga
berarti merasa puas.
6.
Mengurangi biaya kegagalan.
Keuntungan memiliki sejumlah siswa yang loyal terhadap
lembaga pendidikan adalah memberikan citra bahwa jasa pendidikan yang ditawarakan
tersebut dapat diterima dan dikenal oleh masyarakat luas, memiliki reputasi
baik, dan sanggup untuk memberikan dukungan layanan dan peningkatan mutu
pendidikan.
2.3 Penerapan Pemasaran Pendidikan
Pemasaran pendidikan
mempunyai 7 elemen pokok yaitu:
Tabel 15.1
The Seven Ps of Marketing
P1 : Product
|
P2:Price
|
P3 : Place
|
P4:Promotion
|
P5 : People
|
P6:PhysicalEvidence
|
P7 :
Process
|
Quality
Features
Options
Style
Packaging
Saizes
Services
Warranties
Returns
Brand
|
List price
Discount
Allowances
Payment
Period
Credit terms
|
Channels
Coverage
Location
Inventory
Transport
|
Advertising
Personal
Selling
Sales
Promotion
|
Service provider
Customer being service
Other employees and
Customer
|
Arrangement of
Objects
Material used
Shapes/lines
Colour
Temperature
noise
|
Policies & producures
Factory/delvery
Traning & rewarding
system
|
Pertama, Product, merupakan hal
yang paling mendasar yang akan menjadi pertimbangan preferensi pilihan bagi
customer, merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada customer yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Produk itu sendiri
terbagi atas lima tingkatan yaitu:
1.
Core benefit merupakan manfaar dasar yang sebenarnya dibeli oleh customer,
dalam hal ini adalah pendidikan.
2.
Basic product atau versi dasar dari suatu produk dalam hal ini misalnya
pengetahuan dan keterampilan yang memiliki ciri khas.
3.
Expected product yaitu sejumlah atribut yang menyertai diantaranya adalah
kurikulum silabus, tenaga pendidik dan sebagainya.
4.
Augmented product merupakan produk tambahan dengan tujuan agar berbeda dengan produk
pesaing, misalnya output dari lembaga tersebut mampu berbahasa inggris baik
lisan maupun tulisan, computer, bahasa arab dan sebagainya.
5.
Potensial product yaitu seluruh tambahan dan perubahan yang mungkin di dapat produk
tersebut dimasa depan diantaranya adalah pengakuan lulusan lembaga tersebut
dari dunia kerja.
Kedua,
Price, merupakan elemen yang berjalan sejajar dengan mutu produk, dimana
apabila mutu produk baik, maka calon siswa berani membayar lebih tinggi apabila
dirasa dalam batas kejangkauan pelanggan pendidikan. Salah satu strategi yang
sekarang dikembangkan oleh beberapa perguruan tinggi adalah Skiming price yang
artinya adalah memasang harga yang setinggi-tingginya pada saat mulai
dipasarkan dengan jaminan bahwa produk yang ditawarkan memang berkwalitas
tinggi sehingga tidak mengecewakan konsumennya. Akan tetapi ketika hendak
menetapkan harga sebaiknya lembaga pendidikan memperhatikan sasaran yang hendak
dicapai yaitu:
a.
Sasaran yang berorientasi
pada keuntungan yang bertujuan untuk mencapai target pengembalian investasi,
untuk memperoleh laba maksimum.
b.
Sasaran yang berorientasi
pada penjualan yang berujuan untuk meningkatkan volume penjualan, memperahankan
atau meningkatkan market share.
c.
Sasaran yang berorientasi
status quo yang bertujuan untuk menstabilkan harga dan menghadapi pesaing.
Ketiga, Place,
adalah letak lokasi sekolah mempunyai peran yang sangat penting, karena
lingkungan dimana jasa disampaikan merupakan bagian dari nilai dan manfaat jasa
yang dipersepsikan cukup berperan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
pilihan. Dalam hal ini penyedia jasa perlu
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
1.
Akses yaitu kemudahan
mencapai lokasi.
2.
Vasibilitas yaitu lembaga
tersebut dapat terlihat dengan jelas keberadaan fisiknya.
3.
Lalu lintas dalam arti
tingginya tingkat kemacetan akan mempengaruhi minat customer terhadap
penyediaan jasa tersebut.
4.
