BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pemasaran ialah proses
transaksioanal untuk meningkatkan harapan, keinginan dan kebutuhan calon
konsumen menjadi tertarik untuk memiliki produk yang ditawarkan dengan cara
mengeluarkan imbalan sesuai yang disepakati. Pendidikan adalah proses perubahan
pola fikir, apresiasi dan pembasaan manusia agar menjadi manusia yang artinya
memanusiakan manusia. Sekolah merupakan salah satu kelembagaan satuan pendidikan.
Walaupun kebanyakan orang sering mengidentikkan sekolah dengan pendidikan,
pendidikan merupakan wahana perubahan peradaban manusia ketika membicarakan
sistem pendidikan tidak cukup hanya membahas sistem persekolahan, sehingga
untuk membicarakan pemasaran pendidikan pun sesungguhnya tidak cukup hanya
dengan membahas terbatas pada pemasaran persekolahan. Karena paradigma
pendidikan yang begitu universal tidak hanya dipandang secara terbatas pada
sistem persekolahan.
Pendidikan merupakan
produk jasa yang dihasilkan dari lembaga pendidikan yang bersifat non profit,
sehingga hasil dari proses pendidikan kasad mata. Untuk mengenal lebih dalam
dari pemasaran pendidikan maka harus mengenal lebih dahulu pengertian dan
karakteristik pendidikan ada pada posisi yang tepat sesuai dengan nilai dan
sifat dari pendidikan itu sendiri.
Pemasaran merupakan
kunci penting dalam setiap perusahaan, entah itu perusahaan yang menjual jasa
atau barang. Tapi yang perlu kita sadari sebenarnya inti dari pemasaran adalah
memberikan pelayanan terbaik untuk pelanggan kita (the best services).
Sedangkan konsep pemasaran sendiri dalam dunia pendidikan yang notabene menjual
jasa adalah menawarkan mutu layanan intelektual dan pembentukan watak secara
menyeluruh.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah diatas, kami merumuskan rumusan masalah sebagai berikut ini:
1.Apa pengertian
Pemasaran Pendidikan?
2.Bagaimana konsep
dasar Pemasaran Pendidikan?
1.3 Tujuan
Masalah
Sejalan dengan rumusan
masalah diatas, maka makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikannya:
1.Mengetahui arti
Pemasaran Pendidikan
2.Memahami Konsep Dasar
Pemasaran Pendidikan
1.4 Manfaat
Ada beberapa manfaat yang
dapat kami ambil dari rumusan-rumusan masalah yang ada diatas diantaranya
yaitu:
1.Untuk
alat berinteraksi social dengan lembaga pendidikan sehingga dapat mencapai
tujuan yang diharapkan.
2.Untuk
meningkatkan mutu belajar dalam bidang pendidikan.
3.Untuk
mendorong rasa ingin tahu yang lebih besar secara intelektual.
4.Usaha
untuk mengetahui segala sesuatu di dalam bidang pendidikan sehingga menjadi lebih berguna.
5.Untuk
pelayanan jasa atau untuk berbagi pengetahuan dari produsen kekonsumen dalam
bidang pendidikan sehingga apa yang di harapkan konsumen dapat tercapai.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemasaran Pendidikan
Pemasaran ialah proses
transaksioanal untuk meningkatkan harapan, keinginan dan kebutuhan calon
konsumen menjadi tertarik untuk memiliki produk yang ditawarkan dengan cara mengeluarkan
imbalan sesuai yang disepakati. Pendidikan adalah proses perubahan pola fikir,
apresiasi dan pembasaan manusia agar menjadi manusia yang artinya memanusiakan
manusia.
Kotler (2004: 8)
memberikan pengertian pemasaran sebagai berikut :
a.Marketing
is the prosess of defining, anticipacing, and creating customer needs and
wants, and of organizing all the resource of the company to satisfy them at
greates profit to the company and to the customer.
b.The
perormance of business activities that direct the flow of goods and services
from producer to consumer or user.
c. Marketing
is the analizing, organizing, planning, and controling of the firm’s
customer-impinging resources, policies, and activities with a view to
satisfying the needs and wants of chosen customer groups at a profit.