Tempat parkir yang luas.
5.
Ekapansi yaitu ketersediaan
lahan untuk kemungkinan perluasan usaha.
6.
Persaingan yaitu dengan
memperhitungkan lokasi pesaing kita.
7.
Peraturan pemerintah yaitu
ketentuan pemerintah tentang peruntukan lahan sesuai dengan standar pelayanan
minimum yang harus di anut oleh setiap lembaga pendidikan.
Keempat, promosion, merupakan suatu bentuk komunikasi
pemasaran yang aktifitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,
mempengaruhi atau membujuk, dan atau meningkatkan pasar sasaran atas lembaga
dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang
ditawarkan oleh lembaga tersebut. Cowel (1991: 163) mengemukakan secara garis
besar tujuan promosi adalah:
1.
Membangun kepedulian dan
ketertarikan terhadap produk jasa dan lembaga penyedia jasa.
2.
Membedakan jasa yang
ditawarkan dan lembaga dari pesaing.
3.
Mengkomunikasikan dan
menggambarkan kelebihan dari jasa yang tersedia atau lembaga penyedia jasa
tersebut.
4.
Membujuk customer untuk
membeli dan menggunakan jasa tersebut.
Kelima, people, ini menyangkut
peran pemimpin dan civitas akademika dalam meningkatkan citra lembaga, dalam
arti semakin berkualitas unsur pemimpin dan civitas akademika dalam melakukan
pelayanan pendidikan maka akan meningkat jumlah pelanggan.
Keenam, physical
evidence, seperti yang dikemukakan oleh Zeithaml and Binter (2000: 20)
merupakan sarana prasarana yang mendukung proses penyampaian jasa pendidikan
sehingga akan membantu tercapainya janji lembaga kepada pelanggannya.
Ketujuh, process,
Zaithaml and Bitner (2000: 20) menyatakan bahwa proses penyampaian jasa
pendidikan merupakan inti (core) dari seluruh pendidikan kualitas dalam seluruh
elemen yang menunjang proses pendidikan menjadi hal yang sangat penting untuk
menentukan keberhasilan proses pembelajaran sekaligus sebagai bahan evaluasi
terhadap pengelolaan lembaga pendidikan dan citra yang terbantu akan membentuk
circle dalam merekut pelanggan pendidikan. Jika digambarkan secara sederhana
adalah sebagai berikut.
|
|
|
Balikan
|
|
|
Balikan
Gambar 15.5
Model Penawaran Jasa Pendidikan
Input Proses Output
Lingkungan bauran pemasaran
|
Kotak
hitam
|
Output
antara kepuasan
|
Output
akhir
|
||||
1.Link
cultural
2.Link
politik dan hukum
3.Link
ekonomi dan technological
4.Link
kompetitif sumber daya dan sarana dan prasarana lembaga
|
Bauran
pemasaran
P1:
Product
P2:
Harga
P3:
Lokasi
P4:
Promosi
P5:
Pimpinan
P6:Bangunan/alat
P7:
Proses
|
Proses
dipengaruhinya calon pembeli oleh berbagai factor input
|
Perilaku
calon
Pembeli
yang
dikehendaki
|
Volime
penjualan
(banyaknya
pendaftaran)
|
|||
|
Gambar 15.6
Model dipengaruhinya
calon pembeli
Dalam bidang pendidikan diperlukan konsep strategi pemasaran yang
dapat dipertimbangkan, yaitu: (1) Distinctive competence, yaitu tindakan
yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan yang lebih baik
dari pada pesaing; (2) Competitive advantage, yaitu kegiatan spesifik
yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan
pesaingnya, melalui strategi differensiasi (keunggulan bersaing
disebabkan oleh pilihan strategi yang dilakukan perusahaan untuk merebut
keuntungan pasar).
Strategi differensiasi merupakan salah satu dari tiga strategi
pemasaran sebagai strategi bersaing, yaitu:
1) Differensiasi, adalah strategi pemberian penawaran yang berbeda
dibandingkan penawaran yang diberikan oleh kompetitor. Strategi differensiasi
mengisyaratkan perusahaan mempunyai jasa atau produk yang mempunyai kualitas
ataupun fungsi yang bisa membedakan dirinya dengan pesaing. Strategi
differensiasi dilakukan dengan menciptakan persepsi terhadap nilai tertentu
kepada konsumennya. Misalnya: persepsi mengenai keunggulan kerja, inovasi
produk, pelayanan yang lebih baik, brand image yang lebih unggul, dan
lain-lain.