Dari
pengertian diatas dapat diketahui bahwa pemasaran (marketing) tidak diasumsikan
dalam arti yang sempit yaitu penjualan akan tetapi merketing memiliki
pengertian yang sangat luas. Hal itu sesuai dengan pendapat George Brooker (1985:
192) yaitu “To assume marketing is merely selling or merely promotion is not
only to misunderstanding the concept of marketing it also makes the long-run
survival of the organization unlikely”.
Intinya
penerapan marketing tidak hanya berorientasi pada peningkatan laba perusahaan
atau lembaga akan tetapi bagaimana menciptakan kepuasan bagi customer sebagai
bentuk tanggung jawab kepada stakeholder atas mutu dari outputnya.
Konsep
marketing tidak berorientasi asal barang habis tanpa memperhatikan sesudah itu,
berorientasi jangka panjang yang lebih menekankan pada kepuasan konsumen,
dimana marketing itu sendiri adalah suatu usaha bagaimana memuaskan, memenuhi needs
and wants dari konsumen, needs itu merupakan kebutuhan akan hal
yang dirasakan kurang oleh konsumen yang harus segera dipenuhi, sedangkan wants
adalah keinginan suatu kebutuhan yang sudah dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti daya beli, pendidikan, agama, keyakinan, famili, dan sebagainya.
Demikian halnya dengan pemasaran pendidikan,
beberapa ahli memberikan pengertian diantaranya adalah : Kotler (2003: 8)
mengemukakan bahwa pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial, baik
oleh individu atau kelompok, untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan
diinginkan melalui penciptaan (cretion) penawaran, pertukaran produk
yang bernilai dengan pihak lain.
Khususnya
dalam marketing pendidikan John R. Silber yang dikutip Buchari Alma (2003: 53)
mengutip (Silber, 1980: 7) menyatakan bahwa “In another sense, marketing
ethics deal with avoiding the dubiosly legitimized dishonesties of some
commercial advertising and we should hope that institutions are supplied with
the qualities of intellect and character as well. Dengan kata lain bahwa
etika marketing dalam dunia pendidikan adalah menawarkan mutu layanan
intelektual dan pembentukan watak secara menyeluruh. Hal itu karena pendidikan
sifatnya lebih kompleks, yang dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab, hasil
pendidikannya mengacu jauh ke depan, membina kehidupan warga Negara, generasi
penerus ilmuwan di kemudian hari.
Dalam
membangun lembaga pendidikan, Brubacher (1977: 107) menyatakan ada dua landasan
filosofi yaitu landasan epistemologis, dimana lembaga pendidikan harus berusaha
untuk mengerti dunia sekelilingnya, memikirkan sedalam-dalamnya masalah yang
ada di masyarakat (to think as profoundly as possible an the society’s most
puzzling problems even to think the unthinkable), dimana tujuan pendidikan
tidak dapat dibelokan oleh berbagai pertimbangan dan kebijakan, tetapi harus
berpegang teguh pada kebenaran. Sedangkan landasan politik adalah memikirkan
kehidupan praktis untuk tujuan masa depan bangsa karena masyarakat kita begitu
kompleks sehingga banyak masalah pemerintahan, industri, pertanian, perbankan,
tenaga kerja, bahan buku, sumber daya alam dan manusia, hubungan internasional,
pendidikan, lingkungan, kesehatan dan sebagainya yang perlu untuk di pecahkan
oleh tenaga ahli yang dicetak oleh lembaga pendidikan, dimana lulusan yang
bermutu dihasilkan dalam black box processing yang diolah oleh
tenaga pendidik yang bermutu.