2) Keunggulan Biaya (low cost), adalah strategi untuk
mengefisienkan seluruh biaya produksi sehingga menghasilkan produk atau jasa
yang bisa dijual lebih murah dibandigkan pesaing. Strategi harga murah ini
fokusnya pada harga, jadi biasanya produsen tidak terlalu peduli dengan berbagai
faktor pendukung dari produk ataupun harga, yang penting bisa menjual produk
atau jasa dengan harga murah kepada konsumen.
3) Fokus (focus),
adalah strategi untuk menggarap satu target market khusus. Stategi fokus
biasanya dilakukan untuk produk ataupun jasa yang memang mempunyai
karakteristik khusus.
Komunikasi strategis bukan hanya pada kegiatan public relations.
Komunikasi pemasaran juga merupakan perwujudan dari konsep-konsep komunikasi
(Smith, 2005: 3). Public relations dan pemasaran atau marketing merupakan
bidang yang sering kali bertubrukan. Public relations merupakan fungsi
manajemen yang memusatkan perhatian pada interaksi jangka panjang antara
organisasi dengan publik untuk memperolah goodwill, pengertian yang
saling menguntungkan serta dukungan terhadap aktifitas organisasi. Sedangkan
komunikasi pemasaran adalah fungsi dalam manajemen yang memusatkan perhatian
pada produk atau jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen (Smith,
2005: 4). Namun, koordinasi dari dua kegiatan tersebut dapat meningkatkan
efesiensi dan efektivitas suatu organisasi dan dikenal sebagai Integrated
Marketing Communication (IMC).
Strategi komunikasi ialah publisitas media massa terhadap
organisasi, orang, produk, jasa maupun gagasan untuk mendapat dukungan publik. Biasanya
dengan memiliki kredibilitas tinggi, newsnworthy information untuk
mendapatkan perhatian dari media dan publik dengan menggunakan prinsip
significance, lokalness, balance, and timeliness ditambah unussualness dan fame
yang disingkat menjadi “SiLoBaTi + UnFa” dan transparent communication, dengan
menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan terbuka dan dapat diamati untuk
memperoleh pemahaman dan dukungan terhadap organisasi.
Perencanaan komunikasi yang dapat digunakan ada dua jenis, yaitu:
(1) proactive strategie, yakni strategis komunikasi yang muncul atas
inisatif organisasi sesuai dengan rencana organisasi sebelumnya; dan (2) reactive
strategies, adalah strategi yang merupakan reaksi atas pengaruh lingkungan
dan peluang dari lingkungan organisasi (Smith, 2005: 82).
Strategi yang digunakan dalam perencanaan komunikasi ini adalah proactive
strategies. Khusus yang berkenaan dengan action strategi, terdiri
dari:
1) Organizational performances,
meyakinkan publik bahwa organisasi memiliki kualitas yang terbaik bagi
konsumen, yakni dengan membuktikan atau mengkomunikasikan bahwa sekolah kita
adalah yang berkualitas.
2) Audience participation, menggunakan taktik komunikasi dua arah dan melakukan aktivitas
dari publik yang berkepentingan untuk secara langsung melakukan kontak dengan
produk atau jasa yang dihasilkan organisasi, diantaranya dengan cara memberikan
kesempatan kepada audience memberikan feedback atas pesan yang sudah
disampaikan dalam rangka melakukan outside in, misalnya dengan diadakannya
survey untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang sekolah.
3) Special events, misalnya dengan
mengadakan open house pada sekolah yang ditunjukkan kepada masyarakat umum, dan
mengikuti education expo dan melakukan education gathering seperti seminar dan
workshop dengan pembicara tokoh pendidik untuk memberikan penyuluhan tentang
pentingnya sebuah pendidikan.
4) Aliances and coalitions, misalnya
dengan melakukan kerja sama (aliansi) dengan sekolah lain.
5) Sponsorship, untuk
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan tujuan ataupun sasaran program, dalam
hal ini kegiatan yang dilakukan oleh target market, yakni dengan memberikan
sponsor pada acara pentas seni sekolah.
6) Strategic philantrophy, ini
dilakukan untuk memperoleh keuntungan berupa reputasi yang baik atau biasa
disebut dengan Corporate Social Responsibility (CSR), yakni dengan
memberikan beasiswa berupa beasiswa penuh dan beasiswa berupa potongan 50%
biaya sekolah untuk anak-anak berprestasi di sekolah dan tidak mampu.
2.5
Langkah-Langkah
Strategis Pemasaran Pendidikan
Didalam pemasaran
pendidikan terdapat beberapa langkah strategis, yaitu:
1)
Identifikasi pasar, yaitu sebuah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui kondisi dan ekspektasi pasar termasuk atribut-atribut pendidikan
yang menjadi kepentingan konsumen pendidikan.
2)
Segmentasi pasar dan positioning, yaitu membagi pasar menjadi
kelompok pembeli yang dibedakan berdasarkan kebutuhan, karakteristik, atau
tingkah laku yang mungkin membutuhkan produk yang berbeda. Sedngkan positioning
adalah karakteristik dan pembedaan produk yang nyata yang memudahkan konsumen
untuk membedakan produk jasa antara satu lembaga dengan lembaga lainnya.
3)
Diferensiasi produk, melakukan diferensiasi merupakan cara yang
efektif dalam mencari perhatian pasar. Strategi ini adalah strategi yang
memberikan penawaran yang berbeda dibandingkan penawaran yang diberikan oleh
kompetitor.
4)
Komunikasi pemasaran, yaitu publikasi prestasi oleh media
independen, seperti berita dalam media massa.
5)
Pelayanan sekolah, hal ini terlihat sebagai apa yang diharapka
konsumen. Kesenjangan yang sering terjadi adalah adanya perbedaan persepsi
kualitas dan atribut jasa pendidikan.
Berdasrkan
hasil penelitian terhadap organisasi jasa, termasuk sekolah terdapat beberapa
ciri organisasi jasa yang baik, yaitu memiliki:
a. Konsep strategis yang
memiliki fokus pada konsumen.
b. Komitmen kualitas dari
manajemen puncak.
c.
Penetapan standar yang tinggi.
d.
Sistem untuk memonitor kinerja jasa.
e.
Sistem untuk memuaskan keluhan pelanggan.
f.
Memuaskan karyawan sama dengan
pelanggan.
Terdapat
lima langkah dalam rangka mencapai ciri-ciri di atas, yaitu :
1. Keandalan merupakan kemampuan untuk melaksanakan jasa yang
dijanjikan dengan tepat dan terpercaya.
2. Responsif merupakan kemampuan untuk membantu pelanggan dan
memberikan jasa dengan cepat.
3. Keyakinan merupakan pengetahuan dan kompetensi guru dan kemampuan
mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.
4. Empati merupakan syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi
bagi pelanggan.
5. Berwujud merupakan penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil
dan media komunikasi.
2.6 Membuat Citra (Image) Baik
Terhadap Pendidikan
Citra
adalah impresi perasaan atau konsepsi yang ada pada publik mengenai perusahaan,
mengenai suatu objek, orang atau mengenai lembaga. Citra tidak dapat dicetak
seperti mencetak barang, tetapi citra adalah kesan yang didapat sesuai dengan
pengetahuan, pemahaman seseorang tentang sesuatu.
Citra
terbentuk dari bagaimana lembaga melaksanakan kegiatan oprasionalnya yang
mempunyai landasan utama pada segi layanan. Citra juga terbentuk berdasarkan
impresi, berdasarkan pengalaman yang dialami oleh seseorang terhadap sesuatu,
sehingga dapat membangun suatu sikap mental. Dan sikap mental inilah yang
nantinya dipakai sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan. Sebab citra
dianggap mewakili totalitas pengetahuan seseorang terhadap sesuatu. Lembaga
pendidikan dan lembaga non profit lainnya, mencari dana yang diperlukan untuk membiayai
organisasi. Dana ini diperoleh dari orang-orang yang berhubungan dengan
organisasi. Oleh sebab itu, agar lebih mudah mengalir maka perlu dibentuk citra
yang baik terhadap organisasi.