2.2 Konsep Dasar Pemasaran Pendidikan
2.2.1 Pasar, Pendidikan
dan Sekolah
Persaingan dalam dunia
pendidikan menjadi tidak dapat terelakan lagi, banyak lembaga pendidikan yang
ditinggalkan oleh pelanggannya sehingga dalam beberapa tahun ini banyak terjadi
merger dari beberapa lembaga pendidikan. Kemampuan administrator untuk memahami
pemasaran pendidikan menjadi prasyarat dalam mempertahankan dan meningkatkan
pertumbuhan lembaganya.
Ada komponen kunci yang
dapat dijadikan bahan analisis untuk memahami konsep pemasaran pendidikan,
yaitu konsep pasar. Pasar merupakan tempat bertransaksi berbagai komoditas yang
dihasilkan produsen dengan yang dibutuhkan, diinginkan dan diharapkan konsumen.
Pemasaran ialah proses transaksional untuk meningkatkan harapan, keinginan dan
kebutuhan calon konsumen sehingga calon konsumen menjadi terangsang untuk
memiliki produk yang ditawarkan dengan mengeluarkan imbalan sesuai yang
disepakati.
Pendidikan adalah
proses perubahan pola pikir, apresiasi dan pembiasaan manusia agar menjadi
manusia. Sekolah merupakan salah satu kelembagaan satuan pendidikan. Walaupun
kebanyakan orang sering mengidentikan
sekolah dengan pendidikan, pendidikan merupakan wahana perubahan
peradaban manusia; Manakala membicarakan sistem pendidikan tidak cukup hanya
membahas sistem persekolahan, sehingga untuk membicarakan pemasaran pendidikan
pun sesungguhnya tidak cukup hanya dengan membahas terbatas pada pemasaran
persekolahan. Karena paradigma pendidikan yang begitu universal tidak hanya
dipandang secara terbatas pada sistem persekolahan.
Pendidikan merupakan
produk jasa yang dihasilkan dari lembaga pendidikan yang bersifat non profit,
sehingga hasil dari proses pendidikan kasad mata. Untuk mengenal lebih dalam
dari pemasaran pendidikan kita maka harus mengenal lebih dahulu pengertian dan
karakteristik pendidikan ada pada posisi yang tepat sesuai dengan nilai dan
sifat dari pendidikan itu sendiri.
Oleh karena itu, pendidikan yang dapat
laku dipasarkan ialah pendidikan seperti:
a. Ada
produk sebagai komoditas;
b. Produknya
memiliki standar, spesifikasi dan kemasan;
c. Punya
pangsa atau sasaran yang jelas;
d. Punya
jaringan dan media; dan
e. Tenaga
pemasar.
2.2.2 Pengertian dan
Karakteristik Jasa Pendidikan
Untuk memahami
pengertian jasa pendidik, ada baiknya kita mempelajari dahulu beberapa pendapat
para ahli, Kotler (2003: 428) seorang ahli pemasaran mengemukakan pengertian
jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak pada
pihak yang lainnya yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan
kepindahan kepemilikan. Sedangkan Zaithaml dan Bitner (2000: 3) memberikan
definisi, jasa pada dasarnya merupakan seluruh aktivitas ekonomi dengan output
selain produk dan pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat
bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud (intangible)
bagi pembeli pertamanya.
Pemasaran dalam konteks
jasa pendidikan adalah sebuah proses sosial dan manajerial untuk mendapatkan
apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui penciptaan penawaran, pertukaran
produk yang bernilai dengan pihak lain dalam bidang pendidikan. Etika pemasaran
dalam dunia pendidikan adalah menawarkan mutu layanan intelektual dan
pembentukan watak secara menyeluruh.
Berdasarkan definisi di
atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan sebagai produk jasa
merupakan sesuatu yang tidak berwujud akan tetapi dapat memenuhi kebutuhan
konsumen yang diproses dengan menggunakan atau tidak menggunakan bantuan produk
fisik dimana proses yang terjadi merupakan interaksi antara penyedia jasa
dengan pengguna jasa yang mempunyai sifat tidak mengakibatkan peralihan hak
atau kepemilikan.