Dengan
demikian, lembaga pendidikan harus berusaha menciptakan citra positif di hati
masyarakat, sehingga masyarakat dapat membuat keputusan untuk mendaftarkan
putra-putri mereka masuk ke lembaga pendidikan tersebut. Pembentukan citra ini
juga tidak dapat terbentuk secara cepat dan singkat, sebab masyarakat bersifat
sesitif dan kritis. Citra negatif biasanya cepat terbentuk, namun citra positif
memerlukan waktu yang lama. Oleh karenaa itu, lembaga pendidikan secara terus
menerus membangun, membentuk dan mempertahankan citra yang positif.
BAB III
BAB III
PENUTUP
3.2
Kesimpulan
Pemasaran pendidikan
merupakan langkah pembaharuan ketika sebuah lembaga pendidikan harus mengikuti
ketatnya persaingan untuk memperoleh customer. Bagi lembaga pendidikan yang
telah memiliki image yang bagus di masyarakat (katakanlah sekolah favorit), implementasi
pemasaran pendidikan hanya membutuhkan planning yang lebih menyempurnakan
keberadaan sekolah tersebut dengan melakukan improvement quality yang
berkesinambungan dengan inovasi sebagai terobosan baru dalam mengantisipasi
permintaan dunia kerja sebagai relevansi dari pendidikan.
Pendidikan yang dapat laku dipasaran ialah
pendidikan yang: (1) Ada produk sebagai Komoditas; (2) Produknya memiliki
standar, spesifikasi dan kemasan; (3) Punya pangsa/sasaran yang jelas; (4)
Punya jaringan dan media; dan (5) Tenaga pemasar.
Pemasaran pendidikan dapat
dilakukan melalui promosi, dengan tujuan untuk: (1) Memberi informasi kepada
masyarakat tentang produk-produk sekolah; (2) Meningkatkan moinat dan
ketertarikan masyarakat tentang produk sekolah; (3) Membedakan produk sekolah
dengan produk sekolah lainnya; (4) Memberi penekanan nilai ‘lebih’ yang
diterima masyarakat atas produk yang ditawarkan; dan (5) Menstabilkan
eksistensi dan kebermaknaan sekolah di masyarakat.
Cara-cara yang dapat
dilakukan dalam promosi, antara lain” (1) Komunikasi personal dan interpersonal
(telemarketing, customer service & training, word of mouth); (2)
Periklanan; (3) Promosi penjualan; (4) Publisitas/Hubungan Masyarakat; (5)
Peralatan Instruksional; dan (6) Corporate Design.
Dengan demikian, intinya
dengan penerapan pemasaran pendidikan maka akan menciptakan budaya kualitas
dalam setiap segmen dan langkahnya, sehingga proses pendidikan yang disediakan
sesuai dengan kebutuhan customer dan menimbulkan kepuasan, sedangkan kepuasan
dari pelanggan pendidikan akan mengantarkan lembaga tersebut pada citra yang
lebih baik serta peningkatan peminat pendidikan, sehingga pendapatan lembaga
menjadi meningkat pula.
3.2 Saran
Jika kita
mengetahui dasar dari pemasaran pendidikan itu seperti apa, dan saat itu juga
tiap generasi akan menciptakan budaya dari segi kualitas dalam mengembangkan
pemasaran pendidikan itu seperti apa.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2005. Pemasaran Stratejik Jasa Pendidikan.
Bandung : Alfabeta.
Brubacher, John S. 1997. On
The Philosophy Of Higher Education. San Fransisco : Jossey Bass, Publisher.
Kotler, Philip. 2003. Marketing
Management. The millennium Edition. New Jesrey : Prentice-Hall
International Inc.
Kotler, & Gery Amstrong.
2004. Marketing An Introduction. Third Edition. New Jesrey :
Prentice-Hall, Inc.
Staton, William J, et al.
2002. Fundamentals of Marketing, 10 edition, Singapore : Mc Graw-Hill
Internationalg.
Zeithami, Valerie A. And
Mary Jo Bitner. 2000. Service Marketing, Integreting Customer Focus Across
the Firm. Boston : The McGraw-Hill Companies.
Zikmund, William G. Raymond
McLeod, Jr, Faye W. Gilbert. 2003. Customer Relationship Management,
Integreting Marketing, strategy and Information Technology. Hoboken : John
Willy & Sons Inc.
http://erlanmuliadi.blogspot.com/2011/06/pemasaran-pendidikan.htm
0 komentar:
Posting Komentar