Banyak ahli yang mengemukakan
karakteristik jasa, diantaranya adalah Kotler (2000: 429) mengemukakan bahwa
jasa mempunyai empat ciri utama yaitu:
1.
Tidak berwujud, sehingga konsumen tidak
dapat melihat, mencium, meraba, mendengar dan merasakan hasilnya sebelum mereka
membelinya. Untuk mengurangi ketidakpastian, maka konsumen mencari informasi
tentang jasa tersebut.
2.
Tidak terpisahkan (inseparability),
dimana jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya yaitu perusahaan jasa.
3.
Bervariasi (variability), dimana
jasa sering kali berubah-ubah tergantung siapa, kapan dan dimana menyajikannya.
4.
Mudah musnah (perishability),
jasa tidak dapat di jual pada masa yang akan datang.
Baterson (1997: 12) mengemukakan 8
karakteristik jasa yaitu:
1.
Jasa tidak dapat disimpan dan dikonsumsi
pada saat dihasilkan.
2.
Jasa tergantung pada waktu.
3.
Jasa bergantung pada tempat.
4.
Konsumen merupakan bagian integral dari
proses produksi jasa.
5.
Setiap orang atau apapun yang
berhubungan dengan konsumen mempunyai andil dalam memberikan peranan.
6.
Perubahan pada konsep kemanfaatan.
7.
Karyawan penghubung merupakan bagian
dari proses produksi jasa.
8.
Kualitas jasa tidak dapat diperbaiki
pada saat proses produksi karena produksi jasa terjadi secara real time.
Pendidikan merupakan produk yang berupa
jasa, yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a.
Lebih bersifat tidak berwujud dari pada
berwujud (more intangible than tangible).
b.
Produksi dan konsumsi bersamaan waktu (simultananeous
production and consumption).
c.
Kurang memiliki standard dan keseragaman
(less standardized and uniform). (Leonard L. Berry-Philip Kotler/Keith
Cox 1984: 302).
Seperti yang dikemukakan
oleh Dan Steinhoff (1979: 113) “the
raw material of services is people”, bahan baku untuk menghasilkan ialah
orang, yang memiliki ciri khas yang berbeda antara satu dengan yang lainnya,
pepatah mengatakan bahwa tidak ada manusia yang memiliki persamaan bahkan anak
kembar sekalipun. Hal itulah yang menjadikan dasar bahwa pelayanan jasa
pendidikan antara satu dengan yang lainnya berbeda.
Dengan melihat
karakteristik tersebut, jasa pendidikan diterima setelah melakukan interaksi
dengan penghubung yang sangat dipengaruhi oleh siapa, kapan dan dimana jasa
tersebut diproduksi. Hal itu menjelaskan bahwa keberhasilan pendidikan akan
sangat tergantung pada siapa, kapan dan dimana proses tersebut terlaksana.
Siapa, menunjukkan
tenaga pendidik dan kependidikan, artinya semakin tinggi kualitas dari
penyampai pendidikan maka semakin tinggi juga kualitas proses pendidikan
tersebut. Dimana, merupakan lokasi jasa pendidikan tersebut disampaikan, tentu
saja hal ini akan mempunyai arti yang luas namun intinya adalah lingkungan yang
kondusif akan mempengaruhi tingginya kualitas proses pendidikan. Kapan,
menunjukkan waktu yang paling tepat dilaksanakan proses pendidikan sehingga
proses tersebut berkualitas.
2.2.3 Kepuasan
Pelanggan Pendidikan
Ketika berbicara
tentang kepuasan maka kita harus menyadari bahwa kepuasan antara satu orang
dengan yang lainnya berbeda, artinya kepuasaan berurusan dengan beberapa hal.
Kata kepuasaan berasal
dari bahasa latin “satis” (artinya cukup baik, memadai) dengan “facio”
(melakukan atau membuat), sehingga kepuasan dapat diartikan sebagai upaya
pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai. Jadi merupakan respon konsumen
yang sudah terpenuhi keinginannya, ada kemungkinan features barang atau jasa.
Giese & Cote (2000)
yang dikutip oleh Fandhy & Gregorius (2005: 195) mengemukakan tentang tiga
komponen utama yaitu:
1.
Kepuasan pelanggan merupakan respons (emosional
atau kognitif);
2.
Respons tersebut menyangkut proses fokus
tertentu (ekspektasi, produk, pengalaman konsumsi dan seterusnya); dan
3.
Respons terjadi pada waktu tertentu
(setelah konsumsi, setelah pemilihan produk atau jasa, berdasarkan pengalaman
akumulatif dan lain-lain).
Secara singkat kepuasaan pelanggan
terdiri dari respons yang menyangkut fokus yang ditentukan pada waktu tertentu.
Kepuasaan pelanggan dikemukakan
berdasarkan:
Ø Contrast
theory yang berasumsi bahwa konsumen akan membandingkan
kinerja produk actual dengan ekspektasi para-pembelian, dimana apabila kinerja
actual lebih besar atau sama dengan ekspektasi, maka pelanggan akan
puas, dan sebaliknya apabila kinerja actual lebih rendah dari ekspektasi maka
konsumen akan mengalami ketidakpuasaan.
Ø Assimilation
theory menyatakan bahwa evaluasi purnabeli merupakan fungsi
positif dari ekspektasi konsumen para pembeli, karena proses dikonfirmasi
secara psikologis tidak enak dilakukan, konsumen cenderung secara perseptual
mendistori perbedaan antara ekspektasi dan kinerjanya ke arah ekspektasi awal
sehingga penyimpangan ekspektasinya cenderung akan diterima oleh konsumen yang
bersangkutan.
Ø Assimilation-contras
theory berpegang bahwa terjadinya efek asimilasi (assimilation
effect) atau efek contrak (contrast efect) merupakan fungsi dari
tingkat kesenjangan antara kinerja yang
diharapkan dan kinerja actual.
Stauss & Neuhaus (1997)
yang dikutip Fandhy & Gergorius (2005: 203) membedakan tiga tipe kepuasaan
dan tiga tipe ketidakpuasan berdasarkan kombinasi antara emosi spesifik
terhadap penyedia jasa, ekspektasi menyangkut kapabilitas kinerja masa depan
pemasok jasa, dan minat berperilaku untuk memilih lagi penyedia jasa
bersangkutan, tipe tersebut adalah:
ü Demanding
customer satisfaction, merupakan tipe kepuasaan yang
aktif, relasi dengan penyedia jasa diwarnai emosi positif, terutama optimisme
dan kepercayaan.
ü Stable
customer satisfaction yaitu pelanggan yang memiliki tingkat
aspirasi pasif dan perilaku yang demanding.
ü Resigned
customer satisfaction, pelanggan pada tipe ini merasa puas
namun bukan diakibatkan pemenuhan ekspektasinya, namun lebih didasarkan pada
kesan tidak realistis, perilakunya cenderung pasif cenderung tidak bersedia
melakukan berbagai upaya dalam menuntut perbaikan.
ü Stable
customer dissatisfaction, pelanggan tidak puas terhadap
kinerja penyedia jasa namun cenderung tidak melakukan apa-apa.
ü Demanding
customer dissatisfaction bercirikan tingkat aspirasi aktif
dan perilaku demanding, pada tingkat emosi ketidakpuasan menimbulkan protes dan
oposisi, mereka aktif menuntut perbaikan.
Dalam melakukan
pengukuran kepuasan pelanggan, Kotler (2000: 38) mengemukakan beberapa cara
diantaranya adalah:
1. Complaint
and Suggestion system (sistem keluhan dan saran), informasi
dari saran dan keluhan ini akan dijadikan data dalam melakukan antisipasi dan
pengembangan perusahaan.
2. Customer
satisfaction surveys (survey kepuasan pelanggan), tingkat
keluhan konsumen dijadikan data dalam mengukur tentang kepuasan, hal itu bisa
melalui survey, pos, telponfrend, atau angket.
3. Ghost
shopping (pembeli bayangan), dengan mengirimkan orang untuk
melakukan pembelian di perusahaan orang lain maupun di perusahaan sendiri untuk
melihat secara jelas keunggulan dan kelemahan pelayanannya.
4. Lost
customer analysis (analisis pelanggan yang beralih), yaitu
kontak yang dilakukan kepada pelanggan yang telah beralih pada perusahaan lain
untuk dijadikan perbaikan kinerja dalam meningkatkan kepuasan.
Dalam konteks pendidikan kepuasan
pelanggan dapat dilihat dari beberapa komponen, yaitu sebagai berikut: No
Komponen Indikator-Indikator
1.
Karakteristik barang dan jasa nama
sekolah yang dikenal, staf pengajar yang kompeten, dan hubungan dengan lembaga
luar.
2.
Emosi pelanggan motivasi siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
3.
Atribut-atribut pendukung promosi di
bidang jasa sekolah, lulusan yang dihasilkan, dan prestasi-prestasi yang
dicapai.
4.
Persepsi terhadap pelayanan penerimaan
pelayanan oleh siswa.
5.
Pelanggan lainnya penyebarluasan
informasi.
6.
Manfaat fungsional dan emosional.
7.
Biaya moneter, waktu, energi dan fisik.
Secara umum dapat
dikatakan bahwa timbulnya ketidakpuasan dari konsumen dikarenakan:
a.
Tidak sesuai harapan dengan kenyataan
yang dialaminya.
b.
Ketidakpuasan dalam pelayanan selama
proses menikmati jasa.
c.
Perilaku personil kurang memuaskan.
d.
Suasana dan kondisi fisik lingkungan
tidak menunjang.
e.
Cost terlalu tinggi, karena jarak, waktu
dan harga terlalu tinggi.
f.
Promosi tidak sesuai dengan kenyataan.
Sebenarnya ada beberapa
cara untuk mengatisipasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketidakpuasan
diantaranya adalah penerapan Total Quality Management. Ini adalah suatu
pendekatan secara menyeluruh dalam meningkatkan kualitas produk, mulai dari
proses pembuatan, hasil jadi, pengiriman, pelayanan yang terus menerus.
2.2.4 Senyum dan
Kepuasan Pelanggan
Senyum dan kepuasan
pelanggan didorong oleh prinsip bahwa pelanggan adalah aset utama, pelanggan
merupakan sosok terpenting bagi organisasi, karena begitu pentingnya pelanggan
memuaskannya adalah sebuah keniscayaan, sehingga dengan kepuasan yang mereka
rasakan akan membuat mereka tersenyum.
Senyum, merupakan salah
satu pembentuk rasa kepuasan terhadap pelanggan. Senyum yang penuh ketulusan
karena merasa puas akan terasa berbeda dengan senyum dipaksakan. Senyum
terpaksa memang hanya basa-basi. Auranya terasa hambar dan tidak memberika efek
positif bagi peningkatan penjualan. Meski pelanggan kita tersenyum, senyum itu
hanya menggambarkan pancaran pribadinya yang baik. Sedangkan senyum puas
tehadap pelayanan dan produk yang kita jual itu belum tentu.
Senyum karena merasa
puas menikmati produk dan pelayanan sangat berdampak positif bagi perusahaan. Image
perusahaan akan terangkat dan nilai penjualan akan terdongkrak. Senyum tulus
pelanggan ibarat bola-salju. Senyum-senyum lainnya akan terus bergulir manakala
kita tetap menjaga kualitas produk dan pelayanan. Senyum itulah yang akan
menjadi promotor kita kepada masyarakat. Tanpa mengeluarkan biaya berarti
pelanggan kita yang tersenyum akan mempromosikan produk kita kepada temannya,
tetangga, hingga mitra bisnisnya. Pelanggan adalah aset utama. Keberadaannya
ditengah-tengah kita (perusahaan) sangat berarti. Buatlah mereka tersenyum.
Karena senyum pelanggan adalah senyum anda juga.
l
0 komentar:
Posting Komentar